Senin, 11 Mei 2015

Komunitas Asyik Belajar 9 Bahasa

Komunitas Fakta Bahasa

Bahasa sebagai alat komunikasi menjadi sangat penting untuk kehidupan sehari-hari. Selain itu, penguasaan bahasa juga bisa menambah kemampuan diri untuk siap berkontribusi lebih luas bagi agama, bangsa, bahkan dunia. Ragam bahasa yang  tersebar di seantero Nusantara bahkan dunia  kini juga sudah menjadi daya tarik tersendiri. Untuk Indonesia saja, menurut data Kompas.com Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan penelitian pada 2012 yang menyimpulkan jumlah bahasa dan sub bahasa di seluruh Indonesia mencapai 546 bahasa daerah. Belum lagi bahasa-bahasa asing yang jenis huruf dan pengucapannya berbeda dengan bahasa Indonesia, seperti bahasa Arab, Inggris,  Jepang, lainnya. 

Keberagaman bahasa ini menjadi hal yang menarik bagi mereka yang senang belajar. Apalagi saat ini, sudah berdiri banyak lembaga pendidikan bahasa baik formal maupun non formal di Indonesia. Akan tetapi, banyak lembaga pendidikan itu  relatif mahal biayanya di kantong para pelajar, khususnya pelajar sekolah atau mahasiswa. Selain itu, ada juga beberapa kalangan yang tak mempunyai waktu luang  untuk belajar  bahasa di jam kerja mereka.

Fenomena inilah yang disadari oleh Erlangga (21), mahasiswa tingkat akhir jurusan teknik industri, Universitas Telkom, Bandung, untuk membuat komunitas belajar bahasa. Komunitas ini ia beri nama Fakta Bahasa (Faba), yang awalnya hanya berupa nama akun di media sosial twitter @Faktabahasa yang berisi fakta-fakta menarik tentang bahasa. Ketika banyak orang yang tertarik dan mengikuti akun tersebut, akhirnya Erlangga mengajak teman-temannya untuk membuat komunitas Fakta Bahasa real belajar bahasa face to face (tatap muka).

“Faba berdiri pada Maret 2013 di kota Bandung. Waktu itu saya mengajak teman-teman saya di kota Bandung yang  memiliki passion yang sama dengan saya di bidang bahasa. Saat ini  kebutuhan belajar bahasa asing sangat penting dan dibutuhkan oleh siapa saja. Tetapi, banyak orang yang  tidak memiliki kemampuan finansial yang cukup dan tak memiliki waktu luang untuk mengikuti kursus. Komunitas Fakta Bahasa  inilah solusinya,” jelas Erlangga.


Sistem belajar yang asyik dan menyenangkan
Sejak 2013 terbentuk, saat ini ada sekitar 500-1000 orang anggota Fakta Bahasa yang secara rutin di ahir pekan belajar bersama. Akhir pekan dipilih untuk memudahkan  bagi para anggota yang berasal dari kalangan pelajar dan karyawan. Awal mula terbentuk di Bandung, kini Fakta bahasa juga sudah merambah ke berbegai daerah di nusantara. Sedikitnya ada 12 region, yaitu; Bandung, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Bogor, Depok, Bekasi, Tangerang, Solo, Surabaya, Semarang, Jogjakarta, dan Malang. Bahasa yang dipelajari juga beragam, seperti bahasa Inggris (lisan dan tulisan), Arab, Korea, Jepang, Mandarin, Spanyol, Perancis, Itali, dan Jerman.

Sistem belajar dibuat se-menyenangkan mungkin. Setiap anggota harus membayar uang iuran untuk membeli alat tulis seperti spidol dan papan tulis untuk keperluan belajar-mengajar. Nominalnya pun pas untuk kantong para anggotanya.

Anggi Khoirunnisa (19), mahasiswi jurusan Pariwisata Universitas Pancasila, Depok yang juga salah satu anggota Faba Depok sudah bergabung dengan Faba sejak 2014 lalu. Dia mengaku senang bisa belajar bahasa asing dengan biaya yang tidak mahal. Selain itu, dia bisa mengenal dan mendapatkan teman dari beragam kalangan dan kampus yang berbeda.

“Belajar bahasa di Faba banyak manfaatnya, selain meningkatkan skill bahasa kita, kita juga tidak hanya belajar tentang bahasa itu sendiri, tapi juga belajar tentang kebudayaan mereka dan tentunya meluaskan jaringan kita dengan teman-teman baru,” tambah mahasiswi yang juga aktif di Himpunan Mahasiswa Pariwisata Indonesia (HMPI) ini.

Hal lain yang menari di komunitas ini adalah sistem belajarnya. Kelas belajar bahasa di komunitas ini biasa disebut clubbing yang berarti klub-klub atau kelompok belajar. Para anggota bisa memilih bahasa asing mana yang ingin dipelajari dengan mengikuti jadwal dari masing-masing klub bahasa tersebut.  Clubbing faba menerapkan sistem yang berbeda dengan di tempat kursus, karena  pada dasarnya mereak  menerapkan komposisi 30% kursus bahasa + 30% kursus budaya + 30% games + 10% simulasi pada kegiatan clubbing. Kami melakukan kegiatan secara fleksibel mulai dari ruang kelas, taman, tempat nongkrong, dan masih banyak lagi.

“Tiap region mengajarkan bahasa yang berbeda-beda. Tutornya adalah mereka yang memiliki kemampuan dalam bahasa tersebut, bisa dari mahasiswa, mereka yang pernah tinggal di negara yg bersangkutan, atau bahkan mereka yang sudah ahli di bahasa tersebut. Mereka semua tidak dibayar, tapi  kami memungut uang kas untuk keperluan kegiatan komunitas yang tiap-tiap region berbeda-beda nominalnya,” tambah Erlangga yang sekarang menjabat sebagai Ketua Fakta Bahasa Nasional.

Tidak hanya sekadar belajar bahasa
Komunitas Faktabahasa terdiri dari dua kepengurusan: Kepengurusan Nasional (Fabanas) dan Kepengurusan Regional (Fabareg). Kepengurusan Regional adalah mereka yang berdomisili di regional bersangkutan dan memiliki komitmen untuk mengurus kegiatan region. Sedangkan kepengurusan nasional (Fabanas) adalah perwakilan-perwakilan region dan bertindak sebagai pengurus administratif Faba tingkat nasional. Setiap region memiliki program unik masing-masing untuk pemberdayaan anggota dan masyarakat sekitar, seperti  bakti sosial, mengajar anak jalanan atau anak yatim, dan lainnya. Seperti yang baru saja berlangsung bulan April 2015 ini, Faba Jakarta Selatan mengadakan Festival Budaya Asia di sekretariat mereka.


Terkait siapa saja yang bisa bergabung menjadi anggota Faba, Erlangga menjelaskan syarat bergabung dengan Faba adalah siapa pun yang memiliki ketertarikan di bidang bahasa dan budaya, dengan rentan usia  maksimal 30 tahun.

Untuk mereka yang tertarik bergabuing dengan Faba, bisa melihat timeline akun twitter Faba dan juga bisa memilih regional yang sesuai dengan nmasing-masing anggota. Biasanya Faba membuka pendaftaran anggota baru setiap enam bulan sekali (satu semester sekali) dengan waktu dan tempat sesuai dengan kebijakan amsing-masing regional.


 “Semoga komunitas Faktabahasa bisa menjadi komunitas yang terus eksis dan berekspansi ke tempat-tempat lain di seluruh Indonesia dan  harus terus berkembang dengan menambah program-program yang menarik minat kalangan muda untuk belajar bahasa, “harap Erlangga. (Fauziah Muslimah)

*Tulisan ini terbit di Majalah Swara Cinta Dompet Dhuafa REpublika Edisi 50

Tidak ada komentar:

Posting Komentar