Sabtu, 13 September 2014

Menikmati Es Krim Dalam Balutan Tahu

Menikmati tahu, kini beragam macamnya. Tapi yang satu ini, lebih unik dari sekadartahu isi sayur-sayuran yang dibuat pedas atau tahu bulat nan krispi.Namanya Frozen Inside. Seperti namanya, tahu  ini memiliki isian berbeda di dalamnya, yaitu beku. Beku di dalam tahu ini bukan sembarang beku, tahu ini berisi es krim nan lembut.
Saat pertama kali menggigit tahu bulat isi es krim ini, ada tiga rasa yang muncul di lidah. Rasa krispi dari tepung panir pembalut bagian luar tahu bulat, rasa roti tawar yang membalut es krimnya dan terakhir rasa es krim yang siap menggoyang lidah.
Frozen Inside sendiri terdiri dari es krim yang menjadi bagian isi dari tahu bulat yang di dalamnya juga ada roti tawar, untuk penguat es krim agar tak mudah mencair,sedang di luarnya dibaluri tepung panir. Untuk menikmatinya pun unik, tahu Frozen Inside yang dingin bisa dinikmati langsung atau bisa juga digoreng agar bagian luar terasa krispi. Jangan khawatir, karena dibalut roti tawar, es krim tak mudah mencair saat digoreng.
Frozen Inside, cara baru menikmati es krim nan lembut yang dibalut di dalam tahu bulat.
Frozen Inside, cara baru menikmati es krim nan lembut yang dibalut di dalam tahu bulat.
Untuk penyimpanan, es krim untuk Frozen Inside harus dingin dengan suhu minus 15-18 derajat celcius. Sedangkan bahan tahu bulat didapatkan dari langganan pabrik tahu bulat di daerah Kelapa Dua, Depok. Tahu isi es krim ini mempunyai tiga pilihan rasa, yaitu coklat, vanilla, dan strawberry.
Tim Frozen Insode biasa menjual produk mereka di beberapa bazar dan sesuai pesanan saja. Satu tahu es krim dalam cup ini dijual dengan harga Rp 5000.
Tim Frozen Insode biasa menjual produk mereka di beberapa bazar dan sesuai pesanan saja. Satu tahu es krim dalam cup ini dijual dengan harga Rp 5000.
Dari Kompetisi Wirausaha untuk Mahasiswa
Frozen Inside terlahir dari ide sembilan orang mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang mempunyai satu asa, yaitu menciptakan lini bisnis baru yang belum pernah ada di pasaran.
Mereka adalah tim kompetisi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) DIKTI tahun 2014. Ide wirausaha mereka pun melaju mengikuti seleksi pada tingkat Nasional di akhir bulan Juli 2014 lalu. Meskipun tak menang, namun mereka masuk sebagai finalis Jabodetabek hingga tahap monitoring evaluasi DIKTI.
Mereka terdiri dari para mahasiswa Universitas Indonesia (UI) berjumlah Sembilan  orang dari berbagai jurusan, seperti Administrasi Negara, Administrasi Fiscal, Administrasi Niaga, Komunikasi Periklanan, dan Geografi. Mereka adalah Sayyid Malik Al Fattah, Agtesya Nuraras, Ghoida Rahmah Aladawiyah, Revana Tri Damayanti, Gita Triani Englan, Shellyando Rezki Utami, Rizki Risdayani, Ken Dhea Wardhara, dan Juhans.
Beberapa tim Frozen Inside sedang melakukan produksi tahun es krim di rumah kos salah satu anggotanya. Saat ini mereka masih berpindah tempat untuk melakukan produksi.
Beberapa tim Frozen Inside sedang melakukan produksi tahun es krim di rumah kos salah satu anggotanya. Saat ini mereka masih berpindah tempat untuk melakukan produksi.
Membangun Bisnis Dengan Serius
Walaupun masih bisnis kecil, mereka tetap bersemangat membangun dengan serius usaha ini. Produksi pun dilakukan di tempat-tempat berbeda, dan jika ada undangan bazar, produksi dalam seminggu bisa tiga sampai empat kali. Jaringan Frozen Inside pun sudah melebar dan mempunyai kerja sama dengan berbagai instansi, seperti beberapa fakultas di UI, Pemrov DKI Jakarta, dan lainnya.
Dengan serius, mereka menetapkan timeline perencanaan penjualan dan  terus berinovasi.Dibantu dengan sistem yang baik, mereka dibimbing satu orang  dosen, ditambah  lima divisi untuk pembagian tugas mereka bersembilan, yaitu Human Resources Department (HRD), Produksi, Finance, Public Relation (PR), dan Marketing.
Agtesya sebagai tim produksi (kiri), Sayyid Malik Al fattah sebagai ketua tim (tengah), dan Ghoida (kanan) sebagai tim marketing.
Agtesya sebagai tim produksi (kiri), Sayyid Malik Al fattah sebagai ketua tim (tengah), dan Ghoida (kanan) sebagai tim marketing.
“Untuk planning ke depan  kami  ingin mempunyai tempat  sendiri untuk melakukan produksi dan pemasaran yang lebih luas lagi. Karena kuliner ini terbilang baru dan belum ada, mereka pun ingin mengurus izin produksi dari dinas kesehatan, dan hak paten merek dagang dan produknya,” jelas ketua tim Frozen Inside, Sayyid Malik Al Fattah. [FAU]
Editor :  Duratun Nafisah
Terbit di Paradepok 

Senin, 23 Juni 2014

Es Pocong dan Mendoan Iblis, Siapa Takut?

Siapa tak kenal Pocong? Hantu ini sangat eksis di dunia horor Indonesia dan membuat bulu kuduk berdiri seketika melihatnya. Namun, beda cerita dengan Es Pocong. Bukannya lari terbirit, orang justru ramai-ramai mendatanginya.
Di sebuah kedai di Jalan Margonda Raya, Depok ini, setiap harinya Bonny Angila, sang pemilik, melayani ratusan gelas es untuk tamunya. Dan menu andalannya, Es Pocong. Es ini terdiri dari bubur sumsum dan mochi yang dicampur dengan es beserta sirup aneka rasa. Ya, hanya namanya saja yang menggunakan nama hantu berkucir itu. Selebihnya, es pocong tetap es yang begitu segar ditenggak kala terik.
Segelas menu spesial es pocong yang siap disantap. Hanya dengan merogoh kocek Rp.7000 es berbahan dasar bubur sumsum, ice, mochi, dan sirup warna merah ini bisa dinikmati di kedai Jalan Margonda, Depok.
Segelas menu spesial es pocong yang siap disantap. Hanya dengan merogoh kocek Rp.7000 es berbahan dasar bubur sumsum, ice, mochi, dan sirup warna merah ini bisa dinikmati di kedai Jalan Margonda, Depok. (Foto: Hanggi Tyo)
Selain Es Pocong, ada juga minuman soda dengan nama-nama hantu yang tak kalah seram. Sebut saja minuman setan merah, green goblin (es jeruk limau), kuntilanak (es kopyor dan soda susu), vodoo (mangga gedong dan soda susu), kolor ijo (melon dan soda susu), dan lainnya. Sedangkan menu es pocong juga mempunyai varian rasa, yaitu es pocong original, rasa blueberry, strawberry, durian, dan keju.
Seseram nama-nama minuman itu, ada pula mendoan iblis. Bukan ganas seperti iblis sebenarnya, ini hanya nama untuk tempe dengan telur mata sapi di atasnya dan diberi bumbu steak. Konsumen sering menyebutnya “stik tempe”. Selain itu, ada juga menu roti bakar, bernama roti mohawk, dan menu ayam serta mie goreng.
Mendoan Iblis dan Es Pocong siap disantap di kedai Es pocong Depok. Kedua menu ini menjadi menu spesial di kedai tersebut.
Mendoan Iblis dan Es Pocong siap disantap di kedai Es pocong Depok. Kedua menu ini menjadi menu spesial di kedai tersebut. (Foto: Hanggi Tyo)
Kedai Lorong jadi Es Pocong
Ide awalnya, Bonny ingin membuat produk yang berbeda dari segi nama, rasa, dan juga bentuk. “Nah, dapatlah nama es pocong dari saran dan kritik beberapa teman dan saudara saat pertama kali membuka kedai,” jelasnya saat ditemui TimParadepok di kedai Es Pocong, Senin (16/6). Ditambah lagi, saat ini sedang booming film nasional tentang hantu, seperti pocong yang menambah kedainya makin eksis.
Es Pocong sejatinya bukan usaha Bonny pribadi. Ini adalah usaha keluarganya yang terdiri dari empat orang. Pada awal tahun pembukaannya di bulan Juni 2006, kedai ini bernama Kedai Lorong karena berlokasi di kios yang kecil di pinggiran Jalan Kober sebelum ada pelebaran jalan. Saat itu pun menu yang menjadi primadona hanya mendoan dengan minuman hanya es jeruk atau es teh manis.
Barulah awal tahun 2007, ide nama dan konsep es pocong muncul. Dari sana, Bonny dan saudara-saudaranya mulai mengontrak kedai di pinggiran jalan Margonda Raya. Mereka membuat konsep baru dengan mengembangkan produk-produk makanan dan minuman yang unik bagi para konsumen.
Suasana kedai Es Pocong yang dihiasi ornamen tokoh-tokoh hantu.
Suasana kedai Es Pocong yang dihiasi ornamen tokoh-tokoh hantu. (Foto: Hanggi Tyo)

(Foto: Hanggi Tyo)
Kedai Es Pocong biasanya beroperasi dari pukul 09.00-22.00 WIB. “Namun karena karyawan berkurang, kami hanya buka dari jam sebelas sampai jam setengah delapan malam saja,” jelas pria kelahiran 5 Juli 1982 ini. Setiap harinya, es pocong distok sekitar 150 gelas, sedangkan tempe mendoan distok 400 buah. Harganya pun terjangkau antara Rp2.500 – Rp12.000.
Es Pocong pun kini telah menyegarkan hidup Bony dan keluarganya. Omzet awal yang hanya Rp15 juta per bulan, kini naik berlipat mencapai Rp100 juta per bulan. Warungnya selalu penuh sesak, bahkan pelanggannya rela antri apalagi di akhir pekan.
Bonny Angila berpose di dalam kedai Es Pocong miliknya di Jalan Margonda, Depok. (Foto: Hanggi Tyo)
Bonny Angila berpose di dalam kedai Es Pocong miliknya di Jalan Margonda, Depok. (Foto: Hanggi Tyo)
Dari semua keberhasilan itu, Bonny masih memendam satu asa. Rencananya, sebelum akhir tahun ini, kedai Es Pocong sudah pindah dari tempatnya sekarang. Dia memimpikan kios yang luas, sebagai tempat tongkrongan anak muda. “Karena kalau tetap di sini menjadi stak di tempat dan tidak berkembang. Kami ingin mendapatkan tempat jualan yang layak. Walaupun tidak luas, setidaknya ada fasilitas parkir sendiri,” harap Bonny. [FAU]
Editor : Duratun Nafisah

Kamis, 29 Mei 2014

Jurnalistik Foto: Sang Penari Dari Jepang

Foto Feature (Agenda)
Penampilan dua tarian daerah  Jepang dan Indonesia  di acara  Festival Tradisional Jepang di Blok M,  Sabtu (25/5). Acara tersebut  adalah  perayaan musim semi di Jepang yang berlangsung setiap tahun sebagai perwujudan  kerja sama diplomatik antara kedua negara tersebut

Selasa, 27 Mei 2014

Jurnalistik Foto: Wujud Parkiran Kampus

Foto General
Sejumlah motor terparkir di depan gedung Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jumat (17/5). Lahan parkir kampus yang tidak cukup untuk menampung kendaraan menyebabkan para pengendara memarkir sampai ke depan gedung. 

Senin, 26 Mei 2014

Jurnalistik Foto: Menunggang Kuda di Pasar Malam

Foto Feature

Dian (4) sedang menunggangi kuda-kudaan komedi putar  di Pasar Malam  kawasan Gandul Cinere, Depok, Jawa Barat  akhir pekan lalu. Kawasan Pasar malam yang terdiri dari beragam wahana permainan dan jajanan murah,  masih menjadi alternatif sebagian masyarakat untuk menikmati akhir pekan bersama keluarga. 

Minggu, 25 Mei 2014

Jurnalistik Foto: Perayaan Hari Kartini

Foto Feature (Agenda)
Sejumlah siswa Taman Kanak-Kanak Arrawdah, Gandul Cinere, Jawa Barat merayakan peringatan Hari Kartini, Minggu (21/4). Mereka memakai baju khas daerah dari berbagai kebudayaan Nusantara.

Jurnalistik Foto: Para Polisi Cilik



Foto Spot (General)

Pasukan Polisi Cilik didikan Polres Jakarta Selatan menghibur para pengunjung Festival Tradisional Jepang “Ennichisai 2013” di kawasan pertokoan Melawai, Blok M, Jakarta Selatan, Sabtu (25/5). Mereka melakukan gerakan-gerakan Pasukan Baris Berbaris (PBB) dan variasi formasi seraya berteriak “Polisi Anti KKN”.  Pasukan Polisi Cilik ini merupakan  program pengembangan potensi anak-anak oleh Polda Metro Jaya yang juga dijadikan sebagai  ajang promosi.  

Jumat, 23 Mei 2014

Kerajinan Sanggar Primitif Mengukirkan Lagi Wajah Sejarah

“Saya pikir ketika sudah memahat dan melihat hasil karya sendiri, maka saya senang dan itu (karya pahatan.Red) bernilai budaya yang tinggi,” sesederhana itulah Oman Sumarna menjelaskan alasannya terus menekuni bidang seni pahat. Lewat Sanggar Primitif yang didirikannya, Oman memilih kayu sebagai medianya, dan primitif sebagai ciri khas karya pahatnya.
Di teras depan rumah Oman, beberapa kayu, alat-alat pahat, dan beberapa patung belum jadi, menjelaskan kesibukan yang terjadi tiap hari di sanggar itu. Betapa tidak, Oman mengerjakan semuanya sendiri. “Sudah sejak 1996 saya menekuni dunia pahat. Dulu, ada 16 orang yang ikut belajar memahat saat tinggal di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Tapi, saat pindah ke Sawangan, Depok pada 1998, mereka tak mau ikut. Jadilah saya sendiri yang meneruskan usaha,” Oman bercerita panjang lebar.
Oman Sumarna, saat ditemui di sanggarnya, di Jl Raya Muchtar, Gg Gandaria Rt 0402 No 75, Sawangan Lama, Depok.
Sanggar itu berlokasi di Jl Raya Muchtar, Gg Gandaria Rt 04/02 No 75, Sawangan  Lama, Depok. Sebagai petunjuk bagi tamunya, Oman menempelkan tulisan “Seni Pahat Sanggar Primitif Oman Sumarna” di depan pintu.
Tak berjalan mulus, Oman mengaku sempat mengalami kebangkrutan di tahun yang sama saat ia pindah ke Depok. Selain karena ditinggal teman-temannya, krisis moneter yang terjadi pun memperburuk keadaan. “Kejadian itu membuat saya merintis usaha ini dari awal lagi dan sampai sekarang masih bertahan walaupun banyak cerita jatuh bangunnya,” jelas ayah empat anak ini, saat ditemui disela-sela aktivitas memahatnya, Sabtu (22/03).
Memahat Untuk Belajar Sejarah
Di antara karya pahat Oman adalah patung dan lampu yang berasal dari ukiran kayu. Oman memahat dengan menggunakan alat pahat tradisonal dan memilih patung-patung bentuk primitif sebagai karyanya. “Karya primitif  tak dihargai di Indonesia, hanya ada di museum. Hal itu menunjukan, Indonesia tak mencintai budaya dan melupakan karya primitif yang seharusnya diketahui anak cucu kita,”  jelas pria asal asal Padalarang, Bandung Timur itu.
Patung primitif karya Oman Sumarna.
Diakui Oman, selama ini ia menyontoh karya primitif dari buku-buku berbahasa Inggris. Walaupun tak mengerti bahasanya, ia memerhatikan gambar-gambarnya. “Saya tak pernah belajar dengan siapa pun saat mulai memahat pertama kali. Hanya melihat dari buku-buku sejarah yang saya beli di Pasar Loak, atau buku-buku hadiah dari teman,” beber Oman. Ia mulai belajar memahat secara autodidak ketika pertama kali datang untuk menetap di Jakarta dan membuat sanggar primitif.
Awal mula merintis usaha ini, Oman mengaku tak mematok harga yang pasti. Dia hanya menghitung dari jenis ukiran, tingkat kesulitan, dan ukurannya saja.  Kisaran harga barang mulai Rp25.000 sampai Rp100 juta, tergantung motif dan besarnya barang. Misalnya patung penyu yang asli dari Kalimantan, maka tak sembarang orang bisa membelinya.
Dari Pemasaran Belum Maksimal Sampai Menyewa Toko
Di ITC Depok, ada galeri UKM yang dikelola Pemda. Dulunya, Oman ikut di dalamnya. Namun, karena tidak ada kemajuan, akhirnya setelah empat tahun dia ikut dari organisasi ini, Oman pun mengundurkan diri. “Tapi setelah itu, usaha saya mandek di tengah jalan,” ungkapnya.
Karena  kebutuhan menghidupi keluarga, Oman pun terus berusaha mempertahankan usaha kerajinan primitif  ini. “Pemasaran yang benar sangat saya harapkan. Jadi saat ini, saya mencari konsumen sendiri. Saya membuat blog danfacebook yang dibuatkan oleh anak saya, walaupun hasilnya juga belum memuaskan,” kata Oman.
Untuk saat ini, pesanan berasal dari toko-toko untuk mereka jual lagi, misal dari Kalimantan, Medan, Sumatra.  Ekspor juga sudah, tapi tidak kepadanya langsung, yaitu melalui Pasaraya Blok M dan Sarinah Tamrin untuk dikirim ke Jepang. “Jumlahnya terkadang 40-50 buah untuk suvenir. Tapi sistem upahnya adalah konsinyasi, jadi tiga bulan baru mendapatkan uang,” Oman menjelaskan.
Toko Oman Sumarna yang menjual berbagai karya patung primitif.
Beberapa karya Oman yang dipajang di toko.
Akhirnya, pada awal tahun 2014 Oman dan istri memutuskan menyewa sebuah toko di kawasan Jl Abdul Wahab, Sawangan Utara. Toko itu menjadi tempat karya Oman mulai dari patung, lampu, bahkan ada kaset-kaset zaman dulu dijual di sana. Oman dan istri bergantian setiap hari untuk menjaga toko. Jika  giliran istrinya yang menjaga, maka Oman akan memahat patung di rumah.
Oman Sumarna dan istri, pemilik Sanggar Primitif.
“Pada awal menyewa, saya hampir tak mempunyai pelanggan, tapi lama kelamaan saya mendapat penghasilan, walaupun tak setiap hari. Jadi, omzet yang saya hitung adalah yang penting tak kurang dari tiga juta rupiah, dan bisa menutupi uang sewa toko,” kata Oman.
Feature ini tayang di: Paradepok
21 Tulisan saya yang lain di Paradepok bisa ditengok di sini. 

Minggu, 18 Mei 2014

Peringatan Milad Satu Dasawarsa UIN Jakarta



Tahun ini UIN  Syarif Hidayatullah Jakarta merayakan ulang tahun yang ke-11. Beragam acara dilakukan untuk memperingati pergantian nama dari kampus IAIN menjadi UIN tersebut, seperti lomba singing contest, lomba memperebutkan piala Rektor sebagai Fakultas terbersih lingkungaannya. Acara puncak perayaan Milad UIN Jakarta berupa jalan santai yang dilakukan oeh seluruh civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sabtu (18/5).

Gerak jalan santai berlangsung mulai pukul 06.00 WIB dengan dilakukan pelepasan balon oleh Rekrot UIN Prof. Dr. Komaruddin Hidayat menandai dimulainya acara tersebut. Sedikitnya ratusan civitas akademika UIN Jakarta dari pejabat rektorat, para dosen, karyawanserta mahasiswa mengikuti acara gerak jalan dengan  rute perjalanan  dari gedung rektorat di kampus satu, lalu menuju setu gintung dan berakhir di area parkir gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).  Selanjutnya, beragam hiburan ditampilkan dan di akhir acara diumumkan para pemenang dari berbagai lomba dalam rangka peringatan Milad UIN Jakarta tersebut. [Fauziah Muslimah]
Terbit di Majalah Jurnal Wisuda UIN Jakarta, Edisi Juli 2013

















Senin, 05 Mei 2014

Caleg Perempuan Gelar Aksi untuk Kuota 30 Persen

Puluhan calon legislator (caleg) perempuan dari daerah pemilihan Jakarta menggelar aksi damai di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta (30/3). Aksi yang dimeriahkan dengan senam sehat, fun walk, donor darah, dan deklarasi itu untuk membangun kesadaran pemilih agar memilih caleg perempuan untuk tercapainya kuota 30 persen di parlemen.

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Linda Amalia Sari mengatakan, acara ini puncak dari kegiatan yang dilakukan KPPPA bekerjasama dengan UNDP. Kerjasama ini untuk menjaga komitmen pemerintah agar caleg perempuan terpilih di parlemen. Sangat penting perempuan ikut andil di ranah politik dan parlemen.
“Dengan keterwakilan mereka, masalah-masalah  perempuan dan anak di negara ini bisa tersuarakan di lini pembangunan bangsa yang bisa membuat masyarakat sejahtera,” jelas Linda.
Add caption

Beberapa foto hasil liputan di aksi hari itu. 

Linda menambahkan, saat ini masyarakat belum paham, wilayah politik masih didominasi laki-laki. Sedangkan, partisipasi politik perempuan harus diberi akses. Kami ingin mendorong masyarakat untuk memilih caleg perempuan agar seimbang keterwakilan di parlemen. Mereka dapat membangun masyarakat yang berspektif perempuan.
“Saya berharap, setidaknya 18-20 persen anggota legislator perempuan terpilih dalam pemilu tahun ini. Mereka harus bisa mewujudkan solusi dalam pembangunan ini,” lanjutnya.
Aksi ini sendiri berlangsung untuk menyosialisasikan program Strengthening Women’s Participation and Representation in Governance (SWARGA) di Indonesia, dengan tema “Bakti Caleg Perempuan Bersama Rakyat”. Acara ini didukung oleh UNDP dan KPPPA, juga dihadiri berbagai komunitas perempuan. [Fauziah]

Beirta ini tayang di: Rumah Pemilu
juga ada: Jangan Ada Surat Suara Tertukar Jilid II

Jumat, 07 Februari 2014

Tradisi Ilmiah Mahasiswa Untuk Raih Ilmu Bukan Sekedar Gelar

Prof. Dr. Andi Faisal Bakti: Guru Besar Ilmu Komunikasi UIN  Jakarta


Tradisi ilmiah mahasiswa sebagai kebiasaan yang melekat di keseharian kegiatan perkuliahan mereka mulai menurun. Dapat dibuktikan, perbedaan jumlah mahasiswa di perpustakaan dengan mereka yang ada di tempat hiburan seperti mall dan kafe. Apakah hal ini dipengaruhi oleh sikap hedonis?  Menurut Guru Besar Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM)  Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, tradisi ilmiah mahasiswa bisa ditingkatkan dengan banyak cara, yang terpenting adalah kesadaran dan keaktifan mahasiswa sendiri untuk meraih ilmu pengetahuan bukan sekedar untuk meraih gelar saja. Berikut petikan lengkap wawancara wartawan Fauziah Muslimah dengan Guru Besar Ilmu Komunikasi FIDKOM UIN Jakarta, Senin (29/10) di kantornya yang berlokasi di Ciputat, Tangerang Selatan  seputar menurunnya tradisi ilmiah mahasiswa sekarang:

Bagaimana kriteria tradisi ilmiah yang harus dimiliki oleh mahasiswa?

Dari hal yang sederhana saja, jika membuat makalah mereka harus banyak membaca semua buku yang berkaitan dengan makalah yang akan mereka tulis. Mahasiswa harus bisa menulis dengan baik, dan tulisan yang baik itu yang banyak referensinya, berkaitan dengan permasalahan yang dibahas, dan yang terpenting adalah pola-pola penulisan yang baik dan benar.

Makalah atau skripsi yang ditulis sesuai prosedur akan melahirkan karya ilmiah yang bernilai dan bermanfaat. Sesuai prosedur yang saya maksud adalah karya ilmiah yang berisi konteks, latar belakang, teori-teori ilmuwan, dan yang terpenting adalah pernyataan pemakalah terhadap permasalahan yang sifatnya ilmiah, bukan deskriptif biasa, dan lebih baik lagi jika bersifat analisis dan kritis. Oleh karena itu pembuatan karya ilmiah memerlukan penelitian mendalam agar bisa menjawab permasalah secara detil.

Apa yang Anda lakukan dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan tradisi ilmiah mahasiswa?

Biasanya saya memberikan tugas berupa penulisan makalah. Tapi makalah yang berbobot isinya dan penulisannya sesuai prosedur yang tadi saya jelaskan. Saya ingin mahasiswa bisa menciptakan dan menemukan  ilmu pengetahuan dari hasil pemikiran mereka sendiri.

Jika kita lihat sekarang, budaya hedonis yang ada di masyarakat menjadikan mahasiswa jarang membaca buku atau menjalankan tradisi ilmiah mereka. Apa penyebabnya?

Budaya hedonis itu budaya yang sia-sia saja, karena hal itu tidak produktif. Bagaimana mungkin mereka bisa  melahirkan suatu karya  ilmiah, jika kegiatannya hanya hang-out bersama teman-temannya, sedangkan menulis karya ilmiah itu harus melakukan penelitian mendalam, seperti membaca buku. Mereka akan merugi nantinya, karena hidup di dunia ini kita harus bekerja, berkiprah, dan berkarya.

Mahasiswa sekarang ini kurang aktif dan sadar terhadap ilmu pengetahuan. Mereka hanya sekedar kuliah, tidak berusaha meraih ilmu dengan sungguh-sungguh. Keaktifan dan kesadaran mahasiswa terhadap ilmu pengetahuan itu sangat penting, jangan hanya untuk meraih gelar tapi ilmunya tidak dapat. Gelar akan mengikuti setelah kita benar bersungguh-sungguh belajar. Salah satu penyebab berkurangnya kreativitas mahasiswa di tradisi ilmiah mereka adalah mereka terlalu fokus pada gelar, bukan ilmunya, karena itu ada mahasiswa yang membayar orang lain, misalnya untuk mengerjakan tugas makalah, bahkan skripsi. Jika demikian, mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai dan hasilnya nanti adalah hanya gelar yang mereka dapatkan bukan ilmu pengetahuannya.

Untuk berkaca dari pengalaman Anda mengajar di Universitas luar negeri, Bagaimana tradisi ilmiah mahasiswa luar negeri jika dibandingkan dengan mahasiswa di Indonesia?

Dari segi kecerdasan, saya pikir mereka semua sama. Hanya saja dari sisi fasilitas mereka lebih kaya raya, misalnya perpustakaan mereka lengkap bahkan naskah kuno pun ada di sana. Pertama, semangat belajar. Mahasiswa luar negeri cenderung lebih tinggi semangatnya. Padahal mereka kuliah sambil bekerja untuk memenuhi kehidupan mereka sendiri yang sudah lepas dari tanggung jawab orang tua sejak berusia 18 tahun. Jika putus kerja, pemerintah di sana bersedia mengeluarkan tunjangan dana untuk meneruskan kuliah mereka.

Kedua, mereka lebih tekun dalam belajar dan fokus pada tugas yang diberikan dosen. Jika saya memeriksa hasil tugas mereka, saya tidak membutuhkan waktu yang lama, karena mereka menulis sesuai dengan pola-pola penulisan yang baik dan benar serta penelitian mereka bersifat Internasional. Seperti penelitian tentang Islam di India atau yang lainnya yang menyiratkan penelitian mereka bernilai tinggi, karena melakukan penelitian yang mendalam.

Terakhir, sebaiknya kita tidak membanding-bandingkan. Tapi, alangkah baiknya mahasiswa Indonesia bisa berkaca dari semangat belajar mahasiswa luar negeri.

Jika demikian, apakah fasilitas bisa menjadi salah satu alasan mahasiswa Indonesia berkurang tradisi ilmiahnya?

Fasilitas jangan menjadi penghalang kita untuk berkreativitas. Karena, keaktifan untuk meraih  ilmu pengetahuanlah yang terpenting menurut saya. Tapi, terkadang fasilitas yang kurang menjadikan tradisi ilmiah itu kurang maksimal.

Terakhir, Apa prinsip-prinsip yang harus dipegang mahasiswa  untuk meningkatkan tradisi ilmiahnya?

Saya akan mengambil garis besarnya, meraih ilmu dengan sungguh-sungguh itu lebih baik daripada hanya bertujuan meraih gelar saja. Mahasiswa harus mempunyai manajemen waktu yang baik untuk menyelsaikan tugas-tugasnya tepat waktu. Mereka harus pandai menulis dan  untuk bisa diterbitkan agar bisa dibaca banyak orang.


Mahasiswa mengambil peran penting dalam pengabdian kepada masyarakat, oleh karena itu belajar dengan sungguh-sungguh bisa menjadikan mereka  bermanfaat bagi masyarakat luas. Budaya hedonis harus mereka hilangkan, mereka harus cerdas secara moral, intelektual, emosional, fisik agar tidak terlalu lama menjadi beban orang tua. Terakhir, belajarlah bahasa asing dan belajarlah ke Universitas-Universitas luar negeri untuk mendapatkan ilmu dan pengelaman yang lebih luas. [] Fauziah Muslimah