Kalimat jurnalistik yang efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan
kembali gagasan atau pikiran pada diri pembaca, seperti apa yang ada di dalam
pikiran dan benak penulisnya. Kalimat jurnalistik yang efektif, sangat
bertautan erat dengan persoalan pemilihan kata (diksi).[1]
Adapun ciri-ciri pokok dari kalimat jurnalistik yang
efektif adalah: (Kunjana Rahardi, 2011:
43-46). Kesepadanan Struktur,
yaitu kalimat jurnalistik yang memiliki keseimbangan antara gagasan atau
pikiran dan struktur bahasa yang digunakan pada saat orang menulis sebuah
kalimat. Contoh: Mereka yang selalu
menuntut keadilan.
Kepararelan
Bentuk, yaitu kalimat jurnalistik yang
memiliki kesamaan dan kesepadanan jenis atau bentuk kata dan frasa yang
digunakan di dalam bahasa jurnalistik. Misalnya pola: nomina-nomina-nomina,
verba-verba-verba. Contohnya, Harga BBM tahun ini segera dibakukan dan kenaikan
secara bertahap untuk mengimbangi harga BBM internasional.
Ketegasan Makna,
yaitu kalimat jurnalistik yang memiliki perlakukan penonjolan atau pengedepankan
pada gagasan pokok kalimat jurnalistik tersebut. Contoh: Jangankan 1 juta, 100
ribu, 50 ribu saja dia sama sekali tidak memilikinya saat ini. Kehematan Makna,
yaitu kalimat jurnalistik yang menunjuk pada sosok kehati-hatian dan kecermatan
dalam menggunakan kata atau frasa. Contoh, tidak menghemat kata: Banyak anak-anak kecil yang terus berkeliaran di sepanjang jalan menuju
lokasi jatuhnya pesawat.
Kecermatan
Bahasa, yaitu kalimat jurnalistik dengan
kehati-hatian dalam menyusun kalimat itu, sehingga hasilnya tidak akan
menimbulkan tafsir ganda, tidak bersifat ambigu, serta tepat dan akurat dalam
pemilihan katanya (diksi). Contoh: Banjir
di Jakarta selalu membanjiri wilayah-wilayah perbelanjaan dan pemukiman
penduduk miskin.
Kepaduan Makna,
yaitu kepaduan pernyataan-pernyataan di dalam kalimat jurnalistik, sehingga apa
yang disampaikan di dalam kalimat jurnalistik, sehingga apa yang disampaikan di
dalam kalimat tersebut tidak akan terpecah-pecah atau terpotong-potong. Contoh:
Pemerintah harus memperhatikan
daripada kehendak rakyat. Kelogisan Makna, yaitu bahwa ide dari kalimat
jurnalistik itu harus dapat dibaca dan diterima oleh rasio atau akal. Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, Kita persilahkan ketua panitia untuk memberikan
sambutannya.
Bagian-Bagian Kalimat
Jurnalistik
Kalimat bahasa jurnalistik mempunyai bagian-bagian
yang memiliki fungsi masing-masing. Menurut kaidah tata bahasa baku, terdapat
tujuh bagian yang lazim ditemukan dalam kalimat, juga kalimat jurnalistik.
Ketujuh bagian itu terdiri dari subjek, predikat, objek, pelengkap, keterangan,
perangkai, dan modalitas (kata warna).[2]
Jenis-Jenis Kalimat Jurnalistik
(Sumadiria, 2006: 54-57):
Jumlah
kata, yaitu terdiri dari kalimat tunggal atau kalimat majemuk. Ada-tidaknya
klausa, yaitu kalimat tak berklausa adalah kalimat yang tidak mempunyai subjek
dan predikat, sedangkan kalimat berkalusa adalah kalimat tunggal yang mempunyai
unsur subjek dan predikat. Jumlah Klausa, yaitu kalimat klausa tunggal, kalimat
klausa majemuka bertingkat dan kalimat klausa majemuk setingkat.
Nilai
komunikatif, yaitu kalimat berita (deklaratif), kalimat perintah (imperatif),
kalimat tanya (interogatif), dan kalimat seru (interjektif). Sifat hubungan,
yaitu yang berhubungan dengan kalimat aktif dan pasif.
Unsur
Negasi, yaitu kalimat yang berhubungan dengan kalimat afirmatif yang tidak mengandung unsur negatif atau
penyangkalan, dan kalimat negatif atau penyangkalan, yaitu yang mengandung
unsur negatif atau penyagkalan, yakni kata tak, tidak, dan bukan.
Respon
atau Tanggapan, yaitu kalimat pernyataan dari narasumber, kalimat salam berupa
sapaan dan selamat, kalimat seruan, dan kalimat pertanyaan. Langsung Tidaknya
Pengutipan, yaitu kalimat langsung dan kalimat tak langsung dari narasumber
yang bersangkutan.
Kedudukan
Kalimat, yaitu yang berhubungan dengan kalimat utama (pokok) dan kalimat
penjelas. Kalimat utama, yakni kalimat yang mencerminkan atau mewakili tema
atau pokok pikiran dalam sebuah paragraf. Kalimat penjelas, yakni kalimat yang
berfungsi memberi penjelasan tambahan atau pelengkap atas pokok pikiran atau
pikiran utama dalam sebuah paragraf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar