Kamis, 06 Februari 2014

Organisasi Primordial, Sarana Pelepas Rindu Mahasiswa Perantauan


Jauh di mata dekat di hati. Peribahasa itu mungkin tepat diberikan kepada para mahasiswa perantauan. Pasalnya, menjadi seorang yang tinggal jauh dari kampung halaman yang jauh akan membuat kerinduan di hati. Untuk mengatasi kerinduan tersebut, banyak hal yang bisa mereka, para perantau lakukan, seperti mengonsumsi makanan khas daerah atau pergi ke anjungan kampung halaman di Taman Mini Indonesia Indah. Tapi, bagi kalangan mahasiswa berorganisasi adalah pilihan yang sering dilakukan untuk mengobati kerinduan pada kampung halaman mereka.

Organisasi yang dibentuk oleh para mahasiswa tersebut adalah organisasi berbasis kedaerahan atau biasa disebut organisasi primordial. Organisasi itu beranggotakan para mahasiswa yang berasal dari satu daerah yang sama. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan  banyak terdapat kantor sekretariat organisasi primordial di sekitar area kampus UIN Syarif Hidayatullah. Seperti organisasi Himpunan Mahasiswa Banten (HMB), Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya (HIMALAYA), Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT), Persatuan Mahasiswa Melayu (Pamalayu) dan lainnya

Salah satu organisasi primordial yang aktif adalah Persatuan Mahasiswa Melayu (Pamalayu) Kepulauan Bangka Belitung. Organisasi ini beranggotakan para mahasiswa yang berasal dari Bangka Belitung yang menempuh kuliah di daerah  Jabodetabek. Organisasi primordial tersebut telah berdiri sejak 18 Juni 2004. Selama Sembilan tahun, Pamalayu sudah mengalami pergantian kepengurusan yang secara kontinyu mempunyai kegiatan rutin bagi para anggotanya. 

“Selama ini sedikitnya ratusan mahasiswa asal Provinsi Bangka Belitung sudah menjadi anggota Pamalayu, kebanyakan mereka berasal dari kampus UIN Syarif Hidayatullah, UMJ, kampus Al-Hikmah Jakarta, LIPIA, UI, dan IISIP,” kata  Ery Chandra, Ketua Umum Pamalayu kepada Tangsel Pos, Senin (13/5).

Pamalayu mempunyai kegiatan rutin yang berlangsung berkala bagi para anggotanya, seperti latihan pengkaderan, forum diskusi, dan makan bersama. Menurut Ery yang juga Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UIN Syarif Hidayatullah, para anggota Pamalayu juga sering berkumpul untuk makan bersama masakan  khas Provinsi Bangka Belitung, Lempak Kuning. “Sambil diskusi atau rapat kami juga sering membuat dan makan bersama Lempak Kuning, yaitu masakan khas Bangka Belitung yang terbuat dari ikan dan kuah kunyit ditambah buah nanas, mirip masakan gulai,” jelas Ery.

Selama berorganisasi, Pamalayu juga berpengaruh dalam pengembangan daerah aslanya di Provinsi Bangka Belitung. Ketika masa liburan, banyak mahasiswa yang mengadakan seminar-seminar atau penyuluhan kepada warga Bangka Belitung. Selain itu, para mahasiswa tersebut juga aktif menulis opini di beberapa media massa setempat untuk sekedar berasumsi mengenai kondisi kedaerahan Provinsi Bangka Belitung saat itu.

“Banyak sekali kesan yang saya dapatkan selama ikut organisasi primordial, Pamalayu. Selain sebagai pelipur rindu, tapi seperti benci tapi rindu gitu, semakin banyak diskusi dengan teman-teman tentang Bangka Belitung, semakin geram saya dengan keadaan daerah asal saya yang harus segera dibenahi,” tambah Ery. [] Fauziah Muslimah


*Terbit di Harian Tangerang Selatan Post/Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar