Kamis, 30 Januari 2014

Bir Pletok, Bir Sehat Khas Betawi

Oleh: Fauziah Muslimah*

Akhir pekan yang cerah menjadi waktu yang asyik untuk menikmati pemandangan Setu Babakan, Jagakarsa Jakarta Selatan. Banyak pengunjung yang datang untuk sekedar merasakan kuliner dan jajanan di sekitar Setu. Mata seakan dimanjakan dengan pemandangan Setu dan jika ingin memanjakan lidah, silahkan datang di kedai makanan pilihan di sekitarnya.

Tapi, ada yang berbeda di salah satu kedai makanan milik Asenah (45).  Terlihat tiga muda-mudi sedang pesta bir. Mereka asyik bersulang, anehnya tidak ada yang menegur atau melarang pesta minum-minum mereka siang itu, Minggu (20/5).

“Setiap sabtu atau minggu banyak yang minum bir di sini, ya kalau lagi ramai saya bisa menjual 100 bir dalam sehari”, jelas Asenah pemilik kedai tersebut. Jangan kira, di sini tempat peredaran dan pesta minum-minuman keras. Bir yang dijual Asenah sama sekali tidak memabukkan, justru menyehatkan. Ya, bir ini memang menyehatkan. Pastas saja tiga muda-mudi tadi, asyik nge-bir tanpa dilarang atau diusir oleh para pengunjung sekitar Setu Babakan di perkampungan budaya Betawi itu.

Sudah satu jam, Zahroh (20) dan dua temannya menikmati bir yang sudah setengah botol mereka habiskan bersama. Bir itu dia nikmati dengan batu es yang menyegarkan suasana Setu di antara pepohonan yang sepoi-sepoi. “Sambil makan gado-gado kesukaan saya, enaknya ya minum bir pakai es batu biar lebih segar,” tuturnya sambil sesekali meminum bir dalam gelas. Benar saja, dia dan dua temannya tidak mabuk, padahal sudah setengah botol ukuran satu liter habis mereka tegak.

Bir berwarna merah itu menjadi minuman khas Betawi. Minuman khas yang tidak seperti namanya yang sering indentik dengan alkohol dan memabukkan. Bir khas Betawi ini lain, terbuat dari rempah-rempah yang menyehatkan badan, dan sama-sekali tidak memabukkan. Gado-gado sudah habis dilahap Zahroh, dan bir di depannya sudah habis satu botol. Terbukti, tidak ada yang mabuk setelah minum bir berwarna merah itu.


Suasana Rumah makan di Setu Babakan
Foto: Koleksi Pribadi 

“Namanya bir pletok, saya memang asli Betawi. Keluarga saya juga suka minum ini, kalau ada acara besar seperti nikahan atau arisan, keluarga saya pasti menghidangkan bir ini untuk para tamu”, ungkap Zahroh. Benar, hanya masyarakat Betawi yang dalam acara pernikahan atau arisan menghidangkan bir untuk para tamunya. Bir pletok, itulah nama bir yang sedari tadi diminum smabil menikmati makan siang oleh Zahroh dan kawan-kawannya.

Jangan terkecoh dengan namanya, bir yang satu ini dijamin tidak memabukkan. Aroma jahe dan kapulaga yang wangi, rempah-rempah khas Betawi sedari tadi tercium dari botol ukuran satu liter itu. Meja berukuran sedang di kedai Asenah itu berjejer rapi botol-botol bir pletok membentuk formasi lima. Asenah mengaku selalu saja ada yang membeli birnya yang dijual seharga Rp 15.000, 00 per satu liter botol.  Terlebih saat akhir pekan karena saat itu pasti Setu Babakan ramai pengunjung.

Budaya Betawi yang semakin tergusur, seperti tanah ereka yang sekarang berubah menjadi gedung-gedung bertingkat di jantung kota Jakarta. Karena itulah, bir pletok khas Betawi ini semakin sulit ditemukan. Barangkali, ada hanya pada pameran atau acara-acara besar terutama dalam menyambut ulang tahun kota Jakarta. Tapi, jangan khawatir di perkampungan Budaya Betawi Setu Bakanan ini bir pletok tidak langka, selain banyak penjualnya, produsennya pun tinggal di sekitaran Setu Babakan.

Tengok saja rumah di belakang Setu Babakan dengan gerbang dan cat serba hijau, menjadi ciri khas kediaman Rosmayanti (40), produsen bir pletok selama puluhan tahun. Kesibukannya memproduksi bir pletok menyita waktu ibu rumah tangga yang hanya lulus sekolah dasar ini, seperti ditemui Kamis (19/4) Rosmayanti sedang memproduksi bir pletok pesanan pelanggannya.

Raut wajahnya dibanjiri keringat, rasa letih terpancar di sana. Konsentrasinya tertuju pada kerja tangan yang mengaduk-aduk racikan air di dalam panci panas berisi cairan merah. Sore hari  ditemani semilir pepohonan belakang Setu Babakan, Rosmayanti sedang asyik membuat bir. Bir berwarna merah itu menjadi semakin indah dilihat mata saat dipadukan dalam botol-botol berukuran satu liter yang berjejer rapi di pojok dapurnya. Cekatang sekali dia menuangkan cairan bir dalam panci ke dalam satu per satu botol. Sudah puluhan botol berjejer di atas meja itu. “Saya sudah lama produksi bir pletok. Produksi meningkat hanya pada waktu tertentu, seperti sekarang ada yang pesan puluhan botol ini untuk acara pameran pembukaan pusat perbelanjaan di Cibubur,” jelas Rosmayanti sambil menyeka keringat di dahinya.

Selain memproduksi pesanan untuk acara-acara tertentu, Rosmayanti adalah produsen bir pletok yang sudah diakui kemampuannya oleh para penjual bir pletok di sekitaran kedai jajanan di kawasan Setu Babakan, seperti kedainya Asenah tadi. Menutur Asenah, para penjual di sini lebih suka dengan merk bir pletok buatan Rosmayanti karena rasanya lebih enak, dan lebih menghangatkan tenggorokan bukan malah membuat panas tenggorokan seperti bir-bir lain.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar