Selasa, 05 Mei 2015

Bambang Susilo: Bangkit Dari Penolakan


Siapa  yang tak kenal dengan kota wisata Yogyakarta? Para pencinta jalan-jalan pasti pernah singgah di kota ini. Kota yang dikenal sebagai surga dari kuliner, tempat wisata alam nan asri, dan juga kesahajaan kebudayaan masyarakatnya ini tak pernah sepi wisatawan domestik maupun mancanegara. Situasi ini juga yang menarik para pengusaha untuk melebarkan sayapnya di berbagai lini, mulai dari penawaran jasa perjalanan, sewa kendaraan sampai losmen atau hotel kelas bintang. Semua tumpah ruah di pusat kota sampai pinggiran desa.

Dari sekian banyak pengusaha yang konsisten melihat potensi bisnis di kawasan daerah Istimewa ini, ada sebuah usaha penyewaan kendaraan bermotor yang sudah bertahan sejak lima tahun silam. Bertahan selama itu tentu banyak sekali rintangan dan tantangan, apalagi banyak sekali usaha serupa tersebar di Yogyakarta.
Adalah Bambang Susilo (36), warga asli Kauman, Yogyakarta yang menjadi pendiri usaha penyewaan kendaraan motor di kawasan Jalan Moses Gatotkaca C-3 Gejayan Sleman Yogyakarta ini. Usaha ini dia beri nama Bam’s transport yang menyediakan layanan penyewaan kendaraan motor; mobil beragam jenis dan ukuran, serta motor yang beroperasi 24 jam non stop siap melayani konsumen.

Bambang, begitu ia akrab disapa, mengaku tidak mudah mengembangkan usaha di kota wisata,  selain karena banyak  pesaing usaha serupa, pengelolaannya pun harus dilaukan secara profesional, sehingga tidak lari ditinggal  konsumen.  Awalnya, ia hanya ada satu motor yang ia miliki saat bekerja di  Jakarta, motor matic itu yang ia bawa pulang ke kota asal, Yogyakarta. Dari  sana ia mulai menyewakan motornya, yaitu memarkir motor itu di pinggir jalan atau di angkringan-angkringan di pusat kota ini. Proses menawarkan  sewa motor itu pun hanya dilakukan dari mulut ke mulut, tapi Bambang tetap setia duduk di pinggir jalan untuk menunggu orang yang mau menyewa motornya.

Lima tahun bertahan, Bambang mengaku banyak kendala untuk mengembangkan usaha ini, di antarnya adalah kendala permodalan dan pengadaan sumberdaya manuasianya. Usaha ini juga memberikan kesempatan kepada teman-teman (disabilitas) untuk bekerja di Bam’s transport.. Dahulu sekitar tujuh  orang, teman-teman tuna rungu di Yogjakarta direkrut menjadi karyawannya, tapi karena ada satu dan lain hal, , kini hanya ada dua orang yang ikut bekerja bersamanya.

“Saya tidak mau sukses sendiri, karena itu saya mau pemberdayakan teman-teman disabilitas ini. Alasan ini juga karena saya adalah bagian dari mereka, dan saya tahu persis seperti apa sulitnya mendapatkan pekerjaan bagi kami para penyandang disabilitas,” jelas pria yang juga aktif di organisasi Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) ini.

Bangkit Dari Penolakan, Tak Menyerah Dengan “Keterbatasan”
Ayah satu anak ini bercerita, saat dulu merantau ke Jakarta, ia pernah mendapatkan penolakan dari beberapa perusahaan saat melamar kerja, karena cacat fisik yang ia miliki. Walaupun akhirnya ia pernah merasakan bekerja sebagai konsultan pajak, Bambang merasa terpanggil untuk membuka usaha sendiri, dimana nantinya ia juga akan mengajak teman-teman penyandang disabilitas untuk bekerja bersamanya. Selain itu karena keaktifannya di organisasi PPDI, dia juga ingin ikut andil dalam  memperjuangkan kesempatan 1 % untuk teman-teman penyandang disabilitas bekerja di perusahaan-perusahaan di Indonesia.

“Alhamdulillah, walaupun belum bisa banyak membantu mereka (Penyandang disabilitas-red), saya senang bisa menjadi bagian dari orang –orang yang memberdayakan mereka, misalnya Mas Slamet seornag tuna rungu beranak satu yang sudah empat tahun kerja sama saya,” jelas alumni jurusan perpajakan Akademi Pariwisata Indonesia (API) Yogyakarta ini.

Terus Berkembang dan Bermanfaat
Dari tahun ke tahun, Bam’s transport menambah koleksi mobil dan motornya. Dari awal hanya ada empat mobil, kini sudah 23 mobil siap disewakan kepada konsumen. Dulu hanya ada 3 motor, kini sudah ada 60 motor, ditambah saat ini ia juga menyewakan rumah (rent house) berjumlah tiga rumah, pilihannya pun ada yang tiga kamar dan dua kamar, bisa juga disewakan per kamar saja. Untuk koleksi mobil dan motornya itu, Bambang menyewa lahan parkir di dekat Universitas Sanatha Dharma, tak jauh dari kios Bam’s transport. Sedangkan untuk rent house berlokasi di daerah Gejayan, Yogyakarta.

Karena buka 24 jam, layanan di Bam’s transport tak pernah sepi konsumen. Sebutan kota pelajar bagi Yogyakarta juga memengaruhi target kosumen usaha ini. Karena itu, Bambang tak berani mematok harga mahal bagi para mahasiswa dari daerah bahkan asing yang sedang berada di Yogyakarta untuk menyewa motor atau mobil dalam jangka harian bahkan bulanan.

Untuk menunjang kelancaran serta pelayanannya, Bam’s transport  didukung dengan armada transportasi yang memadai serta berkelas dengan berbagai jenis mobil yang tersedia, seperti tipe City Car, tipe  Family Car, dan tipe Premium Car. Sedangkan motor yang tersedia kebanyakan berjenis matic.  Biaya sewanya mulai dari Rp 50.000 per hari untuk motor dan mulai dari Rp 300.000 per hari untuk mobil.

“Semoga usaha saya ini bisa terus berkembang dan bisa lebih banyak lagi membantu orang lain dengan membuka cabang di tempat lain.  Selain itu saya juga ingin menulis buku tentang kisah hidup saya ini agar teman-teman penyandang disabilitas di manapun berada tetap semangat berjuang,” harap Bambang yang pernah bersepeda dengan sepeda hasil modifikasinya dari Yogyakarta sampai Indonesia Timur pada 2000 ini. Ia mengaku sebagai seorang penyandang disabilitas, saat itu ia bersepada untuk mengenal dunia luar dan mengumpulkan serta membangun kepercayaan diri, agar bisa tetap semangat meski ada    “keterbatasan”. (Fauziah Muslimah)

Terbit di Majalah Swara Cinta Edisi 50



Tidak ada komentar:

Posting Komentar