Selasa, 09 Februari 2016

Menengok Mal Rongsok di Depok



Bagi masyarakat kota besar, mungkin pusat perbelanjaan bernama mal sudah tak asing lagi. Apalagi di Depok, Jawa Barat, terhitung ada empat Mal besar di pusat kota, belum lagi pusat perbelanjaan lain yang tersebar di beberapa wilayah. Banyaknya pilihan ini membuat masyarakat dengan mudah mengakses mal yang sesuai dengan selera dan kantong mereka.

Tapi, ada yang berbeda di salah satu mal di kawasan Jalan Raya Bungur, Kukusan, Beji, Depok, Jawa Barat. Mal yang terletak di pinggir jalan ini tak pernah sepi pengunjung. Seperti siang itu, meski hujan turun membasahi tanah kota belimbing ini, terlihat beberapa pembeli datang ke mal ini, ada yang hanya melihat-lihat, ada juga yang ingin menjual barang, dan mencari barang antik. Ya, di sini adalah mal rongsok, begitu nama yang diberika pemiliknya.

Bangunan dua lantai seluas 800 meter ini disulap Nurcholis Agi (48) menjadi mal yang menjual barang-barang bekas atau sering disebut rongsokan. Dia mengaku, ide awal membangun mal rongsok yang mulai beroperasi pada 2010 ini adalah karena dia sangat mencintai dunia bisnis. Awalnya, kata Nurcholis, dia sering berinteraksi dengan orang-orang penadah barang rongsokan, dan di sisi lain dia juga sering pergi berbelanja ke mal.

“Sebelumnya saya sudah pernah menekuni 28 jenis usaha selama ini, karena itu saya banyak belajar dari orang lain. Ide membuat mal rongsok ini pun muncul dan Alhamdulillah, sudah bisa bertahan sampai sekarang, jelas ayah lima anak ini.



 Uniknya, mal rongsok ini juga dikelola seperti mal di pusat kota, hanya saja barang yang dijualnya adalah barang lama. Karpet-karpet beragam warna dan motif dijadikan alas untuk lantai mal ini. Meski hanya berupa kipas angin sebagai pendingin ruangan, mal rongsok ini benar-benar didesain seperti mal sungguhan. Sang pemilik begitu apik menata ruangan, ini terlihat dari tata letak barang-barang yang dijual. Pada lantai pertama, beragam jenis rongsokan yang digantung dan dibaluti plastik menghiasi atap-atap. Selain itu, ada rak barang elektronik, seperti kamera, televisi, beragam jenis radio, komputer dan lainnya. Rak-rak buku bekas diletakkan di tengah ruangan, sedangkan rak paling belakang diisi dengan beragam jenis figura dan lukisan antik.

Begitu juga di lantai dua mal ini, semua tertata rapi. Lantai ini berisi beragam furniture bekas, mulai dari lemari sampai beragam jenis kursi. Pembeli pun menjadi mudah menemukan barang yang mereka cari. Untuk keamanan mal, Nurcholis juga memasang dua kamera CCTV untuk memantau kegiatan jual-beli di malnya ini. Meski berdebu dan usang, jika kita cukup jeli memilah-milih, banyak sekali barang-barang bekas yang masih layak pakai, seperti buku dan alat elektronik.

Mal yang buka setiap hari mulai dari pukul 08.00 sampai pukul 18.00 WIB ini sedikitnya mempunyai 3000 jenis barang bekas yang dijual. Barang-barang tersebut biasanya berasal dari penadah barang bekas yang menjual lagi kepada Nurcholis. Kisaran harganya pun beragam, kata Nurcholis, itu tergantung dari jenis barang, keantikan barang, dan ukurannya. Harga barang-barang bekas di sini dijual dengan harga Rp 500 sampai Rp 15.000.000.

“Yang membedakan mal ini dengan mal yang lain adalah di sini pembeli juga bisa menjual barang bekas mereka. Kami akan membeli jika harganya cocok dan barangnya masih layak dijual lagi, biasanya kami menarik 10 % atau setengah harga normal, tergantung barangnya,” tambah Nurcholis.
Karena ada dua alur jual-beli seperti itu, mal ini tak pernah sepi pengunjung. Mereka pun berasal dari beragam latar belakang, ada para pelajar dan mahasiswa, ibu rumah tangga, sampai para lansia pensiunan yang menyukai barang-barang antik. Mal ini sudah mendapatkan tempat di hati konsumennya. Kata Nurcholis, banyak juga konsumennya yang berasal dari luar negeri, mereka sering ke mal ini jika sedang berada di Indonesia. Mereka berasal dari berbagai Negara, seperti Amerika, Jepang, dan Jerman, yang lebih sering membeli barang antik seperti lukisan. Inilah salah satu alasan, mal rongsok bisa terus bertahan sampai sekarang dengan omset sekitar Rp 100.000 sampai Rp 100 juta per bulannya.


“Semoga mal rongsok ini bisa terus berkembang, karena saya yakin jika ada kemauan, maka akan ada banyak jalan untuk mengambangkan usaha kita, “ harap Nurcholis, penerima penghargaan sebagai Executive and Entrepreneur of The Years 2014 oleh Lembaga Masyarakat Peduli Pariwisata (Lemppar) di Semarang, 17 Oktober 2014 ini. (Fauziah)


Kamis, 10 September 2015

Makanan dari Olahan Susu Yang Menggoda Lidah



Selain memanfaatkan dagingnya, hewan ternak juga biasa diambil susunya. Karena itu, susu menjadi salah satu minuman yang digemari masyarakat, terutama bagi kalangan anak-anak. Susu hewan ternak yang biasa  diolah menjadi minuman biasanya bersalah dari hewan sapi, kerbau, bahkan kuda. Saat ini, sudah banyak pengolahan susu  tersebar di berbagai daerah di Nusantara dengan melakukan perkembangan terus-menerus, kini susu pun tidak hanya diolah menjadi minuman yang kaya kalsium, tapi juga makanan, mulai dari kerupuk sampai permen susu.

Jika anda berkesempatan jalan-jalan ke Kota Bandung, maka sempatkanlah untuk mencicipi beragam kuliner unik dari olahan susu yang sudah terkenal di kota kembang ini. Seperti yang dilakukan Lusi, perempuan asal Kota Bandung berhasil membuat inovasi beraneka ragam jenis makanan yang semuanya berbahan dasar susu sapi murni. Lusi sendiri telah tiga tahun menggeluti bisinis makanan kecil yang terbuat dari susu sapi. Pembuatan makanan dari susu sendiri berawal dari coba-coba untuk membuat resep menggunakan susu dan hanya dijual pada teman temanya saja. Namun seiring berkembangnya waktu, Lusi telah memiliki sepuluh orang pegawai. Bahkan tempat yang sekaligus toko penjualan makanan serba susu yang berada di jalan Seskoau Lembang tidak pernah sepi dari pembeli.

Saat ini, Lusi mampu membuat sepuluh jenis makanan ringan yang terbuat dari susu di antaranya pie susu, keripik susu, permen susu, dodol susu dan jenis makanan lainnya. Namun di antara semua produk yang dia buat, dodol dan permen susu merupakan jenis makanan yang paling banyak dicari pengunjung. Sedangkan harga yang dipatok pun terbilang terjangkau yakni mulai dari 7.500 hingga 27.500 rupiah.

Sementara itu, setelah berjalan 3 tahun, bisnis makanan serba susu ini pun telah mampu menghasilkan omset yang cukup menggiurkan hingga 10 Juta Rupiah setiap harinya. Toko milik Lusi berlokasi di daerah Lembang, Bandung yang menjual beragam makanan yang berbahan dasar susu sapi.
Contoh produk makanan dari olahan susu; Karamel susu, dodol susu, dan kerupuk susu
sumber foto: wikipedia.com

Lalu, bagaimana rasa dan bentuk makanan-makanan olahan susu ini? Berikut ulasannya untuk anda;

Tahu Susu
Tahu Susu Lembang sebenarnya adalah pusat wisata kuliner yang menjadikan tahu susu sebagai menu andalannya,karena di pusat wisata kuliner lembang ini juga,nyatanya terdapat banyak kios atau kedai yang menyajikan aneka olahan berbahan dasar tahu,seperti tahu mendoan dan juga makanan seperti lontong,kupat tahu,batagor serta minuman susu kedelai.

Khusus Tahu Susu Lembang memang unik dan bagi siapa pun yang menikmatinya akan merasakan sensasi rasa kuliner yang berbeda dari jenis tahu lainnya. Masih berbahan dasar kedelai,akan tetapi karena kawasan lembang juga sebagai tempat peternakan sapi perah,maka racikan bahan tahunya dicampur dengan susu sapi segar,yang otomatis rasa tahunya akan lebih gurih,nikmat dan sehat karena bebas dari juga dari bahan pengawet.

Kerupuk Susu
Kerupuk adalah salah satu jenis panganan yang paling diminati oleh masyarakatIndonesia. Kerupuk biasa dijadikan pendamping makanan maupun selingan, agar makanan terasa lebih nikmat dan secara langsung memengaruhi nafsu makan melalui bunyinya. Namun, dibalik daya tariknya tersebut ternyata kerupuk tidak menghasilkan zat gizi untuk kebaikan tubuh kita, alih-alih keburukan. Tetapi saat ini telah diproduksi kerupuk susu yang memiliki daya tarik yang tidak kalah menarik dari kerupuk biasa.

Kerupuk susu, dari namanya saja sudah tertebak bahwa bahan utama dari kerupuk ini tentu saja adalah susu. Kerupuk susu dibuat dari padatan susu yang dikeringkan dan ditambah sedikit bahan lain agar dapat menjadi bentuk kerupuk. Manfaat yang diberikan kerupuk ini memang tidak sebanding dengan susu yang asli. Namun, kerupuk susu dapat meminimalkan kekurangan zat – zat yang terdapat pada susu bagi sebagian orang yang tidak menyukai susu.

Kerupuk semacam ini banyak dijual di tempat-tempat di sekitar peternakan sapi seperti Bandung, Malang, dan  Boyolali, Jawa Tengah.  Kerupuk susu memiliki beberapa keutamaan, yaitu  aromanya lebih gurih, kandungan mineral dan proteinnya lebih tinggi, yakni kalsium dan fosfor yang jauh lebih tinggi, dan tanpa bahan pengawet-pun, ia bisa bertahan berbulan-bulan tanpa merusak nilai nutrisinya.

Tapi ada kekurangannya, yaitu  kerupuk tidak dapat dimakan bersama makanan lain seperti bakso dan mi ayam, tetapi dapat dijadikan selingan yang lebih menyehatkan daripada kerupuk biasa. Selain itu kekurangan dari kerupuk susu adalah harganya yang agak mahal dari jenis kerupuk lain, karena memang terbuat dari bahan hewani.

Dodol Susu
Salah satu makanan ringan khas Indonesia yang juga menjadi favorit adalah dodol. Dodol menjadi makanan favorit dikarenakan rasanya yang manis dan legit, apalagi disajikan dengan teh tawar hangat. Selain itu teksturnya yang kenyal membuat sensasi yang unik di lidah dan juga di rongga mulut, apalagi jika dikulum.

Dodol biasa terbuat dari campuran tepung ketan, tepung terigu, gula pasir, lemak (sebagai penambah rasa gurih dan pengawet alami), dan juga santan. Bagaimana jika santan kental digantikan dengan susu? Maka hasilnya adalah dodol luar biasa yang dapat diberi nama dodol susu.

Setiap daerah di Indonesia memiliki citarasa khas dan bentuk dari dodol. Sebagai contoh pada daerah Sumatra, bentuk dodol seperti bambu yang dipotong pada tiap ruasnya. Daerah Garut memiliki bentuk dodol yang lebih kecil yaitu bentuk silinder seperti spidol pendek. Sedangkan dodol di daerah Jakartaberbentuk sampan plastik, karena memang alat pembentuk  atau cetakan dodol Jakarta adalah sampan plastik yang biasa digunakan untuk tempat bumbu atau nasi berkat.

Dodol susu adalah pangan khas dari Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Di Bandung, diketahui dodol susu sudah dibuat sejak tahun 70-an. Di sana, gula ditambah dengan jumlah yang cukup banyak untuk mengawetkan dodol susu ini.

Sedangkan, di Samiran, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, produksi dodol susu di desa ini sudah dimulai semenjak 2010, pasca erupsi Gunung Merapi yang sempat juga menghancurkan perekonomian masyarakat di kawasan itu. Susu sengaja dipilih orang kampung sebagai bahan utama karena selain mudah diperoleh, serta berharap dodol susu bisa menjadi salah satu produk oleh-oleh khas Boyolali karena kabupaten itu memang telah dikenal dengan sebutan Kota Susu. Meskipun mereka mengakui, Kabupaten Boyolali bukanlah daerah yang kali pertama memproduksi dodol susu.


Permen Susu
Permen adalah sejenis makanan yang paling digemari di seluruh dunia. Karena rasanya manis, bentuknya kecil sehingga mudah dibawa kemana saja, berwarna – warni, berbentuk menarik, dan dapat menghilangkan rasa bosan maupun tertekan.

Konsumsi permen memang menyenangkan, namun jikalau tidak memberikan manfaat yang baik bagi tubuh sama saja dengan membuang – buang dana untuk sesuatu yang tidak ada. Karena itu, untuk mendapatkan manfaat yang baik dari permen, maka dibuatlah permen susu.

Permen susu ini dominan terbuat dari susu dan gula susu (laktosa). Secara otomatis permen susu ini memiliki kandungan yang hampir menyerupai dengan susu asli, bahkan memiliki lebih banyak kandungan gizi dibandingkan dengan susu asli itu sendiri. Karena permen susu dapat difortifikasi dengan zat – zat lain.

Dengan mengkonsumsi permen susu memang amat sangat baik dan sangat dianjurkan, apalagi bagi yang kekurangan kalsium, namun tidak menyukai susu. Tetapi konsumsi yang berlebihan juga  dapat menyebabkan karies gigi dan gigi berlubang. (Fauziah)

Sumber:

Rabu, 09 September 2015

Mencicipi Masakan Berbahan Daging Nan Menggiurkan



Setiap hari Raya Idul Adha tiba, banyak para ibu yang bingung untuk mengolah masakan berbahan daging kurban. mereka terkadang bosan dengan menu masakanan yang itu-itu saja. Tapi, sebenarnya, daging itu bisa diolah menjadi beragam masakan. Berikut sepuluh menu masakan olahan daging yang bisa anda coba, jika bosan dengan menu olahan daging yang itu-itu saja.

Pertama, Abon. Makanan ini adalah  olahan daging sapi yang dikeringkan dan berwujud serat-serat kasar namun halus dan lembut saat dimakan. Abon sapi ini bisa bertahan sampai berbulan-bulan. Nasi putih hangat bisa menjadi teman yang pas untuk menyantap makanan  yang mempunyai cita rasa tinggi daging sapi ini. 
Kedua, Dendeng. Ini adalah  salah satu jenis makanan daging sapi yang tahan lama karena diawetkan. Dendeng sapi ini terbuat dari irisan tipis daging sapi yang telah kering dijemur. Saat ingin dimakan, kita bisa menggorengnya saat ingin makan untuk mendapatkan cita rasa yang enak dari olahan daging sapi ini.

Ketiga, Empal Sapi, yaitu  salah satu olahan daging sapi yang paling mudah dibuat.  Namun walaupun  mudah dibuat, empal ini memiliki banyak penggemar tersendiri. Empal dibuat dengan cara menggoreng segumpal daging sapi. Empal bisa disantap sebagai teman makan soto, selain rasanya yang kenyal dan gurih, empal terbukti memiliki protein yang sangat tinggi.

Keempat, Steak Sapi. Daging sapi yang dipanggang di atas hot plate ini memiliki cita rasa tersendiri. Jenis masakan dari daerah Amerika ini sekarang telah populer di Indonesia. Banyak kita jumpai rumah makan steak daging sapi ini. Bagian daging sapi yang dibuat steak ini biasanya bagian sirloin dan tenderloin. Cara menyantapnya pun ditemani dengan kentang goreng dan aneka lilihan sayuran serta saus khas steak yang membuat lidah bergetar. Tapi, memasak daging steak harus mempunyai keahlian tersendiri, karena semua bagian daging hingga dalam harus dipastikan matang namun tetap terasa jucy dan tidak terlalu kering.

Kelima, Tongseng. Selain gulai sapi yang sduah biasa, tongseng daging sapi juga menjadi menu santap yang paling banyak digemari. Perpaduan rasa manis, gurih, dan asin ini memiliki cita rasa tersendiri dari makanan berkuah manis ini.

Keenam, Rica-Rica Daging Kambing. Ciri khas rica-rica yang pedas begitu menggugah selera. Perpaduan rasa kenyal dari daging dan pedas dari bumbu rica-rica akan tambah enak ketika kita menyantap makanan ini selagi masih panas.

Ketujuh, Tumis Daging Kambing. Bukan hanya sayur sayuran saja yang bisa di tumis,  daging kambing pun bisa diolah menjadi masakan dengan nama tumis daging kambing. Daging biasanya dipotong kecil-kecil untuk ditumis bersama bumbu rempah, seperti bawang dan cabai.

Kedelapan, Krengsengan Daging Kambing. Menu masakan pilihan daging kambing lainnya adalah krengsengan daging kambing. Anda bisa menjadikan krengsengan daging kambing ini sebagai pilihan pelengkap menu masakan daging kambing.

Kesembilan, Gulai Iga Kambing. Iga kambing yang tipis-tipis tersebut cocok diolah menjadi masakan gulai kambing. Walaupun hanya berupa tulang-tulang tipis, namun di sanalah  letak kenikmatannya. Tulang-tulang iga yang tipis disertai sedikit daging ditambah kuah gulai yang  nikmat membuat makan kita menjadi lahap.
\
Kesepuluh, Nasi Goreng Kambing. Makan nasi goreng memang sudah biasa, namun makan nasi goreng kambing baru luar biasa. Memang ini merupakan nasi goreng namun dengan dicampuri daging kambing. Tentu saja rasanya juga nikmat, tidak hanya sensasi rasa nasi goreng tapi juga ditambah dengan rasa gurih dan kenyal dari daging kambing tersebut.
 Aneka menu masakan olahan daging ini bisa anda coba sendiri di rumah. Tentunya, tanpa mengurangi esensi  sakral dari hari Raya Idul Adha itu sendiri, menyajikan masakan enak di hari raya bisa menambah kehangatan di tengah keluarga. Selamat mencoba! (Fauziah)

Sumber:



Selasa, 08 September 2015

Tradisi Meugang Masyarakat Aceh Yang Melegenda



Setiap hari raya tiba, semua masyarakat bersuka cita. Berbagai persiapan pun dilakukan, keluarga di tanah tantau pun akan kembali pulang, dan beragam makanan akan tersaji untuk perayaan. Seperti yang selalu dilakukan oleh masyarakat Aceh dan sudah menjadi tradisi di dua hari raya besar, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Tradisi ini bernama Meugang, yaitu tradisi rakyat Aceh menyambut Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha dengan menyembelih atau membeli daging sapi.

Tradisi Meugang sebenarnya sudah ada sejak Sultan Aceh. Dalam Undang-Undang Kesultanan Aceh dahulu, yang dikenal dengan Qanun Meukuta Alam yang disyarah Teuku  Di Mulek, dalam bab II pasal 5 Qanun Meukuta Alam disebut bahwa "Bila telah mendekati hari meugang, baik meugang puasa, meugang Lebaran, sebulan sebelum memasuki hari meugang , keuchik, imeum menasah, dan tuha peut di seluruh Aceh diwajibkan mendata di tiap kampung yang di pimpinnya, yang bertujaun untuk mengetahui jumlah fakir miskin, inong bale, yatim piatu, orang sakit lumpuh, dan tuna netra".

Semua yang telah didata tersebut akan di laporkan oleh Keuchik kepada Imam Mukim, lalu ke hulubalang, lalu akan di sampaikan kepada kadi dua puluh dua, dan seterusnya hingga sampai ke Sultan Aceh. Kemudian Sultan Aceh akan memerintah Tandi Siasatnya (ajudan Sultan) untuk membuka balai silahturahmi, lalu mengambil dirham dan kain serta membeli sapi untuk di sembelih pada hari meugang lalu akan di kirimkan kepada keuchik di seluruh Aceh  untuk dibagikan kepada yang berhak yang telah terdata sebelumnya.

Dalam banyak riwayat juga dikatakan,  Meugang pertama kali diperingati pada masa Kerajaan Aceh Darussalam yang dipimpin Sultan Iskandar Muda, yang berkuasa tahun 1607-1636 M. Istilah makmeugangdiatur dalam Qanun Meukuta Alam Al Asyi atau Undang-Undang Kerajaan. Kerajaan memerintahkan perangkat desa mendata warga miskin, kemudian diverifikasi oleh lembaga resmi (Qadhi) kesultanan untuk memilih orang-orang yang layak menerima daging. Sultan kemudian memotong banyak ternak. Dagingnya dibagikan kepada warga miskin secara gratis. Hal ini dilakukan sebagai wujud syukur dan bergembira menyambut Ramadhan dan hari raya.

 Pada hari Meugang lazimnya seluruh anggota keluarga berkumpul untuk makan-makan bersama dengan menu spesial masakan daging. Karenanya, ada juga yang menyebutkan Meugang dengan sebutan Uroe Pajoh-Pajoh (makan bersama). Karena itu, bisa dipastikan pada hari Meugang di setiap rumah orang Aceh akan tercium aroma masakan daging.

Pemuka umat muslim setempat mengatakan, tradisi warga makan dan memasak daging Meugang telah dilakukan sejak masa kesultanan Aceh abad ke empat belas, dan tradisi itu kini masih dilakukan turun temurun. Meugang memiliki nilai religius karena dilakukan di hari-hari suci umat Islam. Masyarakat Aceh percaya bahwa nafkah yang dicari selama 11 bulan wajib disyukuri dalam bentuk tradisi Meugang.

Sebelumnya, kalangan peneliti sejarah mengatakan, Meugang  merupakan tradisi warga Aceh memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga, kaum dhuafa dan yatim piatu. Tradisi Meugang atau Makmeugang merupakan kegiatan menyembelih ternak, kambing, sapi dan kerbau, dilaksanakan setahun tiga kali, yakni awal puasa Ramadhan, lebaran baik Idul Fitri maupun Idul Adha. Selain kambing kerbau dan sapi, masyarakat Aceh juga menyembelih ayam dan bebek. Tradisi Meugang di pedesaan  biasanya berlangsung beberapa hari sebelum bulan Ramadhan atau hari raya, sedangkan di kota berlangsung dua hingga tiga hari sebelum Ramadhan atau hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha).

Selain dinikmati bersama keluarga, tradisi Meugang ini juga dilakukan untuk menambah pahala di kegiatan sosial. Biasanya warga Aceh memasak daging di rumah, setelah itu membawanya ke Masjid untuk dimakan bersama, berbagi dengan tetangga, kaum dhuafa yatim piatu dan warga yang lain. (Fauziah)

Sumber:

Senin, 07 September 2015

Tradisi Unik di Padang, Jual-Beli Sapi Tanpa Bicara



Proses jual beli menjadi suatu kegiatan yang sering dilakukan oleh masyarakt dimana pun. Biasanya, kegiatan itu dilakukan di pasar, sebagai pusat perdagangan di beberapa daerah, mulai dari pasar tradisional sampai pasar modern. Di sana, para penjual dan pembeli bertemu untuk tawar menawar harga yang sesuai. Tapi, apa jadinya jika proses jual-beli itu dilakukan di pasar yang tanpa bangunan dan berlangsung tanpa satu kata pun, atau proses pembicaraan antara sang penjual dan pembeli?

Proses tawar menawar harga seekor hewan ternak di Pasar Ternak Muara Panas, Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok, masih memakai cara tradisional. Para pembeli dan penjual tersebut melakukan tawar menawar harga bagi seekor hewan ternak yang diperjual belikan dengan cara berjabat  tangan yang disembunyikan di dalam sebuah sarung, baju atau topi (lebih sering dengan sarung). Nama tradisi unik ini adalah Marosok. Konon, transaksi jual beli seperti ini sudah dilakukan sejak zaman raja-raja Minangkabau. Marosok hanya berlangsung di pedalaman Sumatera Barat seperti di Desa Cubadak, Kabupaten Tanah Datar.

Pasar ternak tanpa bangunan ini biasanya ramai dikunjungi setiap Selasa atau Rabu, yang akrab dikenal dengan hari pasar. Puluhan, bahkan ratusan sapi atau kerbau dijejer di pasar untuk dijual. Saat tawar menawar dilakukan hanya penjual dan pembeli saja yang mengetahui nilai transaksinya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perang harga oleh pembeli lain karena mereka juga menyukai ternak yang sama. Selain itu, Sebelum terjadi transaksi jual beli hewan yang sudah dipilih harus di periksa terlebih dahulu, mulai dari mata lubang telinga, bagian mulut, lidah, gigi, gusi semuanya tanpa terkecuali.

Tradisi yang sering disebut marosok di baliak saruang,  dimulai ketika seorang pembeli telah memilih sapi yang ia sukai. Kemudian ia akan melakukan tawar menawar harga sapi dengan penjualnya. Tawar menawar ini dilakukan seperti berjabatan tangan dan kemudian ditutupi dengan kain sarung atau handuk agar tak terlihat calon pembeli lain. Sewaktu tawar menawar berlangsung, penjual dan pembeli saling menggenggam, memegang jari, menggoyang tangan ke kiri dan ke kanan sampai harga yang disepakati tercapai.

Beberapa isyarat untuk kecocokan harga dilakukan oleh anggukan dan gelengan. Ada beberapa kode harga hewan ternak yang akan di jual dengan mengunakan jari.  Pedagang dan pembeli tawar-menawar sapi dengan menggunakan kode jari-jari tangan di bawah kain. Pada saat melakukan tawar menawar, penjual dan pembeli menutup tangan dengan kain kemudian salingmmenggenggam, memegang jari, menggoyang ke kiri dan ke kanan. Dalam marosok, setiap jari melambangkan angka puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan rupiah.

Semisal, pedagang ingin menjual ternaknya seharga Rp6,4 juta, maka dia akan memegang telunjuk pembeli yang melambangkan sepuluh juta rupiah. Setelah itu, empat jari yang lain digenggam dan digoyang ke kiri. Ini berarti Rp10 juta dikurangi Rp 4 juta. Sedangkan untuk menunjukkan Rp400 ribu, empat jari yang digoyang tadi digenggam lagi dan dihentakkan. Bila disepakati, transaksi berakhir dengan harga Rp 6,4 juta. Jika transaksi berhasil, setiap tangan saling melepaskan. Sebaliknya, jika harga belum cocok, tangan tetap menggenggam erat tangan yang lain seraya menawarkan harga baru yang bisa disepakati.

Beberapa nilai yang masih dipertahankan dan patut dicontoh melalui tradisi Marosok ini antara lain; Pertama, persaingan yang sehat antar pembeli hewan yang sama. Kedua, saling percaya antara penjual dan pembeli karena hewan yang di jual tidak mempertimbangkan berat. Namun pengalaman pembeli saja yang berperan penting dalam melihat berat hewan yang akan dibeli. Ketiga, saling menghargai antar pembeli karena tidak ada perang.

Keunikan lain dari pasar ternak ini adalah berat ternak tidak dihitung menggunakan timbangan, melainkan berdasarkan pengamatan pembeli. Bila cocok akan langsung dibayar. Jadi, jika anda terarik membeli hewan ternak dengan memakai cara unik dan tradisional, berkunjung ke sini. Tapi, jangan lupa untuk mengajak orang yang paham dengan tata cara jual-beli ala Marosok ini. (Fauziah)
Sumber: