Kamis, 29 Mei 2014

Jurnalistik Foto: Sang Penari Dari Jepang

Foto Feature (Agenda)
Penampilan dua tarian daerah  Jepang dan Indonesia  di acara  Festival Tradisional Jepang di Blok M,  Sabtu (25/5). Acara tersebut  adalah  perayaan musim semi di Jepang yang berlangsung setiap tahun sebagai perwujudan  kerja sama diplomatik antara kedua negara tersebut

Selasa, 27 Mei 2014

Jurnalistik Foto: Wujud Parkiran Kampus

Foto General
Sejumlah motor terparkir di depan gedung Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jumat (17/5). Lahan parkir kampus yang tidak cukup untuk menampung kendaraan menyebabkan para pengendara memarkir sampai ke depan gedung. 

Senin, 26 Mei 2014

Jurnalistik Foto: Menunggang Kuda di Pasar Malam

Foto Feature

Dian (4) sedang menunggangi kuda-kudaan komedi putar  di Pasar Malam  kawasan Gandul Cinere, Depok, Jawa Barat  akhir pekan lalu. Kawasan Pasar malam yang terdiri dari beragam wahana permainan dan jajanan murah,  masih menjadi alternatif sebagian masyarakat untuk menikmati akhir pekan bersama keluarga. 

Minggu, 25 Mei 2014

Jurnalistik Foto: Perayaan Hari Kartini

Foto Feature (Agenda)
Sejumlah siswa Taman Kanak-Kanak Arrawdah, Gandul Cinere, Jawa Barat merayakan peringatan Hari Kartini, Minggu (21/4). Mereka memakai baju khas daerah dari berbagai kebudayaan Nusantara.

Jurnalistik Foto: Para Polisi Cilik



Foto Spot (General)

Pasukan Polisi Cilik didikan Polres Jakarta Selatan menghibur para pengunjung Festival Tradisional Jepang “Ennichisai 2013” di kawasan pertokoan Melawai, Blok M, Jakarta Selatan, Sabtu (25/5). Mereka melakukan gerakan-gerakan Pasukan Baris Berbaris (PBB) dan variasi formasi seraya berteriak “Polisi Anti KKN”.  Pasukan Polisi Cilik ini merupakan  program pengembangan potensi anak-anak oleh Polda Metro Jaya yang juga dijadikan sebagai  ajang promosi.  

Jumat, 23 Mei 2014

Kerajinan Sanggar Primitif Mengukirkan Lagi Wajah Sejarah

“Saya pikir ketika sudah memahat dan melihat hasil karya sendiri, maka saya senang dan itu (karya pahatan.Red) bernilai budaya yang tinggi,” sesederhana itulah Oman Sumarna menjelaskan alasannya terus menekuni bidang seni pahat. Lewat Sanggar Primitif yang didirikannya, Oman memilih kayu sebagai medianya, dan primitif sebagai ciri khas karya pahatnya.
Di teras depan rumah Oman, beberapa kayu, alat-alat pahat, dan beberapa patung belum jadi, menjelaskan kesibukan yang terjadi tiap hari di sanggar itu. Betapa tidak, Oman mengerjakan semuanya sendiri. “Sudah sejak 1996 saya menekuni dunia pahat. Dulu, ada 16 orang yang ikut belajar memahat saat tinggal di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Tapi, saat pindah ke Sawangan, Depok pada 1998, mereka tak mau ikut. Jadilah saya sendiri yang meneruskan usaha,” Oman bercerita panjang lebar.
Oman Sumarna, saat ditemui di sanggarnya, di Jl Raya Muchtar, Gg Gandaria Rt 0402 No 75, Sawangan Lama, Depok.
Sanggar itu berlokasi di Jl Raya Muchtar, Gg Gandaria Rt 04/02 No 75, Sawangan  Lama, Depok. Sebagai petunjuk bagi tamunya, Oman menempelkan tulisan “Seni Pahat Sanggar Primitif Oman Sumarna” di depan pintu.
Tak berjalan mulus, Oman mengaku sempat mengalami kebangkrutan di tahun yang sama saat ia pindah ke Depok. Selain karena ditinggal teman-temannya, krisis moneter yang terjadi pun memperburuk keadaan. “Kejadian itu membuat saya merintis usaha ini dari awal lagi dan sampai sekarang masih bertahan walaupun banyak cerita jatuh bangunnya,” jelas ayah empat anak ini, saat ditemui disela-sela aktivitas memahatnya, Sabtu (22/03).
Memahat Untuk Belajar Sejarah
Di antara karya pahat Oman adalah patung dan lampu yang berasal dari ukiran kayu. Oman memahat dengan menggunakan alat pahat tradisonal dan memilih patung-patung bentuk primitif sebagai karyanya. “Karya primitif  tak dihargai di Indonesia, hanya ada di museum. Hal itu menunjukan, Indonesia tak mencintai budaya dan melupakan karya primitif yang seharusnya diketahui anak cucu kita,”  jelas pria asal asal Padalarang, Bandung Timur itu.
Patung primitif karya Oman Sumarna.
Diakui Oman, selama ini ia menyontoh karya primitif dari buku-buku berbahasa Inggris. Walaupun tak mengerti bahasanya, ia memerhatikan gambar-gambarnya. “Saya tak pernah belajar dengan siapa pun saat mulai memahat pertama kali. Hanya melihat dari buku-buku sejarah yang saya beli di Pasar Loak, atau buku-buku hadiah dari teman,” beber Oman. Ia mulai belajar memahat secara autodidak ketika pertama kali datang untuk menetap di Jakarta dan membuat sanggar primitif.
Awal mula merintis usaha ini, Oman mengaku tak mematok harga yang pasti. Dia hanya menghitung dari jenis ukiran, tingkat kesulitan, dan ukurannya saja.  Kisaran harga barang mulai Rp25.000 sampai Rp100 juta, tergantung motif dan besarnya barang. Misalnya patung penyu yang asli dari Kalimantan, maka tak sembarang orang bisa membelinya.
Dari Pemasaran Belum Maksimal Sampai Menyewa Toko
Di ITC Depok, ada galeri UKM yang dikelola Pemda. Dulunya, Oman ikut di dalamnya. Namun, karena tidak ada kemajuan, akhirnya setelah empat tahun dia ikut dari organisasi ini, Oman pun mengundurkan diri. “Tapi setelah itu, usaha saya mandek di tengah jalan,” ungkapnya.
Karena  kebutuhan menghidupi keluarga, Oman pun terus berusaha mempertahankan usaha kerajinan primitif  ini. “Pemasaran yang benar sangat saya harapkan. Jadi saat ini, saya mencari konsumen sendiri. Saya membuat blog danfacebook yang dibuatkan oleh anak saya, walaupun hasilnya juga belum memuaskan,” kata Oman.
Untuk saat ini, pesanan berasal dari toko-toko untuk mereka jual lagi, misal dari Kalimantan, Medan, Sumatra.  Ekspor juga sudah, tapi tidak kepadanya langsung, yaitu melalui Pasaraya Blok M dan Sarinah Tamrin untuk dikirim ke Jepang. “Jumlahnya terkadang 40-50 buah untuk suvenir. Tapi sistem upahnya adalah konsinyasi, jadi tiga bulan baru mendapatkan uang,” Oman menjelaskan.
Toko Oman Sumarna yang menjual berbagai karya patung primitif.
Beberapa karya Oman yang dipajang di toko.
Akhirnya, pada awal tahun 2014 Oman dan istri memutuskan menyewa sebuah toko di kawasan Jl Abdul Wahab, Sawangan Utara. Toko itu menjadi tempat karya Oman mulai dari patung, lampu, bahkan ada kaset-kaset zaman dulu dijual di sana. Oman dan istri bergantian setiap hari untuk menjaga toko. Jika  giliran istrinya yang menjaga, maka Oman akan memahat patung di rumah.
Oman Sumarna dan istri, pemilik Sanggar Primitif.
“Pada awal menyewa, saya hampir tak mempunyai pelanggan, tapi lama kelamaan saya mendapat penghasilan, walaupun tak setiap hari. Jadi, omzet yang saya hitung adalah yang penting tak kurang dari tiga juta rupiah, dan bisa menutupi uang sewa toko,” kata Oman.
Feature ini tayang di: Paradepok
21 Tulisan saya yang lain di Paradepok bisa ditengok di sini. 

Minggu, 18 Mei 2014

Peringatan Milad Satu Dasawarsa UIN Jakarta



Tahun ini UIN  Syarif Hidayatullah Jakarta merayakan ulang tahun yang ke-11. Beragam acara dilakukan untuk memperingati pergantian nama dari kampus IAIN menjadi UIN tersebut, seperti lomba singing contest, lomba memperebutkan piala Rektor sebagai Fakultas terbersih lingkungaannya. Acara puncak perayaan Milad UIN Jakarta berupa jalan santai yang dilakukan oeh seluruh civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sabtu (18/5).

Gerak jalan santai berlangsung mulai pukul 06.00 WIB dengan dilakukan pelepasan balon oleh Rekrot UIN Prof. Dr. Komaruddin Hidayat menandai dimulainya acara tersebut. Sedikitnya ratusan civitas akademika UIN Jakarta dari pejabat rektorat, para dosen, karyawanserta mahasiswa mengikuti acara gerak jalan dengan  rute perjalanan  dari gedung rektorat di kampus satu, lalu menuju setu gintung dan berakhir di area parkir gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).  Selanjutnya, beragam hiburan ditampilkan dan di akhir acara diumumkan para pemenang dari berbagai lomba dalam rangka peringatan Milad UIN Jakarta tersebut. [Fauziah Muslimah]
Terbit di Majalah Jurnal Wisuda UIN Jakarta, Edisi Juli 2013

















Senin, 05 Mei 2014

Caleg Perempuan Gelar Aksi untuk Kuota 30 Persen

Puluhan calon legislator (caleg) perempuan dari daerah pemilihan Jakarta menggelar aksi damai di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta (30/3). Aksi yang dimeriahkan dengan senam sehat, fun walk, donor darah, dan deklarasi itu untuk membangun kesadaran pemilih agar memilih caleg perempuan untuk tercapainya kuota 30 persen di parlemen.

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Linda Amalia Sari mengatakan, acara ini puncak dari kegiatan yang dilakukan KPPPA bekerjasama dengan UNDP. Kerjasama ini untuk menjaga komitmen pemerintah agar caleg perempuan terpilih di parlemen. Sangat penting perempuan ikut andil di ranah politik dan parlemen.
“Dengan keterwakilan mereka, masalah-masalah  perempuan dan anak di negara ini bisa tersuarakan di lini pembangunan bangsa yang bisa membuat masyarakat sejahtera,” jelas Linda.
Add caption

Beberapa foto hasil liputan di aksi hari itu. 

Linda menambahkan, saat ini masyarakat belum paham, wilayah politik masih didominasi laki-laki. Sedangkan, partisipasi politik perempuan harus diberi akses. Kami ingin mendorong masyarakat untuk memilih caleg perempuan agar seimbang keterwakilan di parlemen. Mereka dapat membangun masyarakat yang berspektif perempuan.
“Saya berharap, setidaknya 18-20 persen anggota legislator perempuan terpilih dalam pemilu tahun ini. Mereka harus bisa mewujudkan solusi dalam pembangunan ini,” lanjutnya.
Aksi ini sendiri berlangsung untuk menyosialisasikan program Strengthening Women’s Participation and Representation in Governance (SWARGA) di Indonesia, dengan tema “Bakti Caleg Perempuan Bersama Rakyat”. Acara ini didukung oleh UNDP dan KPPPA, juga dihadiri berbagai komunitas perempuan. [Fauziah]

Beirta ini tayang di: Rumah Pemilu
juga ada: Jangan Ada Surat Suara Tertukar Jilid II