Oleh: Fauziah Muslimah*
Akhir pekan yang cerah menjadi waktu yang asyik
untuk menikmati pemandangan Setu Babakan, Jagakarsa Jakarta Selatan. Banyak
pengunjung yang datang untuk sekedar merasakan kuliner dan jajanan di sekitar
Setu. Mata seakan dimanjakan dengan pemandangan Setu dan jika ingin memanjakan
lidah, silahkan datang di kedai makanan pilihan di sekitarnya.
Tapi, ada yang berbeda di salah satu kedai makanan
milik Asenah (45). Terlihat tiga muda-mudi
sedang pesta bir. Mereka asyik bersulang, anehnya tidak ada yang menegur atau
melarang pesta minum-minum mereka siang itu, Minggu (20/5).
“Setiap sabtu atau minggu banyak yang minum bir di
sini, ya kalau lagi ramai saya bisa menjual 100 bir dalam sehari”, jelas Asenah
pemilik kedai tersebut. Jangan kira, di sini tempat peredaran dan pesta
minum-minuman keras. Bir yang dijual Asenah sama sekali tidak memabukkan,
justru menyehatkan. Ya, bir ini memang menyehatkan. Pastas saja tiga muda-mudi
tadi, asyik nge-bir tanpa dilarang
atau diusir oleh para pengunjung sekitar Setu Babakan di perkampungan budaya
Betawi itu.
Sudah satu jam, Zahroh (20) dan dua temannya
menikmati bir yang sudah setengah botol mereka habiskan bersama. Bir itu dia
nikmati dengan batu es yang menyegarkan suasana Setu di antara pepohonan yang
sepoi-sepoi. “Sambil makan gado-gado kesukaan saya, enaknya ya minum bir pakai
es batu biar lebih segar,” tuturnya sambil sesekali meminum bir dalam gelas.
Benar saja, dia dan dua temannya tidak mabuk, padahal sudah setengah botol
ukuran satu liter habis mereka tegak.
Bir berwarna merah itu menjadi minuman khas Betawi.
Minuman khas yang tidak seperti namanya yang sering indentik dengan alkohol dan
memabukkan. Bir khas Betawi ini lain, terbuat dari rempah-rempah yang
menyehatkan badan, dan sama-sekali tidak memabukkan. Gado-gado sudah habis
dilahap Zahroh, dan bir di depannya sudah habis satu botol. Terbukti, tidak ada
yang mabuk setelah minum bir berwarna merah itu.
Suasana Rumah makan di Setu Babakan Foto: Koleksi Pribadi |
“Namanya bir pletok, saya memang asli Betawi.
Keluarga saya juga suka minum ini, kalau ada acara besar seperti nikahan atau
arisan, keluarga saya pasti menghidangkan bir ini untuk para tamu”, ungkap
Zahroh. Benar, hanya masyarakat Betawi yang dalam acara pernikahan atau arisan
menghidangkan bir untuk para tamunya. Bir pletok, itulah nama bir yang sedari
tadi diminum smabil menikmati makan siang oleh Zahroh dan kawan-kawannya.
Jangan terkecoh dengan namanya, bir yang satu ini
dijamin tidak memabukkan. Aroma jahe dan kapulaga yang wangi, rempah-rempah
khas Betawi sedari tadi tercium dari botol ukuran satu liter itu. Meja
berukuran sedang di kedai Asenah itu berjejer rapi botol-botol bir pletok
membentuk formasi lima. Asenah mengaku selalu saja ada yang membeli birnya yang
dijual seharga Rp 15.000, 00 per satu liter botol. Terlebih saat akhir pekan karena saat itu
pasti Setu Babakan ramai pengunjung.
Budaya Betawi yang semakin tergusur, seperti tanah
ereka yang sekarang berubah menjadi gedung-gedung bertingkat di jantung kota
Jakarta. Karena itulah, bir pletok khas Betawi ini semakin sulit ditemukan.
Barangkali, ada hanya pada pameran atau acara-acara besar terutama dalam
menyambut ulang tahun kota Jakarta. Tapi, jangan khawatir di perkampungan
Budaya Betawi Setu Bakanan ini bir pletok tidak langka, selain banyak
penjualnya, produsennya pun tinggal di sekitaran Setu Babakan.
Tengok saja rumah di belakang Setu Babakan dengan
gerbang dan cat serba hijau, menjadi ciri khas kediaman Rosmayanti (40),
produsen bir pletok selama puluhan tahun. Kesibukannya memproduksi bir pletok
menyita waktu ibu rumah tangga yang hanya lulus sekolah dasar ini, seperti
ditemui Kamis (19/4) Rosmayanti sedang memproduksi bir pletok pesanan
pelanggannya.
Raut wajahnya dibanjiri keringat, rasa letih
terpancar di sana. Konsentrasinya tertuju pada kerja tangan yang mengaduk-aduk
racikan air di dalam panci panas berisi cairan merah. Sore hari ditemani semilir pepohonan belakang Setu
Babakan, Rosmayanti sedang asyik membuat bir. Bir berwarna merah itu menjadi
semakin indah dilihat mata saat dipadukan dalam botol-botol berukuran satu
liter yang berjejer rapi di pojok dapurnya. Cekatang sekali dia menuangkan
cairan bir dalam panci ke dalam satu per satu botol. Sudah puluhan botol
berjejer di atas meja itu. “Saya sudah lama produksi bir pletok. Produksi
meningkat hanya pada waktu tertentu, seperti sekarang ada yang pesan puluhan
botol ini untuk acara pameran pembukaan pusat perbelanjaan di Cibubur,” jelas
Rosmayanti sambil menyeka keringat di dahinya.
Selain memproduksi pesanan untuk acara-acara
tertentu, Rosmayanti adalah produsen bir pletok yang sudah diakui kemampuannya
oleh para penjual bir pletok di sekitaran kedai jajanan di kawasan Setu
Babakan, seperti kedainya Asenah tadi. Menutur Asenah, para penjual di sini
lebih suka dengan merk bir pletok buatan Rosmayanti karena rasanya lebih enak,
dan lebih menghangatkan tenggorokan bukan malah membuat panas tenggorokan
seperti bir-bir lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar