Senin, 23 Juni 2014

Es Pocong dan Mendoan Iblis, Siapa Takut?

Siapa tak kenal Pocong? Hantu ini sangat eksis di dunia horor Indonesia dan membuat bulu kuduk berdiri seketika melihatnya. Namun, beda cerita dengan Es Pocong. Bukannya lari terbirit, orang justru ramai-ramai mendatanginya.
Di sebuah kedai di Jalan Margonda Raya, Depok ini, setiap harinya Bonny Angila, sang pemilik, melayani ratusan gelas es untuk tamunya. Dan menu andalannya, Es Pocong. Es ini terdiri dari bubur sumsum dan mochi yang dicampur dengan es beserta sirup aneka rasa. Ya, hanya namanya saja yang menggunakan nama hantu berkucir itu. Selebihnya, es pocong tetap es yang begitu segar ditenggak kala terik.
Segelas menu spesial es pocong yang siap disantap. Hanya dengan merogoh kocek Rp.7000 es berbahan dasar bubur sumsum, ice, mochi, dan sirup warna merah ini bisa dinikmati di kedai Jalan Margonda, Depok.
Segelas menu spesial es pocong yang siap disantap. Hanya dengan merogoh kocek Rp.7000 es berbahan dasar bubur sumsum, ice, mochi, dan sirup warna merah ini bisa dinikmati di kedai Jalan Margonda, Depok. (Foto: Hanggi Tyo)
Selain Es Pocong, ada juga minuman soda dengan nama-nama hantu yang tak kalah seram. Sebut saja minuman setan merah, green goblin (es jeruk limau), kuntilanak (es kopyor dan soda susu), vodoo (mangga gedong dan soda susu), kolor ijo (melon dan soda susu), dan lainnya. Sedangkan menu es pocong juga mempunyai varian rasa, yaitu es pocong original, rasa blueberry, strawberry, durian, dan keju.
Seseram nama-nama minuman itu, ada pula mendoan iblis. Bukan ganas seperti iblis sebenarnya, ini hanya nama untuk tempe dengan telur mata sapi di atasnya dan diberi bumbu steak. Konsumen sering menyebutnya “stik tempe”. Selain itu, ada juga menu roti bakar, bernama roti mohawk, dan menu ayam serta mie goreng.
Mendoan Iblis dan Es Pocong siap disantap di kedai Es pocong Depok. Kedua menu ini menjadi menu spesial di kedai tersebut.
Mendoan Iblis dan Es Pocong siap disantap di kedai Es pocong Depok. Kedua menu ini menjadi menu spesial di kedai tersebut. (Foto: Hanggi Tyo)
Kedai Lorong jadi Es Pocong
Ide awalnya, Bonny ingin membuat produk yang berbeda dari segi nama, rasa, dan juga bentuk. “Nah, dapatlah nama es pocong dari saran dan kritik beberapa teman dan saudara saat pertama kali membuka kedai,” jelasnya saat ditemui TimParadepok di kedai Es Pocong, Senin (16/6). Ditambah lagi, saat ini sedang booming film nasional tentang hantu, seperti pocong yang menambah kedainya makin eksis.
Es Pocong sejatinya bukan usaha Bonny pribadi. Ini adalah usaha keluarganya yang terdiri dari empat orang. Pada awal tahun pembukaannya di bulan Juni 2006, kedai ini bernama Kedai Lorong karena berlokasi di kios yang kecil di pinggiran Jalan Kober sebelum ada pelebaran jalan. Saat itu pun menu yang menjadi primadona hanya mendoan dengan minuman hanya es jeruk atau es teh manis.
Barulah awal tahun 2007, ide nama dan konsep es pocong muncul. Dari sana, Bonny dan saudara-saudaranya mulai mengontrak kedai di pinggiran jalan Margonda Raya. Mereka membuat konsep baru dengan mengembangkan produk-produk makanan dan minuman yang unik bagi para konsumen.
Suasana kedai Es Pocong yang dihiasi ornamen tokoh-tokoh hantu.
Suasana kedai Es Pocong yang dihiasi ornamen tokoh-tokoh hantu. (Foto: Hanggi Tyo)

(Foto: Hanggi Tyo)
Kedai Es Pocong biasanya beroperasi dari pukul 09.00-22.00 WIB. “Namun karena karyawan berkurang, kami hanya buka dari jam sebelas sampai jam setengah delapan malam saja,” jelas pria kelahiran 5 Juli 1982 ini. Setiap harinya, es pocong distok sekitar 150 gelas, sedangkan tempe mendoan distok 400 buah. Harganya pun terjangkau antara Rp2.500 – Rp12.000.
Es Pocong pun kini telah menyegarkan hidup Bony dan keluarganya. Omzet awal yang hanya Rp15 juta per bulan, kini naik berlipat mencapai Rp100 juta per bulan. Warungnya selalu penuh sesak, bahkan pelanggannya rela antri apalagi di akhir pekan.
Bonny Angila berpose di dalam kedai Es Pocong miliknya di Jalan Margonda, Depok. (Foto: Hanggi Tyo)
Bonny Angila berpose di dalam kedai Es Pocong miliknya di Jalan Margonda, Depok. (Foto: Hanggi Tyo)
Dari semua keberhasilan itu, Bonny masih memendam satu asa. Rencananya, sebelum akhir tahun ini, kedai Es Pocong sudah pindah dari tempatnya sekarang. Dia memimpikan kios yang luas, sebagai tempat tongkrongan anak muda. “Karena kalau tetap di sini menjadi stak di tempat dan tidak berkembang. Kami ingin mendapatkan tempat jualan yang layak. Walaupun tidak luas, setidaknya ada fasilitas parkir sendiri,” harap Bonny. [FAU]
Editor : Duratun Nafisah