Kamis, 10 September 2015

Makanan dari Olahan Susu Yang Menggoda Lidah



Selain memanfaatkan dagingnya, hewan ternak juga biasa diambil susunya. Karena itu, susu menjadi salah satu minuman yang digemari masyarakat, terutama bagi kalangan anak-anak. Susu hewan ternak yang biasa  diolah menjadi minuman biasanya bersalah dari hewan sapi, kerbau, bahkan kuda. Saat ini, sudah banyak pengolahan susu  tersebar di berbagai daerah di Nusantara dengan melakukan perkembangan terus-menerus, kini susu pun tidak hanya diolah menjadi minuman yang kaya kalsium, tapi juga makanan, mulai dari kerupuk sampai permen susu.

Jika anda berkesempatan jalan-jalan ke Kota Bandung, maka sempatkanlah untuk mencicipi beragam kuliner unik dari olahan susu yang sudah terkenal di kota kembang ini. Seperti yang dilakukan Lusi, perempuan asal Kota Bandung berhasil membuat inovasi beraneka ragam jenis makanan yang semuanya berbahan dasar susu sapi murni. Lusi sendiri telah tiga tahun menggeluti bisinis makanan kecil yang terbuat dari susu sapi. Pembuatan makanan dari susu sendiri berawal dari coba-coba untuk membuat resep menggunakan susu dan hanya dijual pada teman temanya saja. Namun seiring berkembangnya waktu, Lusi telah memiliki sepuluh orang pegawai. Bahkan tempat yang sekaligus toko penjualan makanan serba susu yang berada di jalan Seskoau Lembang tidak pernah sepi dari pembeli.

Saat ini, Lusi mampu membuat sepuluh jenis makanan ringan yang terbuat dari susu di antaranya pie susu, keripik susu, permen susu, dodol susu dan jenis makanan lainnya. Namun di antara semua produk yang dia buat, dodol dan permen susu merupakan jenis makanan yang paling banyak dicari pengunjung. Sedangkan harga yang dipatok pun terbilang terjangkau yakni mulai dari 7.500 hingga 27.500 rupiah.

Sementara itu, setelah berjalan 3 tahun, bisnis makanan serba susu ini pun telah mampu menghasilkan omset yang cukup menggiurkan hingga 10 Juta Rupiah setiap harinya. Toko milik Lusi berlokasi di daerah Lembang, Bandung yang menjual beragam makanan yang berbahan dasar susu sapi.
Contoh produk makanan dari olahan susu; Karamel susu, dodol susu, dan kerupuk susu
sumber foto: wikipedia.com

Lalu, bagaimana rasa dan bentuk makanan-makanan olahan susu ini? Berikut ulasannya untuk anda;

Tahu Susu
Tahu Susu Lembang sebenarnya adalah pusat wisata kuliner yang menjadikan tahu susu sebagai menu andalannya,karena di pusat wisata kuliner lembang ini juga,nyatanya terdapat banyak kios atau kedai yang menyajikan aneka olahan berbahan dasar tahu,seperti tahu mendoan dan juga makanan seperti lontong,kupat tahu,batagor serta minuman susu kedelai.

Khusus Tahu Susu Lembang memang unik dan bagi siapa pun yang menikmatinya akan merasakan sensasi rasa kuliner yang berbeda dari jenis tahu lainnya. Masih berbahan dasar kedelai,akan tetapi karena kawasan lembang juga sebagai tempat peternakan sapi perah,maka racikan bahan tahunya dicampur dengan susu sapi segar,yang otomatis rasa tahunya akan lebih gurih,nikmat dan sehat karena bebas dari juga dari bahan pengawet.

Kerupuk Susu
Kerupuk adalah salah satu jenis panganan yang paling diminati oleh masyarakatIndonesia. Kerupuk biasa dijadikan pendamping makanan maupun selingan, agar makanan terasa lebih nikmat dan secara langsung memengaruhi nafsu makan melalui bunyinya. Namun, dibalik daya tariknya tersebut ternyata kerupuk tidak menghasilkan zat gizi untuk kebaikan tubuh kita, alih-alih keburukan. Tetapi saat ini telah diproduksi kerupuk susu yang memiliki daya tarik yang tidak kalah menarik dari kerupuk biasa.

Kerupuk susu, dari namanya saja sudah tertebak bahwa bahan utama dari kerupuk ini tentu saja adalah susu. Kerupuk susu dibuat dari padatan susu yang dikeringkan dan ditambah sedikit bahan lain agar dapat menjadi bentuk kerupuk. Manfaat yang diberikan kerupuk ini memang tidak sebanding dengan susu yang asli. Namun, kerupuk susu dapat meminimalkan kekurangan zat – zat yang terdapat pada susu bagi sebagian orang yang tidak menyukai susu.

Kerupuk semacam ini banyak dijual di tempat-tempat di sekitar peternakan sapi seperti Bandung, Malang, dan  Boyolali, Jawa Tengah.  Kerupuk susu memiliki beberapa keutamaan, yaitu  aromanya lebih gurih, kandungan mineral dan proteinnya lebih tinggi, yakni kalsium dan fosfor yang jauh lebih tinggi, dan tanpa bahan pengawet-pun, ia bisa bertahan berbulan-bulan tanpa merusak nilai nutrisinya.

Tapi ada kekurangannya, yaitu  kerupuk tidak dapat dimakan bersama makanan lain seperti bakso dan mi ayam, tetapi dapat dijadikan selingan yang lebih menyehatkan daripada kerupuk biasa. Selain itu kekurangan dari kerupuk susu adalah harganya yang agak mahal dari jenis kerupuk lain, karena memang terbuat dari bahan hewani.

Dodol Susu
Salah satu makanan ringan khas Indonesia yang juga menjadi favorit adalah dodol. Dodol menjadi makanan favorit dikarenakan rasanya yang manis dan legit, apalagi disajikan dengan teh tawar hangat. Selain itu teksturnya yang kenyal membuat sensasi yang unik di lidah dan juga di rongga mulut, apalagi jika dikulum.

Dodol biasa terbuat dari campuran tepung ketan, tepung terigu, gula pasir, lemak (sebagai penambah rasa gurih dan pengawet alami), dan juga santan. Bagaimana jika santan kental digantikan dengan susu? Maka hasilnya adalah dodol luar biasa yang dapat diberi nama dodol susu.

Setiap daerah di Indonesia memiliki citarasa khas dan bentuk dari dodol. Sebagai contoh pada daerah Sumatra, bentuk dodol seperti bambu yang dipotong pada tiap ruasnya. Daerah Garut memiliki bentuk dodol yang lebih kecil yaitu bentuk silinder seperti spidol pendek. Sedangkan dodol di daerah Jakartaberbentuk sampan plastik, karena memang alat pembentuk  atau cetakan dodol Jakarta adalah sampan plastik yang biasa digunakan untuk tempat bumbu atau nasi berkat.

Dodol susu adalah pangan khas dari Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Di Bandung, diketahui dodol susu sudah dibuat sejak tahun 70-an. Di sana, gula ditambah dengan jumlah yang cukup banyak untuk mengawetkan dodol susu ini.

Sedangkan, di Samiran, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, produksi dodol susu di desa ini sudah dimulai semenjak 2010, pasca erupsi Gunung Merapi yang sempat juga menghancurkan perekonomian masyarakat di kawasan itu. Susu sengaja dipilih orang kampung sebagai bahan utama karena selain mudah diperoleh, serta berharap dodol susu bisa menjadi salah satu produk oleh-oleh khas Boyolali karena kabupaten itu memang telah dikenal dengan sebutan Kota Susu. Meskipun mereka mengakui, Kabupaten Boyolali bukanlah daerah yang kali pertama memproduksi dodol susu.


Permen Susu
Permen adalah sejenis makanan yang paling digemari di seluruh dunia. Karena rasanya manis, bentuknya kecil sehingga mudah dibawa kemana saja, berwarna – warni, berbentuk menarik, dan dapat menghilangkan rasa bosan maupun tertekan.

Konsumsi permen memang menyenangkan, namun jikalau tidak memberikan manfaat yang baik bagi tubuh sama saja dengan membuang – buang dana untuk sesuatu yang tidak ada. Karena itu, untuk mendapatkan manfaat yang baik dari permen, maka dibuatlah permen susu.

Permen susu ini dominan terbuat dari susu dan gula susu (laktosa). Secara otomatis permen susu ini memiliki kandungan yang hampir menyerupai dengan susu asli, bahkan memiliki lebih banyak kandungan gizi dibandingkan dengan susu asli itu sendiri. Karena permen susu dapat difortifikasi dengan zat – zat lain.

Dengan mengkonsumsi permen susu memang amat sangat baik dan sangat dianjurkan, apalagi bagi yang kekurangan kalsium, namun tidak menyukai susu. Tetapi konsumsi yang berlebihan juga  dapat menyebabkan karies gigi dan gigi berlubang. (Fauziah)

Sumber:

Rabu, 09 September 2015

Mencicipi Masakan Berbahan Daging Nan Menggiurkan



Setiap hari Raya Idul Adha tiba, banyak para ibu yang bingung untuk mengolah masakan berbahan daging kurban. mereka terkadang bosan dengan menu masakanan yang itu-itu saja. Tapi, sebenarnya, daging itu bisa diolah menjadi beragam masakan. Berikut sepuluh menu masakan olahan daging yang bisa anda coba, jika bosan dengan menu olahan daging yang itu-itu saja.

Pertama, Abon. Makanan ini adalah  olahan daging sapi yang dikeringkan dan berwujud serat-serat kasar namun halus dan lembut saat dimakan. Abon sapi ini bisa bertahan sampai berbulan-bulan. Nasi putih hangat bisa menjadi teman yang pas untuk menyantap makanan  yang mempunyai cita rasa tinggi daging sapi ini. 
Kedua, Dendeng. Ini adalah  salah satu jenis makanan daging sapi yang tahan lama karena diawetkan. Dendeng sapi ini terbuat dari irisan tipis daging sapi yang telah kering dijemur. Saat ingin dimakan, kita bisa menggorengnya saat ingin makan untuk mendapatkan cita rasa yang enak dari olahan daging sapi ini.

Ketiga, Empal Sapi, yaitu  salah satu olahan daging sapi yang paling mudah dibuat.  Namun walaupun  mudah dibuat, empal ini memiliki banyak penggemar tersendiri. Empal dibuat dengan cara menggoreng segumpal daging sapi. Empal bisa disantap sebagai teman makan soto, selain rasanya yang kenyal dan gurih, empal terbukti memiliki protein yang sangat tinggi.

Keempat, Steak Sapi. Daging sapi yang dipanggang di atas hot plate ini memiliki cita rasa tersendiri. Jenis masakan dari daerah Amerika ini sekarang telah populer di Indonesia. Banyak kita jumpai rumah makan steak daging sapi ini. Bagian daging sapi yang dibuat steak ini biasanya bagian sirloin dan tenderloin. Cara menyantapnya pun ditemani dengan kentang goreng dan aneka lilihan sayuran serta saus khas steak yang membuat lidah bergetar. Tapi, memasak daging steak harus mempunyai keahlian tersendiri, karena semua bagian daging hingga dalam harus dipastikan matang namun tetap terasa jucy dan tidak terlalu kering.

Kelima, Tongseng. Selain gulai sapi yang sduah biasa, tongseng daging sapi juga menjadi menu santap yang paling banyak digemari. Perpaduan rasa manis, gurih, dan asin ini memiliki cita rasa tersendiri dari makanan berkuah manis ini.

Keenam, Rica-Rica Daging Kambing. Ciri khas rica-rica yang pedas begitu menggugah selera. Perpaduan rasa kenyal dari daging dan pedas dari bumbu rica-rica akan tambah enak ketika kita menyantap makanan ini selagi masih panas.

Ketujuh, Tumis Daging Kambing. Bukan hanya sayur sayuran saja yang bisa di tumis,  daging kambing pun bisa diolah menjadi masakan dengan nama tumis daging kambing. Daging biasanya dipotong kecil-kecil untuk ditumis bersama bumbu rempah, seperti bawang dan cabai.

Kedelapan, Krengsengan Daging Kambing. Menu masakan pilihan daging kambing lainnya adalah krengsengan daging kambing. Anda bisa menjadikan krengsengan daging kambing ini sebagai pilihan pelengkap menu masakan daging kambing.

Kesembilan, Gulai Iga Kambing. Iga kambing yang tipis-tipis tersebut cocok diolah menjadi masakan gulai kambing. Walaupun hanya berupa tulang-tulang tipis, namun di sanalah  letak kenikmatannya. Tulang-tulang iga yang tipis disertai sedikit daging ditambah kuah gulai yang  nikmat membuat makan kita menjadi lahap.
\
Kesepuluh, Nasi Goreng Kambing. Makan nasi goreng memang sudah biasa, namun makan nasi goreng kambing baru luar biasa. Memang ini merupakan nasi goreng namun dengan dicampuri daging kambing. Tentu saja rasanya juga nikmat, tidak hanya sensasi rasa nasi goreng tapi juga ditambah dengan rasa gurih dan kenyal dari daging kambing tersebut.
 Aneka menu masakan olahan daging ini bisa anda coba sendiri di rumah. Tentunya, tanpa mengurangi esensi  sakral dari hari Raya Idul Adha itu sendiri, menyajikan masakan enak di hari raya bisa menambah kehangatan di tengah keluarga. Selamat mencoba! (Fauziah)

Sumber:



Selasa, 08 September 2015

Tradisi Meugang Masyarakat Aceh Yang Melegenda



Setiap hari raya tiba, semua masyarakat bersuka cita. Berbagai persiapan pun dilakukan, keluarga di tanah tantau pun akan kembali pulang, dan beragam makanan akan tersaji untuk perayaan. Seperti yang selalu dilakukan oleh masyarakat Aceh dan sudah menjadi tradisi di dua hari raya besar, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Tradisi ini bernama Meugang, yaitu tradisi rakyat Aceh menyambut Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha dengan menyembelih atau membeli daging sapi.

Tradisi Meugang sebenarnya sudah ada sejak Sultan Aceh. Dalam Undang-Undang Kesultanan Aceh dahulu, yang dikenal dengan Qanun Meukuta Alam yang disyarah Teuku  Di Mulek, dalam bab II pasal 5 Qanun Meukuta Alam disebut bahwa "Bila telah mendekati hari meugang, baik meugang puasa, meugang Lebaran, sebulan sebelum memasuki hari meugang , keuchik, imeum menasah, dan tuha peut di seluruh Aceh diwajibkan mendata di tiap kampung yang di pimpinnya, yang bertujaun untuk mengetahui jumlah fakir miskin, inong bale, yatim piatu, orang sakit lumpuh, dan tuna netra".

Semua yang telah didata tersebut akan di laporkan oleh Keuchik kepada Imam Mukim, lalu ke hulubalang, lalu akan di sampaikan kepada kadi dua puluh dua, dan seterusnya hingga sampai ke Sultan Aceh. Kemudian Sultan Aceh akan memerintah Tandi Siasatnya (ajudan Sultan) untuk membuka balai silahturahmi, lalu mengambil dirham dan kain serta membeli sapi untuk di sembelih pada hari meugang lalu akan di kirimkan kepada keuchik di seluruh Aceh  untuk dibagikan kepada yang berhak yang telah terdata sebelumnya.

Dalam banyak riwayat juga dikatakan,  Meugang pertama kali diperingati pada masa Kerajaan Aceh Darussalam yang dipimpin Sultan Iskandar Muda, yang berkuasa tahun 1607-1636 M. Istilah makmeugangdiatur dalam Qanun Meukuta Alam Al Asyi atau Undang-Undang Kerajaan. Kerajaan memerintahkan perangkat desa mendata warga miskin, kemudian diverifikasi oleh lembaga resmi (Qadhi) kesultanan untuk memilih orang-orang yang layak menerima daging. Sultan kemudian memotong banyak ternak. Dagingnya dibagikan kepada warga miskin secara gratis. Hal ini dilakukan sebagai wujud syukur dan bergembira menyambut Ramadhan dan hari raya.

 Pada hari Meugang lazimnya seluruh anggota keluarga berkumpul untuk makan-makan bersama dengan menu spesial masakan daging. Karenanya, ada juga yang menyebutkan Meugang dengan sebutan Uroe Pajoh-Pajoh (makan bersama). Karena itu, bisa dipastikan pada hari Meugang di setiap rumah orang Aceh akan tercium aroma masakan daging.

Pemuka umat muslim setempat mengatakan, tradisi warga makan dan memasak daging Meugang telah dilakukan sejak masa kesultanan Aceh abad ke empat belas, dan tradisi itu kini masih dilakukan turun temurun. Meugang memiliki nilai religius karena dilakukan di hari-hari suci umat Islam. Masyarakat Aceh percaya bahwa nafkah yang dicari selama 11 bulan wajib disyukuri dalam bentuk tradisi Meugang.

Sebelumnya, kalangan peneliti sejarah mengatakan, Meugang  merupakan tradisi warga Aceh memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga, kaum dhuafa dan yatim piatu. Tradisi Meugang atau Makmeugang merupakan kegiatan menyembelih ternak, kambing, sapi dan kerbau, dilaksanakan setahun tiga kali, yakni awal puasa Ramadhan, lebaran baik Idul Fitri maupun Idul Adha. Selain kambing kerbau dan sapi, masyarakat Aceh juga menyembelih ayam dan bebek. Tradisi Meugang di pedesaan  biasanya berlangsung beberapa hari sebelum bulan Ramadhan atau hari raya, sedangkan di kota berlangsung dua hingga tiga hari sebelum Ramadhan atau hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha).

Selain dinikmati bersama keluarga, tradisi Meugang ini juga dilakukan untuk menambah pahala di kegiatan sosial. Biasanya warga Aceh memasak daging di rumah, setelah itu membawanya ke Masjid untuk dimakan bersama, berbagi dengan tetangga, kaum dhuafa yatim piatu dan warga yang lain. (Fauziah)

Sumber:

Senin, 07 September 2015

Tradisi Unik di Padang, Jual-Beli Sapi Tanpa Bicara



Proses jual beli menjadi suatu kegiatan yang sering dilakukan oleh masyarakt dimana pun. Biasanya, kegiatan itu dilakukan di pasar, sebagai pusat perdagangan di beberapa daerah, mulai dari pasar tradisional sampai pasar modern. Di sana, para penjual dan pembeli bertemu untuk tawar menawar harga yang sesuai. Tapi, apa jadinya jika proses jual-beli itu dilakukan di pasar yang tanpa bangunan dan berlangsung tanpa satu kata pun, atau proses pembicaraan antara sang penjual dan pembeli?

Proses tawar menawar harga seekor hewan ternak di Pasar Ternak Muara Panas, Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok, masih memakai cara tradisional. Para pembeli dan penjual tersebut melakukan tawar menawar harga bagi seekor hewan ternak yang diperjual belikan dengan cara berjabat  tangan yang disembunyikan di dalam sebuah sarung, baju atau topi (lebih sering dengan sarung). Nama tradisi unik ini adalah Marosok. Konon, transaksi jual beli seperti ini sudah dilakukan sejak zaman raja-raja Minangkabau. Marosok hanya berlangsung di pedalaman Sumatera Barat seperti di Desa Cubadak, Kabupaten Tanah Datar.

Pasar ternak tanpa bangunan ini biasanya ramai dikunjungi setiap Selasa atau Rabu, yang akrab dikenal dengan hari pasar. Puluhan, bahkan ratusan sapi atau kerbau dijejer di pasar untuk dijual. Saat tawar menawar dilakukan hanya penjual dan pembeli saja yang mengetahui nilai transaksinya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perang harga oleh pembeli lain karena mereka juga menyukai ternak yang sama. Selain itu, Sebelum terjadi transaksi jual beli hewan yang sudah dipilih harus di periksa terlebih dahulu, mulai dari mata lubang telinga, bagian mulut, lidah, gigi, gusi semuanya tanpa terkecuali.

Tradisi yang sering disebut marosok di baliak saruang,  dimulai ketika seorang pembeli telah memilih sapi yang ia sukai. Kemudian ia akan melakukan tawar menawar harga sapi dengan penjualnya. Tawar menawar ini dilakukan seperti berjabatan tangan dan kemudian ditutupi dengan kain sarung atau handuk agar tak terlihat calon pembeli lain. Sewaktu tawar menawar berlangsung, penjual dan pembeli saling menggenggam, memegang jari, menggoyang tangan ke kiri dan ke kanan sampai harga yang disepakati tercapai.

Beberapa isyarat untuk kecocokan harga dilakukan oleh anggukan dan gelengan. Ada beberapa kode harga hewan ternak yang akan di jual dengan mengunakan jari.  Pedagang dan pembeli tawar-menawar sapi dengan menggunakan kode jari-jari tangan di bawah kain. Pada saat melakukan tawar menawar, penjual dan pembeli menutup tangan dengan kain kemudian salingmmenggenggam, memegang jari, menggoyang ke kiri dan ke kanan. Dalam marosok, setiap jari melambangkan angka puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan rupiah.

Semisal, pedagang ingin menjual ternaknya seharga Rp6,4 juta, maka dia akan memegang telunjuk pembeli yang melambangkan sepuluh juta rupiah. Setelah itu, empat jari yang lain digenggam dan digoyang ke kiri. Ini berarti Rp10 juta dikurangi Rp 4 juta. Sedangkan untuk menunjukkan Rp400 ribu, empat jari yang digoyang tadi digenggam lagi dan dihentakkan. Bila disepakati, transaksi berakhir dengan harga Rp 6,4 juta. Jika transaksi berhasil, setiap tangan saling melepaskan. Sebaliknya, jika harga belum cocok, tangan tetap menggenggam erat tangan yang lain seraya menawarkan harga baru yang bisa disepakati.

Beberapa nilai yang masih dipertahankan dan patut dicontoh melalui tradisi Marosok ini antara lain; Pertama, persaingan yang sehat antar pembeli hewan yang sama. Kedua, saling percaya antara penjual dan pembeli karena hewan yang di jual tidak mempertimbangkan berat. Namun pengalaman pembeli saja yang berperan penting dalam melihat berat hewan yang akan dibeli. Ketiga, saling menghargai antar pembeli karena tidak ada perang.

Keunikan lain dari pasar ternak ini adalah berat ternak tidak dihitung menggunakan timbangan, melainkan berdasarkan pengamatan pembeli. Bila cocok akan langsung dibayar. Jadi, jika anda terarik membeli hewan ternak dengan memakai cara unik dan tradisional, berkunjung ke sini. Tapi, jangan lupa untuk mengajak orang yang paham dengan tata cara jual-beli ala Marosok ini. (Fauziah)
Sumber:


Minggu, 06 September 2015

Potong Hewan Ala Warga Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT)



Masyarakat di seantero Nusantara mungkin sudah akrab dengan prosesi pemotongan hewan, entah itu dilakukan perorangan atau melalui lembaga resmi pemotongan hewan. Prosesi pemotongannya pun biasa melakukan alat pemotong yang sangat tajam untuk menebas perlahan leher hewan yang sebelumnya diikat kakinya dengan tali tambang. Tujuan pemotongan hewan pun juga beragam, mulai dari untuk akikah anak yang baru lahir sampai perayaan Hari Raya Idul Adha.

Akan tetapi, ada yang berbeda dengan tradisi pemotongan hewan bagi warga Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT).  Sebuah ritual yang langka dan jarang sekali dilakukan, itulah ritual Ka Nua. Tradisi  ini merupakan ritual tertinggi untuk diterima menjadi adat Bajawa dari salah satu Provinsi di NTT.
Ritual dilakukan untuk peresmian sebuah kampung di daerah tersebut. Jika sebuah kampung telah diresmikan lewat Ka Nua, kampung tersebut layak dianggap sebagai kampung yang sempurna. Dalam ritual tersebut, ada 20 kerbau dan 120 babi yang dijadikan persembahan. Acara dimulai dengan uma moni, yaitu membuka ladang baru. Selanjutnya, nuka wole pare medo, yaitu mengantar hasil panen dari kebun ke rumah adat.

Berikutnya, kada kolo bhaga-raju madhu yang merupakan peresmian rumah-rumahan mini di pusat kampung yang merupakan simbol laki-laki (ngadhu) dan perempuan (bhaga). Setelah itu, dilakukan todo kabu keri, yaitu pemotongan ilalang untuk menandakan rumah adat sudah diresmikan. Terakhir, ritual roko mata, dengan menyembelih kerbau sebagai korban untuk menghormati leluhur.
Sebuah kampung baru dianggap  layak menjadi bagian kehidupan tradisi Bajawa jika telah menjalankan semua ritualtersebut. Namun, tahapan yang harus dipenuhi memerlukan waktu puluhan tahun. Misalnya, di Pali Analoka, kampung seluas 1.000 meter persegi yang berpenduduk 180 orang itu mempunyai 12 rumah adat. Ke-12 rumah adat itu harus diresmikan lebih dulu dengan ritual di rumah adat masing-masing, Ka Sao, baru dilakukan ritual Ka Nua.
Tradisi Ka Nua, pemotongan hewan di Sumba, NTT
sumber foto: kompas.com

Acara tradisi Ka Nua ini juga berfungsi sebagai perekat hubungan kekerabatan suku. Saudara-saudara mereka yang tinggal jauh, seperti di Kupang, Sumba, Denpasar, Madura, Jakarta, bahkan Medan, akan berdatangan ke kampung. Kedatangan mereka disambut dengan tarian khas Bajawa, Ja’i. Tak lupa iringan musik etnik juga ikut terdengar yang disebut go (gong) dan laba (gendang). Para penari Ja’i, memakai kain tenun lengkap dengan aksesori dan digunakan menyilang di dada serta tas mungil bertali panjang.

Para keluarga yang membawa buah tangan berupa hewan, akan melakukan sa ngasa, atau meneriakkan kalimat-kalimat tentang pentingnya memelihara kekerabatan, begitu sampai di pintu utama Kampung Pali Analoka.

Acara yang tak kalah menarik adalah pemotongan hewan yang dijadikan jamuan, yaitu kerbau. Perjamuan itu dianggap penting untuk mengikat tali silaturahmi antar sesama. Hal lain yang spesial di acara ini adalah Suku Analoka yang menganut adat bajawa percaya darah kerbau yang membasahi tanah kampung akan menjadikan tanah subur.
Sayangnya, Ka Nua ini sudah mulai jarang dilakukan warga setempat, bahkan hampir punah. Setelah 85 tahun berlalu, akhirnya Ka Nua kembali digelar pada 29 Juni sampai 2 Juli di tahun 2010. Saat itu kampung yang akan diresmikan adalah kampung di Pali Analoka, Desa Nenuwea, Kecamatan Jerebu’u, Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur. (Fauziah)

Sumber:



Sabtu, 05 September 2015

Lima Tradisi Perayaan Idul Adha di Nusantara



Jelang Hari Raya Idul Adha, banyak masyarakat mempersiapkan diri, mulai dari menyisihkan uang untuk membeli hewan kurban, membuat kepanitian sholat Idul Adha dan prosesi pemotongan hewan, sampai tradisi-tradisi unik yang dilakukan sebelum hari H yang berlangsung di bulan Dzulhijjah setiap tahunnya. Masyarakat di Nusantara mempunyai beragam tradisi untuk merayakannya, meskipun berbeda dengan Hari Raya Idul Fitri, euforia perayaan terus berlangsung dan rutin mereka lakukan di daerah masing-masing. Hal itu bisa kita lihat pada tradisi menyambut Hari Raya Idul Adha di beberapa daerah di Nusantara sebagai berikut:
Pertama, Tradisi Manten Sapi di Pasuruan, Jawa Timur.

Manten sapi atau yang dalam bahasa Indonesia berarti pengantin sapi, adalah ritual yang dilakukan warga terhadap sapi yang akan dikurbankan dan diserahkan kepada panitia kurban di desa tersebut. Prosesinya pun bertahap, yaitu mulai dari memandikan sapi, menghias, hingga mengarak sapi keliling kampung.
Tradisi manten sapi  di Pasuran, Jawa Timur.
 sumber: regional.kompas.com

Tradisi ini adalah salah satu cara penghormatan warga Desa Wates Tani, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan terhadap sapi yang akan mereka sembelih pada hari raya Idul Adha. Sapi-sapi tersebut akan dirias layaknya pengantin dan dikalungi menggunakan kembang tujuh rupa. Tubuh sapi tersebut juga diberi penutup menggunakan kain putih untuk mempercantik penampilan. Setelah dirias, sapi tersebut diarak berkeliling kampung untuk kemudian diserahkan kepada panitia kurban.
Abdul Kahfi (46), salah satu warga setempat mengatakan, tujuan dilakukan ritual manten sapi adalah sebagi syiar agama. terlebih lagi juga mengingatkan masyarakat untuk berkurban, baik sapi, kambing, domba, ataupun unta. Tradisi ini digelar sehari menjelang Idul Adha dan merupakan cara warga setempat untuk menghormati hewan kurban yang akan disembelih.

Kedua, Tradisi Apitan Warga Semarang
Menjelang Idul Adha, warga Kelurahan Sampangan, Kota Semarang, Jawa Tengah memiliki tradisi unik, yakni sedekah bumi apitan dengan mengarak tumpeng dan hasil bumi di jalan raya. Tradisi ini berlangsung turun temurun sampai sekarang. Tujuannya merupakan wujud ungkapan syukur kepada sang pencipta, Allah AWT atas limpahan rizki kepada warga.


Bentuk syukur itu disimbolkan dengan arak-arakan hasil bumi yang disusun bertumpuk, misalnya; padi, cabe, terong, jagung, tomat dan lainnya. Arak-arakan ini berujung di kantor kelurahan setempat. Di tempat ini prosesi tradisi apitan selesai ditandai dengan pembacaan doa bagi keselamatan warga. Saat akhir acara, warga berebut gunungan hasil bumi yang baru saja selesai diarak. Warga percaya mendapatkan beraneka jenis hasil bumi yang baru saja diarak akan mendatangkan berkah.

Ketiga, Tradisi jemur kasur di Banyuwangi
Di sebelah timur Pasuruan, tepatnya di Kabupaten Banyuwangi juga ada tradisi unik jelang Idul Adha, yakni tradisi menjemur kasur. Tradisi ini digelar untuk menolak bala dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Tarian gandrung mengawali rangkaian tradisi jemur kasur yang setiap tahun digelar warga Desa Adat Using, Kemiren. Setiap mendekati Idul Adha pada bulan Dzulhijjah warga setempat menggelar tradisi menjemur kasur secara masal.

Berbeda pada umumnya, kasur warga Using Kemiren ini seluruhnya berwarna hitam dan merah atau biasa disebut kasur gembil. Bagi warga setempat, kasur gembil mempunyai makna tersendiri, yaitu warna hitam melambangkan langgeng dan merah berarti berani. Tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun ini selain untuk membersihkan kasur setelah selama setahun terakhir dipakai, juga untuk menghormati datangnya bulan haji.

Keempat, Grebeg Gunungan saat Idul Adha di Yogyakarta
Tradisi Grebeg Gunungan biasa digelar Keraton Yogyakarta setiap menjelang Idul Adha. Ritual tersebut sudah menjadi tradisi tahunan bagi kraton. Dengan dikawal prajurit dan dua ekor kuda, tiga buah gunungan grebeg diarak terlebih dahulu dari kraton melewati alun-alun utara menuju masjid. Setelah dibacakan doa, tiga buah gunungan yang terdiri dari satu  gunungan lanang dan dua gunungan putri tersebut diperebutkan oleh warga yang hadir. Masyarakat setempat percaya bahwa barang siapa yang berhasil memperebutkan gunungan tersebut bisa mendapatkan berkah.


Kelima, Tradisi mudik warga Madura
Masyarakat di Madura, Jawa Timur mempunyai tradisi unik menjelang Idul Adha, yaitu mudik atau pulang kampung. Bagi mereka, khususnya warga Pulau Garam, tradisi mudik memang bukan saat Idul Fitri saja seperti warga di tempat lain, melainkan menjelang Idul Adha juga ada. Tradisi mudik menjelang Idul Adha ini nampak di Pelabuhan Perak di Surabaya dan di Jembatan Suramadu. Warga berbondong-bondong antre menyeberang di pelabuhan dan jembatan terpanjang di Indonesia itu. Warga Madura yang berada di Surabaya dan sekitarnya memanfaatkan hari libur Idul Adha dengan pulang kampung dan merayakannya bersama keluarga. Hal itu terlihat saat satu hari sebelum hari H, ratusan bikers (pengendara sepeda motor) sudah memadati Jembatan Suramadu. (Fauziah)

Sumber:

Jumat, 04 September 2015

Ketika Hewan Ternak Ikut Lomba



Kita sering meilhat di dunia hiburan banyak sekali kompetisi tentang kecantikan ataupun kegantengan. Di sana, para model dinilai dari cara berjalan, gaya busana, sampai bentuk fisik yang mumpuni, sehingga bisa menang. Tapi, apa jadinya jika kompetisi kecantikan ini pesertanya bukan para model seperti di dunia hibuarn itu, melainkan para hewan ternak. Tentunya, ada keseruan dan keunikan tersendiri ketika lomba bak model sungguhan ini dilakukan oleh hewan ternak sebagai pesertanya.

Seperti yang ditunjukan oleh ratusan ekor kambing peranakan Etawa dalam sebuah kontes di pasar hewan Kecamatan Berbek, Nganjuk, Jawa Timur. Kambing-kambing  itu diatur berjalan seperti berlengak-lengok  peragawati (model) di catwalk untuk mendapatkan predikat terbaik. Tidak main-main, kambing yang menjadi peserta adalah kambing Etawa, sebagai jenis kambing unggulan di daerah tersebut. Sesuai dengan harganya yang cukup fantastis, yaitu antara Rp15 juta hingga Rp50 juta kambing Etawa memang  istimewa. Badannya besar dan gagah, bulunya lebat seperti anjing peliharaan. Tak heran para pecinta kambing menyebutnya bukan lagi kambing ternak, tapi kambing hias.
Seekor kambing ikut konstes kecantikan di Nganjuk, Jawa Timur
 sumber foto:  ceritamu.com

Itulah alasan mayoritas dari para pecinta kambing Etawa  nekat membeli kambing-kambing ini bukan sekedar untuk diambil susu dan dagingnya, tetapi lebih pada unsur keindahan dan ketampanannya. Tiap kurun waktu tertentu, para pecinta kambing peranakan Etawa ini menggelar kontes yang berlangsung setiap tahun di Ngajuk, Jawa Timur.

Dalam kontes ini nilai kambing pemenang ditentukan oleh banyak hal. Di antaranya adalah faktor kebersihan, kesehatan, ukuran panjang telinga,  tinggi badan, panjang badan, kelengkapan dan kesehatan gigi, hingga keindahan bulu. Namun menang atau kalah bagi para peserta kontes tidak terlalu penting. Karena, hal yang paling penting bagi para pecinta kambing peranakan Etawa ini adalah  mereka bisa berkumpul dan saling berbagi ilmu dengan para pecinta kambing lain.

Selain itu mereka juga bisa mensosialisasikan kepada masyarakat tentang tingginya nilai ekonomis kambing Etawa. Baik dari segi kambingnya sebagai hewan ternak maupun susu yang dihasilkan. Karena  olahan susu kambing Etawa yang dikenal memiliki banyak keistimewaan kini tidak hanya bisa dinikmati dalam bentuk minuman saja, tapi  juga sudah berkembang dan diolah menjadi bahan kosmetik, seperti lulur atau sabun mandi.

Selain adu kecantikan, ternyata ada jenis lomba lain di Nusantara yang berkaitan dengan adu cepat. Seperti di Madura, Jawa Timur ada juga kompetisi bernama Karapan Sapi. Awal mula kerapan sapi dilatar belakangi oleh tanah Madura yang kurang subur untuk lahan pertanian, sebagai gantinya orang-orang Madura mengalihkan mata pencaharian mereka sebagai nelayan untuk daerah pesisir dan beternak sapi yang sekaligus digunakan untuk bertani khususnya dalam membajak sawah atau ladang.

Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit.Beberapa kota di Madura menyelenggarakan karapan sapi pada bulan Agustus dan September setiap tahunnya, dengan pertandingan final pada akhir September atau Oktober di eks Kota Karesidenan, Pamekasan untuk memperebutkan Piala Bergilir Presiden.

Jika Madura ada Kerapan Sapi, maka Bali memiliki Makepung. Dua tradisi yang serupa tapi tak sama, namun menjadi tontonan unik yang segar sekaligus menghibur. Makepung, balap kerbau masyarakat Bali, yang dalam bahasa Indonesia berarti berkejar-kejaran, adalah tradisi berupa lomba pacu kerbau yang telah lama melekat pada masyarakat Bali, khususnya di Kabupaten Jembrana. Tradisi ini awalnya hanyalah permainan para petani yang dilakukan di sela-sela kegiatan membajak sawah di musim panen. Kala itu, mereka saling beradu cepat dengan memacu kerbau yang dikaitkan pada sebuah gerobak dan dikendalikan oleh seorang joki.

Kini, Makepung telah menjadi salah satu atraksi budaya yang paling menarik dan banyak ditonton oleh wisatawan termasuk para turis asing. Tak hanya itu, lomba pacu kerbau ini pun telah menjadi agenda tahunan wisata di Bali dan dikelola secara profesional. Karena terus berkembang, dalam sebuah perlombaan besar, Gubernur Cup misalnya, peserta Makepung yang hadir bisa mencapai sekitar 300 pasang kerbau atau bahkan lebih. Suasana pun menjadi sangat meriah dengan hadirnya para pemusik jegog (gamelan khas Bali yang terbuat dari bambu) untuk menyemarakkan suasana lomba.


Tak hanya di Nusantara, kompetisi unik untuk hewan ternak juga ada di luar negeri. Tepatnya di Tiongkok, Cina, ada perlombaan untuk kerbau yang juga bisa meningkatkan kreativitas seni para pemiliknya. Di daerah ini, kerbau memang   kerap digunakan petani untuk membantu membajak lahan pertanian. Namun saat ini, kerbau memiliki fungsi penting lainnya, yatu  pada saat kompetisi melukis tubuh kerbau.


Beberapa kegiatan Bufallo-body painting di luar negeri
sumber foto: Liputan6.com

Setiap tahunnya di pertengahan bulan Mei, Provinsi Jiangcheng, Tiongkok mengadakan kompetisi melukis tubuh kerbau. Kompetisi ini diselenggarakan di kota Pu’er yang telah mengadakan kompetisi lukis tubuh kerbau selama tiga tahun berturut-turut yang juga bertepatan dengan hari jadi Provinsi Jiancheng ke-60. Sejumlah seniman yang berasal dari 8 negara berkumpul di provinsi Jiangcheng, Tiongkok untuk mengambil bagian dalam kompetisi melukis tubuh kerbau internasional ini.

Sebanyak 48 kerbau air yang bagian tubuhnya telah ramai diwarnai oleh cat warna-warni cerah ikut serta dalam kompetisi Internasional ini. Setiap satu kerbau, lukisan di atas tubuhnya dikerjakan oleh satu grup yang berisi tiga hingga tujuh  seniman asal Cina, Inggris, Italia, Jerman, Finlandia, Selandia Baru, Vietnam dan Laos.

Pada 2014, tim lokal yang berasal dari sekolah anak-anak setempat berhasil memenangkan kompetisi kerbau hias tersebut dengan memenangkan hadiah uang sejumlah 100 ribu Yuan atau sekitar 190 juta Rupiah.
Sebagaimana sejarah di Tiongkok, tradisi mewarnai kerbau ini adalah  salah satu warisan budaya provinsi Jiancheng. Menurut cerita legenda setempat, jaman dahulu kala, sekumpulan kerbau yang tengah merumput di ladang diterkam oleh seekor harimau. Namun saat harimau tersebut menggigit, warna darah kerbau yang bercampur dengan lumpur rupanya membuat harimau tersebut takut dan melarikan diri. Hal itulah yang membuat para petani mulai mewarnai kerbau mereka untuk menghindari predator yang mengintai. Tradisi ini pun kemudian dikembangkan menjadi festival populer untuk merayakan panen dan menghormati hewan ternak. (Fauziah Muslimah)

Sumber:




Kamis, 03 September 2015

Tips Memasak Daging Agar Cepat Empuk



Seringkali, saat mengolah makanan berbahan daging kita dihadapkan pada cara memasaknya. Misalnya saat hari Raya Idul Adha, dimana sebagian besar keluarga di Indonesia menyajikan hidangan khas daging kurban (daging sapi dan kambing). Danging-daging itu ada yang diolah dengan dibakar, digulai, sampai dibuat sup. Tapi, seringkali ada kendala ketika memasak daging yang tidak matang sempurna, sehingga keras ata alot ketika dimakan. Lalu, apa tips untuk memasak daging agar cepat empuk?

Pertama, hindari terlalu lama mencuci dan merendam daging  dengan air. Karena hal tersebut akan membuat warna daging sapi akan berubah menjadi pucat dan hambar. Terlalu lama merendam daging sapi juga akan menjadikan daging sapi menjadi keras.

Kedua, jangan memotong daging  searah dengan serat daging. Namun potonglah daging tersebut berlawanan dengan arah serat daging sapi tersebut. Hal ini selain memudahkan proses pemotongan,  juga untuk menghindari bersatunya serat daging saat terkena air panas.

Ketiga, lumurkan pada permukaan daging  dengan parutan buah nanas secukupnya saat sebelum akan di masak.

Keempat, rebuslah daging mulai sejak air masih dingin. Jangan memasukkan daging saat air sudah panas, karena hal ini akan membuat pori-pori daging sapi akan langsung tertutup dan pori-pori daging bagian dalam tidak bisa menembus keluar.

Terakhir, rebus daging sapi sekitar 30 menit maka daging  tersebut sudah matang dan empuk. Selanjutnya angkat daging tersebut dari air rebusan dan setelah itu daging siap untuk diolah menjadi menu masakan sesuai selera.

Tips memasak daging agar empuk ini bisa dipraktikkan sebelum anda memasak makanan dari olahan daging. Dengan daging sapi yang empuk maka selain kita lebih cepat dalam memasak tentunya juga akan menghemat gas. Selain itu pula dengan daging sapi yang empuk maka kita akan mudah memakannya dan saat daging di erna di dalam usus maka juga akan mudah proses pencernaanya. Karena daging sapi atau kambing tergolong daging yang liat dan mempunyai tekstur serat yang keras, maka kalau kita salah dalam mengolah daging  tersebut maka kita akan kesulitan  untuk menikmati makanan berbahan daging itu. (Fauziah Muslimah)

Sumber:


Menyeruput Kopi Berarang Kayu



Malam itu kota Yogyakarta dipenuhi lampu-lampu terang. Sepanjang jalan Malioboro, salah satu tempat wajib bagi wisatawan yang bertandang ke kota ini juga penuh dengan para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Mereka  menyatu di antara cahaya kota nan benderang dari toko-toko atau penerang jalan. Tak lupa warga lokal juga ikut meramaikan.

Tapi, tak lengkap rasanya jika malam di Yogyakarta hanya dihabiskan dengan jalan-jalan di sekitaran Malioboro. Salah satu destinasi wajib di malamnya kota ini adalah angkringan. Berjalan sedikit ke arah utara, tepatnya di dekat stasiun tugu, kita bisa menikmati suasana malam ditemani acara makan ala lesehan dan tentunya ditambah alunan musik dari para seniman jalan kota ini.

Walaupun saat ini tempat makan berupa konsep angkringan tidak hanya ada di kota Yogyakarta, tapi juga sudah menyebar di kota-kota lain. Menu makanannya pun sama, seperti nasi kucing, penganan nasi plus ikan teri ditambah pilihan satai beragam jenis. Tapi, sebagai kota wisata, Yogyakarta juga menawarkan menu yang khas, yaitu minuman kopi. Minuman ini berbeda dari biasanya, tak jarang banyak wisatawan yang merasa rindu ingin kembali ke kota ini, salah satunya karena kopi unik khas Yogyakarta.

Kopi Jos, Minuman Khas Yogyakarta Yang Bikin Ketagihan
Di antara banyaknya pedagang nasi kucing di angkringan tugu ini, ada dua pedangang  yang sudah berjualan  sejak tahun 1960-an, yaitu Lik Man dan Lik No. Seiring berjalannya waktu,  mereka berdua juga ditemani oleh para pedangan baru yang tetap bertahan sampai sekarang.

“Sebenarnya ini usaha milik Bapak saya, tapi kini saya yang meneruskan. Waktu itu kami hanya menjual nasi kucing, tapi mulai tahun  2000-an, kami  mulai menjual kopi arang atau yang sering kopi jos,” jelas Lik No atau yang sering disapa Pak Gendut, generasi kedua angkringan Lik No ini.
Awal mula terbersit ide untuk membuat kopi arang ini, kata Lik No, karena ada permintaan dari para mahasiswa yang mampir di angkringan di malam hari. Saat itu dia tidak enak badan, atau sering kita sebut masuk angin. Karena itu, dia minta dibuatkan minuman panas yang jos rasanya, jadilah dibuat kopi jos  dengan bunyi jos dari bara api arang panas yang dicelupkan ke dalam segelas kopi.

Ketika menyeruput kopi jos ini aroma kopi begitu melekat di penciuman kita, ditambah lagi ketika arang (bara api) yang amsih menyala merah dimasukkan ke dalam segelas kopi itu, bunyi jos pun terdengar. Suasana malam kota Yogya menjadi semakin menarik ketika menyeruput sajian khas Yogya yang sudah bertahan sejak puluhan tahun ini. Inilah salah satu alasan mengapa Yogyakarta selalu bikin nagih untuk disambangi.



Harga Terjangkau dan Banyak Pilihan
Menikmati malam di angkringan Yogyakarta tak sampai membuat kantong kita banyak terkuras. Pilihan makanan dan minuman yang dijual di sini cukup terjangkau. Misalnya untuk segelas kopi Jos, bisa dinikmati dengan Rp 4000 saja. Hal ini juga membuat para mahasiswa dan juga para backpacker betah menikmati malam di angkringan Yogyakarta.

Selain kopi jos, ada juga pilihan menu lainnya, di kedai Lik No ini kita bisa memesan nasi kucing dengan pilihan lauk, seperti aneka gorengan, sate kerang, sate ayam, sate bakso, sate telur puyuh, sate usus, sate kikil, sate kambing, sate keong, dan sate jamur. Ada juga penganan khas Yogyakarta yang terbuat dari beras ketan, yaitu jadah bakar. Penganan ini sangat ccok disantap saat masih panas sebagai teman si kopi jos. Nah, jika anda berkesempatan main ke Yogyakarta, menikmati malam di angkringan belakang stasiun tugu ini bisa menjadi salah satu pilihan destinasi yang asyik. (Fauziah Muslimah)

*Tulisan ini terbit di Majalah Swara Cinta Edisi 50