Minggu, 10 Mei 2015

Andri Rizki Putra: Pendidikan di Indonesia Harus Jujur


Andri Rizki Putra, Pendiri Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB)

Bulan Mei menjadi hajatan massal bagi pendidikan di Indonesia. Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara, pahlawan nasional yang dihormati sebagai bapak pendidikan nasional ini dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan.

Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda, dan ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa setelah kembali ke Indonesia. Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia. Tut Wuri Handayani ("di belakang memberi dorongan") adalah filosofis sistem pendidikan yang tertuang dari pemikirannya.

Dengan belajar dari Ki  Hajar Dewantara itu, usaha untuk meneruskan perjuangan di dunia pendidikan, saat ini masih ada ornag-orang yang rela meluangkan waktu bahkan uangnya untuk berkontribusi nyata bagi bangsa. Meski di tenagh carut-marut sistem pemerintahan, kasus korupsi, kemiskinan, bahkan isu teror, bangsa ini masih mempunyai mereka para penggerak perubahan. Tak mengenal batasan usia, agama, dan status sosial mereka berusaha meneruskan perjuangan para pahlawan terdahulu untuk meneruskan kemerdekaan dan membangun bangsa, khususnya dalam peningkatan sumber daya manusianya melalui pendidikan.

Salah satu penggerak perubahan itu adalah anak muda berusia 23 tahun yang bernai mengambil jalan berbeda dari anak muda kebanyakan. Dia memutuskan untuk berhenti sekolah (putus sekolah), tidak mengikuti sekolah formal. Tapi ada yang menarik dari sosok anak muda ini, ketika akhirnya dia bisa lulus hanya satu tahun untuk mendapatkan paket ijazah paket C setara Sekolah Menengah Atas (SMA), berhasil masuk menjadi mahasiswa Universitas Indonesia dan lulus dengan predikat cumlaude. Dengan alasan dari kisah sukses  di hidupnya itu, yang meski pernah putus sekolah, ia pun mendirikan sebuah yayasan pendidikan yang memberikan sarana pendidikan bagi siapapun di luar sana yang putus sekolah tanpa mempertimbangkan perbedaan usia, suku, agama, dan status sosial mereka.

Anak Muda dan Kontribusi Nyata Untuk Pendidikan Bangsa
Adalah Andri Rizki Putra (23), pendiri Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB), yang sempat merasakan putus sekolah dan akhirnya tergerak untuk ikut berkontribusi di bidang pendidikan.
“Dulu saya pernah putus sekolah karena menentang praktek kebocoran soal Ujian Nasional yang dimotori oleh guru sekolah sendiri. Karena kecewa, saya memutuskan berhenti sekolah di jenjang SMA dan mengambil paket C,” jelas alumni Fakultas Hukum UI ini.

Lahir sebagai anak tunggal dari ayah keturunan Tionghoa dan ibu keturunan Batak tidak membuatnya manja melainkan mandiri. Kebetulan ayah dan ibunya bercerai, sehingga Rizki tinggal hanya bersama ibunya, Arlina Sariani. Kehidupannya sangat sederhana dan waktu kecil dia dinilai cukup hiperaktif. Masa kecilnya yang tidak beruntung (ia tumbuh dan dibesarkan oleh ibunya seorang diri) dan pengalaman di sekolah umum yang tidak jujur mendorongnya membuat gerakan pendidikan yang menjunjung tinggi kejujuran.

Disisi lain, Rizki, begitu ia akrab disapa, ingin mengumpulkan niat-niat baik yang dimiliki generasi muda Indonesia yang sebenarnya care dengan pendidikan bangsa ini dan mau berkontribusi mengajar secara sukarela. Karena itu terbentuklah YPAB, sebuah wadah yang mempertemukan masyarakat putus sekolah, dengan mereka relawan muda yang ingin berbagi ilmu dan pendidikan kepada mereka secara cuma-cuma.

Kata Penerima Penghargaan Kick Andy Young Heroes 2015 ini, niatnya sederhana, dia selalu berpikir segala sesuatu yang dimulai dengan kebaikan, pasti akan mendatangkan kebaikan, begitu juga sebaliknya. Pendidikan adalah media untuk membentuk karakter manusia lebih baik, wajar saya menganggap proses pendidikan yang saya jalani harus dinilai sesakral mungkin.

“Berbekal dari pemikiran akan pendidikan  yang sakral tersebut, saya selalu termotivasi mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya dengan cara yang baik. Untuk hasil seperti predikat cumlaude dan sebagainya, itu adalah bonus dari hasil kerja keras saya dari proses penting belajar itu sendiri, yang terpenting adalah proses belajar itu sendiri yang belum tentu terefleksi dengan baik dalam nilai-nilai di rapor atau ijazah.” tambah Rizki.


Dari Masjidschooling sampai YPAB
Sebelum YPAB resmi berdiri pada 10 September 2012, Rizki juga pernah mendidikan Masjidschooling. Program ini menyediakan pendidikan gratis bagi masyarakat putus sekolah yang tinggal di Bintaro yang berlokasi di Mesjid Baitturahman Bintaro Sektor 4.

“Masjidschooling adalah pengalaman saya pertama kali mendirikan Yayasan. Berbekal pengalaman ini, saya dan teman-teman lain kemudian mendirikan YPAB yang secara sekilas terlihat lebih universal karena kumpulan anak-anak muda dari berbagai latar belakang dengan membawa visi dan misi yang sama seperti Masjidschooling,” tambah Rizki yang kini aktif menjadi pembicara di berbagai seminar dan kampus dengan tema kepemudaan dan pendidikan.

Saat ini YPAB memiliki 3 cabang di Tanah Abang, Bintaro, dan Medan (Sumatera Utara) dengan jumlah murid hampir 200 masyarakat putus sekolah di ketiga lokasi belajar. Profesi peserta didik beragam, mulai dari asisten rumah tangga, pengemudi kendaraan pribadi, pedagang. Masyarakat bisa langsung mendaftarkan diri sebagai murid dan juga mengusulkan orang menjadi murid YPAB dengan mengunjungi situs www.ypab.org untuk mendapatkan informasi tentang pendaftaran dan alamat  lokasi tempat belajar di cabang-cabang YPAB.

Sedangkan volunteer, YPAB memiliki 106 volunteer yang dipimpin beberapa orang manajer divisi (operasional, program, pembina, dan volunteer). Semua bukan rekan Rizki, bahkan tidak ada hubungan sama sekali dengannya yang berasal dari beragam profesi, mulai dari dokter, arsitek, dosen, konsultan, sampai ibu rumah tangga

Menulis Buku dan Terus Menyebar Manfaat
Pada Oktober 2014, buku pertama Rizki terbit dengan judul Orang Jujur Tidak Sekolah. Banyak hal yang ingin ia ceritakan sebagai anak muda yang berani mengambil jalan berbeda untuk akhirnya bisa berkontribusi bagi bangsa.

“Buku ini berisi pengalaman saya sedari kecil. Saya bukan berasal dari keluarga kaya. Ibu saya juga orang tua tunggal. Dan cerita saya waktu menentang praktik kebocoran soal UN, sampai akhirnya memutuskan berhenti sekolah. Pesannya satu, ternyata pendidikan yang jujur bisa mengantar seseorang ke dimensi yang luas. Tidak hanya bisa bermanfaat untuk diri sendiri, namun orang lain,” jelas Rizki yang akan meneruskan kuliah magister di Amerika ini.

Rizki juga berencana berencana menjadi wirausaha dengan konsep sociopreneruship sekembalinya saya dari kuliah magister di Amerika nanti. Dia berharap YPAB bisa berkembang dari sisi kualitas dan kuantitas untuk memberikan pendidikan yang riil bagi segenap masyarakat putus sekolah. (Fauziah Muslimah)

  *Tulisan ini terbit Majalah Swara Cinta Dompet Dhuafa Edisi 50

Tidak ada komentar:

Posting Komentar