Rabu, 02 September 2015

Tradisi Hari Raya Idul Adha di Berbagai Negara



Selain perihal ibadah dan suka cita kesakralannya, Hari Raya bagi umat Islam juga bisa mempererat hubungan sesama individu di antara mereka. Hal itu dapat kita lihat dari tradisi-tradisi yang hadir di masyarakat ketika Hari Raya datang setiap tahunnya. Misalnya di Nusantara, saat Hari Raya Idul Adha tiba, berbagai masakan dan acara peringatan khas daerah tersaji untuk  menambah warna perayaan hari besar itu. Dalam kebudayaan Islam, sama seperti Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha sering di dahului dengan Solat Ied, sebelum acara utama dimulai, penyembelihan hewan kurban. Setelah disembelih, daging hewan kurban tersebut akan dibagikan  ke semua orang, terutama fakir miskin. Tapi, tidak hanya di Indonesia, berbagai negara juga mempunyai beragam tradisi khas masing-masing dalam merayakan salah satu hari besar yang jatuh di bulan Dzulhijjah ini.

Pertama, Pakistan. Negara  dengan penduduk lebih dari 170 juta orang ini mempunyai tradisi khas saat Hari Raya Idul Adha. Perayaan Idul Adha di Pakistan biasanya ditandai dengan libur selama empat hari. Saat hari itu, banyak toko tutup dan konsentrasi kegiatan lebih ke masjid-masjid sejak pagi hari. Seperti di Indonesia, di Pakistan proses penyembelihan juga sering dilakukan oleh warga setempat. Daging kurban pada akhirnya di distribusikan ke fakir miskin.

Kedua, Bangladesh. Mengara yang berbatasan langsung dengan India dan Myanmar ini juga memiliki tradisi yang hampir sama di budaya berbagai negara muslim lain yang merayakan Idul Adha selama tiga hari. Hanya saja, negara ini dikenal memiliki peraturan yang ketat perihal hewan kurban. Bangladesh menetapkan standar hewan kurban dengan perhatian yang serius, karena itu penanganan hewan kurban ditangani khusus oleh para ahli, seperti usia dan kesehatan dari hewan yang akan di kurbankan.

Ketiga, Maroko. Tak banyak berbeda dengan perayaan yang dilakukan di Indonesia. masyarakat berbondong-bondong pergi ke Masjid sejak pagi untuk solat Ied, melakukan proses penyembelihan lalu mendistribusikan ke masyarakat. Tapi di Maroko, Idul Adha disebut sebagai Eid Al-Kabir atau Big Holiday karena pada momen ini masyarakat Maroko mendapatkan hari libur selama tiga hari. Proses penyembelihan hewan kurban tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Tapi ada juga tradisi unik mulai dari sarapan sebelum Sholat Ied dengan hidangan khas seperti Herbel (campuran gandum susu), msemen, harcha, beghrir dan krachel serta menyiapkan permen dan aneka kue kering khas Maroko untuk menyambut tamu yang berkunjung ke rumah.

Keempat,  Amerika Serikat. Umumnya, penduduk setempat mendapat jatah libur 1-3 hari selama peringatan hari raya kurban. Seperti di Indonesia, konsentrasi kegiatan sering dilakukan di Masjid sejak pagi hari. Setelah itu mereka sering berbagi dengan sesama dengan acara makan bersama. Hanya saja, berbeda dengan di Indonesia, di sini prosesi penyembelihan hewan kurban umumnya tak banyak dilakukan. Penyembelihan hewan kurban di Amerika, dilakukan langsung setelah proses jual beli hewan kurban saling sepakat. Karena itulah, prosesi penyembelihan hewan kurban tak banyak dilakukan oleh umat muslim di Amerika, yang memotong hewan kurban adalah petugas peternak dengan menggunakan peralatan gergaji mesin pemotongan bukan menggunakan golok, seperti di Indonesia. Tak seperti di Indonesia,  setelah sholat Ied berjamaah masyarakat menyaksikan langsung prosesi pemotongan hewan kurban.

Kelima, Mesir. Seperti di Amerika, perayaan Idul Adha di Mesir juga ditandai dengan libur selama tiga hari selama perayaan. Umat muslim setempat biasanya saling bermaaf-maafan setelah prosesi solat Ied.setelah itu, diadakan prosesi pembagian daging korban yang biasanya dilakukan oleh sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)  setempat. Hanya saja, masyarakat Kairo pada umumnya memotong hewan kurbannya di jalan, sehingga warna merah darah terlihat di mana-mana.

Seperti halnya warga Indonesia, pada saat seperti ini, sebagian besar warga Kairo yang berasal dari daerah, justru memilih mudik ke kampung untuk silaturrahim dengan keluarga mereka. Libur Idul Adha lebih panjang dari pada mudik Idul Fitri.

Bedanya dengan warga Indonesia, masyarakat Kairo menyambut datangnya Idul Adha jauh hari sebelum hari H. Di sejumlah masjid, tema-tema khutbah Jumat selalu berkaitan dengan ibadah haji, sejak tiga pekan sebelum datangnya Idul Adha. Tidak kalah menariknya, para imam di sejumlah masjid yang pada umumnya hafal al-Quran senantiasa melantunkan ayat-ayat yang berkaitan dengan Nabi Ibrahim maupun haji ketika memimpin shalat Maghrib, Isya’ dan Subuh. Kecuali hari Jumat mereka membacakan surah as Sajadah dan al Insan.

Keenam, Arab Saudi. Berbeda dengan di Indonesia, di Arab Saudi justru hari raya Idul Adha-lah yang layak dijadikan momen hari raya terbesar. Pemerintah Kerajaan Arab Saudi juga disibukkan oleh pemotongan hewan kurban. Sebab, mereka akan mendistribusikan daging kurban ke negara-negara Islam yang miskin, terutama di kawasan Afrika, Asia Tengah, dan Asia Selatan. Agar distribusi hewan merata dan mencapai sasaran, jutaan kilo daging ini kemudian dibekukan dan dikirimkan melalui kontainer yang diangkut kapal dan pesawat.

Ketujuh, Ningxia, Cina. Jika di Indonesia, lelaki dan wanita berduyun-duyun melakukan sholat Idul Adha di masjid, lain halnya dengan masyarakat di Ningxia, Cina. Masyarakat muslim etnis Hui di sana, hanya lelaki yang beramai-ramai sholat Idul Adha di masjid, sedangkan wanita dilarang sholat Idul Adha di masjid. Takbiran dengan membakar hio. Ini merupakan tradisi Islam di Cina. Para jamaah membawa hio yang terbakar ke dalam masjid kemudian ditancapkan ke mangkok tempat hio. Setelah itu dilakukan ceramah sebelum dimulai sholat Idul Adha.

Penduduk Cina yang menganut agama Muslim berjumlah hampir 20 juta jiwa dan umumnya mereka bertempat tinggal di kawasan Xinjiang, Ningxia, Gansu, Qinghai, Yunnan, Shaanxi, Inner Mongolia dan Henan. Setelah menjalankan Sholat Ied dan dilanjutkan dengan prosesi penyembelihan hewan kurban, masyarakat Cina yang bekerja di luar daerah asalnya pulang untuk mengunjungi kampung halaman. Ada juga di antara mereka yang mudik hanya untuk sekadar makan siang bersama keluarga. Setiap kelompok etnis penganut Muslim juga seringkali merayakan Idul Adha di hari yang berbeda tergantung dengan tradisi masing-masing.

Kedelapan, Turki. Perayaan Idul Adha di negara Turki biasanya disebut Baqri-Eid atau “Festival Sapi”. Sebenarnya masyarakat Turki tidak hanya melakukan kurban sapi saja, tetapi ada juga domba dan kambing, seperti di perayaan Idul Adha pada umumnya. Yang berbeda, negara Turki memberlakukan hari libur selama empat  hari saat Idul Adha dan masyarakat di sana tidak hanya membagikan daging kurban ke tetangga sekitar, namun juga membagikan aneka masakan lezat.

Kesembilan, Singapura. Selain tradisi Sholat Ied dan pemotongan hewan kurban, di Singapura ada banyak sekali kemeriahan untuk merayakan Idul Adha seperti yang diadakan di kawasan Kampong Glam dan Geylang Serai. Di dua kawasan ini secara rutin diadakan bazar Idul Adha dengan dekorasi meriah yang tiap tahunnya selalu dipenuhi masyarakat lokal dan wisatawan asing.
Itulah beberapa tradisi perayaan Hari Raya Idul Adha di berbagai negara, semoga apapun cara merayakannya, esensi sakral dari hikmah hari raya ini bisa sampai pada pemahaman diri kita masing-masing untuk terus beribadah kepada Allah Swt. (Fauziah Muslimah)

Sumber:

1 komentar:

  1. Izin copas buat tugas, terima kasih. Saya sangat suka dengan karya anda

    BalasHapus