Rabu, 29 Januari 2014

BAHASA JURNALISTIK: Editing Dalam Bahasa Jurnalistik


Penyuntingan Berita
Penyuntingan berita yang biasa disebut editing berita biasa dilakukan setelah jurnalis menyusun tulisan. Dalam jurnalistik, proses editing dapat dilakukan oleh jurnalis sendiri atau oleh seorang editor, yang memegang tugas khusus untuk melakukan penyuntingan atau editing untuk setiap naskah berita.[1]

Tujuan utama proses editing adalah untuk mengetahui dan melihat kembali tulisan-tulisan berita yang telah disusun agar sesuai dengan tujuan komunikasi yang diharapkan, di samping telah disusun dengan baik dan benar. Kegiatan editing biasanya dilakukan oleh editor, orang yang bertugas mengoreksi pemakaian bahasa. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh seorang editor, di antaranya: (Syarifudin, 2010: 86-96)

1.      Membaca teks dengan sebaik-baiknya dan memahaminya
2.      Memperhatikan unsur kosa kata, kalimat, dan makna
3.      Mengecek kesesuaian kaidah ejaan dan tanda baca yang berlaku
4.      Memastikan aspek komunikatif bahasa yang digunakan
5.      Mengecek gaya bahasa yang digunakan
6.      Menerapkan teknik editing yang digunakan (berdasar kata, baris, atau paragraf), termasuk simbol koreksi yang digunakan, dan
7.      Membaca dengan saksama hasil editan

Pokok-Pokok Penyuntingan Naskah

Menyunting naskah (bulletin editing) adalah proses dalam menyeleksi berita, memperbaiki penulisan laporan dan naskah dari kantor berita, dan menyusun urutan berita. Sedangkan istilah bulletin editor adalah yang langsung terlibat dalam produksi sebuah buletin berita (kandungan/isi/content/ dan cara penyajian/presentation technique).[2]

Syarat mutlak sebelum mulai menyunting adalah membaca dulu secara keseluruhan naskah yang akan disunting. Seorang bulletin editor  sama sekali tidak boleh lupa bahwa mulai saat sebuah naskah berita dipercayakan kepadanya untuk disunting, mulai saat itu naskah tersebut adalah hasil karyanya sampai saat disiarkan. Meskipun demikian, dia harus menghormati karya dari penulis aslinya dan memastikan bahwa keakuratan tetap dipertahankan.[3]

Dalam konteks sederhana, editing yang diindonesiakan menjadi sunting, dapat berarti susun dan gunting. Artinya, untuk menyempurnakan suatu tulisan berita. Adapun fokus dalam kegiatan penyuntingan, antara lain: (Syarifudin, 2010: 86-87)

·         Mengoreksi naskah dan menghindari salah ketik
·         Menjadikan tulisan lebih menarik
·         Mengecek aspek kata, kalimat, dan penggunaan istilah
·         Memperhatikan pilihan kata dan gaya bahasa
·         Menghindari pemakaian kata yang bermakna konotatif
·         Berorientasi pada bahasa populer agar mudah dipahami


Dalam konteks lanjutan, kegiatan penyuntingan berita dapat pula dilakukan dengan melakukan berbagai tahapan sebelum berita disajikan, yang terdiri atas: (Syarifudin, 2010: 87)
a)      Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual
b)      Menghindari kontradiksi dan memperbaiki berita
c)      Memperbaiki kesalahan ejaan (tanda baca dan tata bahasa)
d)     Menyesuaikan gaya bahasa dengan gaya bahasa surat kabar yang bersangkutan
e)      Meringkas berita agar memiliki kejelasan makna
f)       Menghindari pemakaian bahasa yang negatif  (bad taste) dan bermakna ganda
g)      Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi (subjudul)
h)      Menemukan judul yang menarik
i)        Membuat keterangan gambar/caption, dan
j)        Mengecek berita yang tercetak

Dari segi prose, kegiatan penyuntingan atau editing berita dapat dilakukan melalui dua tahapan berikut: (Syarifudin, 2010: 88)

1.      Penyuntingan redaksional, yang mengacu pada proses penyuntingan yang menekankan pada aspek kelogisan berita, kemudahan pemahaman, dan kejelasan makna. Penyuntingan ini dilakukan untuk membangun kesan pembaca/pemirsa agar lebih mudah memahami berita yang disajikan dan menarik untuk dibaca/ditonton/didengar.

2.      Penyuntingan substansial, yang mengacu pada proses penyuntingan yang menekankan pada keakuratan data dan kebenaran fakta yang disajikan dalam berita sehingga isi berita menjadi lebih mudah dipahami pembaca/pemiras/pendengar. Sistematika penulisan menjadi fokus dalam penyuntingan ini sebagai representasi dari kualitas pemberitaan.




[1] Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal. 86
[2] Hasan Asy’ari Orahami, Menulis Untuk Telinga: Sebuah Manual Penulisan Berita Radio, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal. 89
[3] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar