Selasa, 10 Maret 2015

Menyebar Manfaat Dengan Sampah

Sosok
Drs. Rini Laili Prihatini, M.Si.
-Inisiator Bank Sampah


Pada era globalisasi sekarang, sampah menjadi salah satu masalah dalam pelestarian lingkungan. Bagaimana tidak, setiap hari banyak sampah kita temui di jalan, di tempat umum, bahkan di gedung perkantoran sekalipun. Kesadaran  masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya juga belum seratus persen mengena. Alhasil, sampah dan penanganannya juga masih harus terus berlanjut sampai kapanpun, demi tercipta lingkungan yang bersih dan lestari.

Masalah sampah ini mendorong para Dosen di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fidkom) UIN Jakarta, untuk bersinergi membuat sampah menjadi bermanfaat. Caranya adalah dengan mengajak masyarakat membuat sampah sebagai tabungan, yang biasa disebut dengan Bank Sampah. Ya, bank yang biasanya menyimpan uang, kini dibuat menarik masyarakat agar senantiasanya turut aktif menjaga lingkungan melalui bank sampah. Mereka bisa menabung sampah dan bahkan mendapatkan uang dari sampah tersebut.

Adalah Rini Laili Prihatini, dosen di Fidkom UIN Jakarta, sebagai pencetus ide bank sampah ini. Total anggota timnya yang diberi nama Bersih Melati Fidkom ini, berjumlah enam orang, yaitu berasal dari para dosen dan alumni. Mereka bekerja sama membuat sistem bank sampah bagi masyarakat sejak 2012 lalu.

“Saat ini, Alhamdulillah sudah ada sepuluh kelompok yang aktif berorganisasi mengelola bank sampah Melati Bersih Fidkom. Mereka tersebar di Tangerang Selatan, Depok, Bogor, dan Bekasi,” jelas Rini.

Awalnya, kata Rini, para dosen Fidkom ini belajar tentang sistem membuat bank sampah yang ideal oleh sang ahli dari Universitas Terbuka. Setelah itu mereka pun membuat bank sampah dan menyosialiasikannya kepada masyarakat di beberapa wilayah. Semula ada yang menolak dan menganggap remeh program ini, tapi lama-kelamaan, kata Rini, bank sampah menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka


Rini (kerudung merah muda) saat peresmian bank sampah di Citayam, Depok pada tahun 2012 lalu. Dok. Pribadi

Menyasar kelompok Pengajian
Hal yang membedakan bank sampah ini dengan yang lain, yaitu sasaran programnya. Rini bersama tim lebih fokus kepada kelompok para ibu pengajian. Mereka yang tidak mempunyai kegiatan di luar rumah, selain mengaji. Karena itu, Melati Bersih Fidkom ini mengajak mereka membuat bank sampah di lingkungan pengajian mereka. Sosialiasai pun dilakukan, pertama mereka diberi penyulusah dan ceramah agama tentang pelestarian lingkungan. Setelah itu, Rini dan tim menawarkan program bank sampah ini dengan arahan sistem pembukuan, penimbangan  sampah, sampai pengelolaanya sampai dibentuk kepengurusan. Selain itu juga ada acara launching sampai evaluasi program secara berkala.  Di sini, Rini dan tim hanya sebagai jembatan untuk mengelola bank sampah, semua yang mengurus selajutnya dilakukan oleh para ibu tersebut. Karena tim Bersih Melati Fidkom ini bersifat sukarela dengan slogan untuk program bank sampah, yaitu “Dari, Untuk, dan Oleh Masyarakat”.

Karena sasaran programnya adalah ibu-ibu pengajian, bank sampah ini mempunyai sistem yang sedikit berbeda. Setiap minimal tiga bulan sekali, ketika mengaji mereka akan membawa tabungan sampah (biasanya mereka letakkan dalam karaung-karung), dan setelah selesai mengaji akan dilakukan penimbangan. Jumlah uang yang mereka dapat dari sampah-sampah yang dikumpulkan tersebut digunakan untuk beragam keperluan, seperti  tabungan hari raya, pembayaran premi BPJS, bahkan tabungan umroh. Karena itu, bank sampah ini juga bisa menarik minat ibu-ibu yang lain, yang sebelumnya tidak ikut pengajian, menjadi ikut aktif mengaji.

Alhamdulillah, saat ini pengelolaan bank sampah semakin berkembang, seperti niat kami dari awal adalah membuat program yang bisa bermanfaat untuk pemberdayaan perempuan muslimah menjadi cerdas dan berdaya secara ekonomi,” tambah Rini yang juga pernah aktif di Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Jakarta ini.

Menjadikan Sampah Seperti Emas
Terkadang, kata Rini, para ibu tersebut juga bosan jika kegiatan program bank sampah hanya seputar menimbang dan menabung saja. Karena itu, Melati Bersih Fidkom pun berinovasi. Caranya adalah dengan melakukan daur ulang. Para ibu diberikan pelatihan untuk membuat keterampialn dari bahan daur ulang, seperti dari botol minuman bekas, sampah kantung plastik, sampai  sampah bungkus kopi atau sabun pencuci piring. Sampah-sampah itu dibersihkan dan selanjutnya dibuat keterampilan dengan desain menarik menjadi gantungan kunci, tas, tempat tisu, dompet, dan lainnya yang dijual dengan harga mulai Rp 5000 sampai Rp 150.000.  

Tapi, ada beragam kendala untuk melanjutkan program ini. Kata Rini, ketika hasil kerajinan tangan daur ulang ini sudah jadi, pemasarannya masih sulit. Terkadang, Rini dan tim juga ikut aktif menjual barang-barang tersebut dari pameran ke pameran atau melalui kontak kepada kolega-kolega terdekat saja. Untuk itu, Rini berharap ke depan, bank sampah ini  juga mempunyai satu toko yang menjual hasil keterampilan daur ulang , sehingga sampah pun bisa bermanfaat dan bernilai seperti emas.
“Saat ini, kami juga sedang menyasar kelompok pesantren dan kelompok lainnya, agar kesadaran menjaga lingkungan di masyarakat semakin meluas. Karena program bank sampah ini bisa bermanfaat bagi masyarakat  luas, “ tambah Rini. (Fauziah)