Teras berita adalah istilah yang ditetapkan oleh
kantor berita “Antara” sebagai terjemahan bahasa Inggris lead. Ada juga yang menyalinnya dengan istilah: pengantar berita,
awal berita. Teras berita adalah bagian penting, yang bisa terdiri dari sebuah
kalimat atau satu paragraf yang terdiri dari beberapa kalimat. Teras berita
harus menarik, caranya adalah menulis dengan kalimat-kalimat pendek.[1]
Buku Tata Penulisan Berita, suatu style book oleh kantor Brita “Antara”,
menyatakan: Teras berita harus mudah ditangkap dan singkat padat, serta
kalimat-kalimatnya sederhana, dan tidak berbelit-belit. Teras berita menjawab
pertanyaan: 5 W + H (Who, What, Where, Why, When + How) atau dalam bahasa
Indonesia, yaitu Apa, Siapa, Mengapa, Bilamana, Dimana dan Bagaimana.[2]
Fungsi Teras
Berita. Atraktif,
yaitu teras berita harus mampu membangkitkan perhatian dan minat khalayak
pembaca terhadap topik persoalan atau pokok peristiwa yang dilaporkan. Introduktif, yaitu teras berita harus
dapat mengantarkan pokok persoalan yang dikupas dengan tegas dan jelas sehingga
pembaca dapat mengenali dan merumuskannnya dengan mudah.[3]
Korelatif,
yaitu teras berita harus dapat membuka jalan bagi kemunculan kalimat dan
paragraf kedua dan seterusnya. Kredibilitas,
yaitu teras berita akan menunjukan kepada pembaca mengenai tingkat pengetahuan,
keahlian, dan bidang pengalaman yang dimiliki seorang jurnalis sebagai
penulisnya.[4]
Jenis-Jenis Teras
Berita. Berdasarkan jenisnya, teras berita
terbagi ke dalam sedikitnya 12 jenis: (Sumadiria, 2006: 129-146)
1.
Who
Lead (Teras Berita Siapa)
Adalah
teras berita yang mempertimbangkan unsur siapa atau pelaku peristiwa. Teras
berita siapa terbagi dua jenis, yaitu: teras berita siapa individu, berarti
pelaku peristiwa menunjuk kepada seseorang lengkap dengan nama, jabatan,
identitas, profesinya. Dan teras berita siapa institusi, berarti pelaku
peristiwa bukanlah individu atau perseorangan, melainkan institusi, lembaga,
atau organisasi.
Contoh:
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, dia tidak pernah menjanjikan 100 hari
program pemerintahannya dapat menuntaskan semua masalah kenegaraaan. Pers
diminta mengecek kembali pernyataan presiden dalam berbagai acara jika memang
ada pernyataan tersebut. Demikian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana
Negara, Jakarat, Senin (31/01).
2.
What
Lead (Teras Berita Apa)
Adalah
teras berita yang mempertimbangkan unsur apa yang terjadi dalam suatu
peristiwa. Jadi, nilai berita terletak pada apa yang terjadi. Seperti pada
berita tentang bencana alam yang memprihatinkan dan banyak menarik perhatian,
contoh tragedi tsunami Aceh.
3.
What
Lead (Teras Berita Kapan)
Adalah
teras berita yang menggunakan unsur waktu (when), yaitu dengan ada pernyataan
tentang waktu pada awal kalimat teras berita seperi pukul (jam-menit-detik),
nama hari, pekan, bulan, tahun, windu, dasawarsa, dan abad.
4.
Where
Lead (Teras Berita Di mana)
Adalah
teras berita yang menggunakan unsur tempat (where lead), karena faktor lokasi
atau tempat sering menjadi penyebab pemicu peristiwa sangat mengejutkan.
Contoh: Tak ada bencana yang paling dahsyat dan paling mengerikan dalam satu
abad terakhir di Indonesia, kecuali gempa dan gelombang tsunami di Aceh dan
Sumatra Utara pada 26 Desember 2004. Setidaknya seratus ribu orang tewas dan
belasa ribu lainnya dinyatakan hilang.
5.
Why
Lead (Teras Berita Mengapa)
Adalah
teras berita yang menggunakan unsur mengapa atau sesuatu yang menjadi penyebab
dan latar belakang terjadinya peristiwa. Sebagai contoh, kenaikan harga BBM, tarif angkutan
umum, dipastikan selalu mengundang berbagai protes penolakan di mana-mana. Alasannya
jelas, dampaknya pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
6.
How
Lead (Teras Berita Bagaimana)
Adalah
teras berita yang menggunakan unsur bagaimana atau sesuatu yang menjadi
petunjuk tentang bagaimana suatu peristiwa terjadi, jalan keluar atau langkah
suatu solusi diambil.teras berita bagaimana umumnya digunakan pada peristiwa
yang bersifat posistif.
7.
Contrast Lead (Teras Berita
Kontras)
Adalah
teras berita yang menggunakan unsur kontras atau sesuatu yang berlawanan pada
subjek pelaku peristiwa, dengan memperhatikan isinya, apakah terdapat fakta
atau perilaku yang berlawanan dengan yang seharusnya dilakukan oleh pelaku
peristiwa. Umumnya teras berita ini digunakan pada peristiwa yang bersifat
negatif.
8.
Quotation
Lead (Teras Berita Kutipan)
Adalah
teras berita yang menggunakan unsur perkataan langsung yang dilontarkan
narasumber atau pelaku peristiwa.
9.
Question
Lead (Teras Berita Pertanyaan)
Adalah
teras berita yang menggunakan unsur pertanyaan yang dilontarkan oleh nara
sumber atau pelaku peristiwa, dengan menemukan kata atau pernyataan benada
bertanya pada kalimat pertama teras berita.
10.
Descriptive Lead (Teras Berita
Pemaparan)
Adalah
teras berita yang menggunakan unsur suasana atau situasi yang melekat dalam
suatu peristiwa yang terjadi. Teras berita ini bisa menciptakan gambaran
tentang seorang tokoh atau tempat kejadian, seperti pada karya feature.
11.
Narrative Lead (Teras Berita
Bercerita)
Adalah
teras berita yang menggunakan unsur realitas cerita yang terdapat dalam suatu
peristiwa yang terjadi, dengan menciptakan satu suasana dan membiarkan pembaca
menjadi tokoh utama. Teras seperti ini cocok untuk cerita petualangan.
12.
Exclamation Lead (Teras Berita
Menjerit)
Adalah
teras berita yang menggunakan unsur jeritan atau teriakan yang dilontakan oleh
nara sumber atau pelaku peristiwa. Seperti pada peristiwa kriminal dan bencana
alam seperti gempa bumi, tsunami, longsor, banjir, dan kecelakaan pesawat.
Selain itu juga ada beberapa jenis lead yang lain,
yaitu Lead Parodi yang menggunakan
peribahasa, judul lagu, dan frasa-frasa, Lead
Epigram yang menggunakan sajak atau ungkapan pendek yang berisi suatu
pemikiran, Lead Tersendat-sendat (The Staccato Lead) yang menggunakan
waktu, aksi cepat yang memisahkan kejadian-kejadian yang berkaitan, Lead Dialog yang menggunakan dialog
terhadap suatu peristiwa, dan terakhir Lead
Sapaan yang menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua agar penulis atau
pembaca masuk ke dalam tulisan.[5]
[2] Ibid
[3] Drs. As. Haris
Sumadiria, M.Si, Bahasa Jurnalistik,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), hal. 126-127
[4] Drs.
As. Haris Sumadiria, M.Si, Bahasa
Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), hal. 127-128
[5] Hikmat
Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktek
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), hal. 143-146
Tidak ada komentar:
Posting Komentar