Menulis Untuk
Radio. Bahasa jurnalistik bersifat umum, akan
tetapi bahasa jurnalistik radio atau surat kabar bersifat khusus. Sifat radio siaran
lebih banyak dipengaruhi dimensi verbal (penyusunan kata, kalimat, dan paragraf
secara efektif dan komunikatif),
teknologikal (daya pancar radio yang dapat ditangkap dengan jelas di
pesawat radio), dan fisikal (kemampuan pendengaran khalayak pada setiap pesan
kata atau efek suara yang disampaikan.[1]
Sifat siaran radio meliputi tiga hal, yaitu auditif (bersifat hanya sepintas lalu saja),
mengandung gangguan (teknis dan saluran), akrab (akrab antara penyiar dan
pendengarnya). Kriteria berita radio, yaitu: akurat, seimbang, dan adil sesuai
syarat-syarat ideal jurnalisme yang objektif, interpretasi, dan konten yang
original.[2]
Bahasa Jurnalistik Radio memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: (Sumadiria, 2008:117-120)
1. Kata-kata
sederhana, yaitu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang banyak
diketahui maknanya oleh pendengar.
2. Angka-angka
dibulatkan, yaitu penyajian kata yang dibulatkan agar pendengar tidak kesulitan
mencerna pesan dari penyiar.
3. Kalimat-kalimat
ringkas, yaitu berita disajikan secara ringkas karena efisiensi waktu dan daya
tangkap pendengar yang terbatas.
4. Susunan
kalimat rapi, yaitu runtut, sistematis, beraturan, tidak meloncat-loncat.
5. Susunan
kalimat bergaya percakapan, yaitu kalimat tidak kaku, formal, lurus, dan
monoton sehingga bahasa radio harus akran dan tidak ada jarak antara pendengar
dan penyiar.
6. Kata
umum dan lazim, yaitu menulis kata-kata yang lazim dipakai yang paling mudah
dipahami oleh semua pendengar.
7. Kata
tidak melanggar kesopanan, yaitu tidak menggunakan kata-kata tidak sopan,
vulgar, hujatan, atau makian yang melanggar norma sosial, budaya, dan agama.
8. Kata-kata
yang mengesankan, yaitu tulisan yang mengesankan agar enak didengar oleh
pendengar.
9. Pengulangan
kata-kata yang penting, yaitu penegasan atau penekanan pada kata-kata yang
penting agar pendengar lebih paham dalam mendengarkan.
10. Susunan
kalimat logis, yaitu tulisan yang sesuai akal sehat.
Selanjutnya, terdapat lima asas yang senantiasa
harus diingat untuk menulis berita radio, yaitu diucapkan, sekarang dan
bersifat langsung, antarorang, terdengar hanya satu kali, dan hanya merupakan
bunyi.[3]
Menulis Untuk
Televisi. Sebagai media komunikasi massa, televisi
memiliki empat ciri pokok, yaitu bersifat tidak langsung, artinya harus melalui
media teknis, bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara
peserta-peserta komunikasi, bersifat terbuka, yaitu ditujukan untuk khalayak
yang tidak terbatas dan anonim, dan mempunyai publik yang secara geografis
tersebar.[4]
Prinsip Menulis Untuk Televisi. Bahasa televisi,
dirancang secara teknis untuk memadukan gambar, kata-kata dan suara sekaligus
pada saat bersamaan dan stimulan. Berikut prinsip-prinsip menulis untuk
televisi: (Sumadiria, 2008:131-135)
1.
Gaya bahasa yang
sederhana, yaitu menulis dengan gaya yang ringan dan bahasa yang sederhana
sehingga dapat dibaca dengan mudah dan singkat.
2.
Gunakan prinsip ekonomi
kata, yaitu penggunaan kata yang efektif dan efisien, sehingga penyampaian
informasi menjadi jelas.
3.
Gunakan ungkapan lebih
pendek, contoh melakukan aksi unjuk rasa diganti menjadi berunjuk rasa.
4.
Gunakan kata sederhana,
yaitu yang bisa dimengerti oleh semua orang.
5.
Gunakan kata sesuai
konteks, yaitu misalnya konteks berita tentang hukum menggunakan kosa kata
tentang huku, seperti terdakwa.
6.
Hindari penggunaan
bombastis, yaitu ungkapan bias, hiperbola atau berlebihan.
7.
Hindari ungkapan klise
dan eufemisme.
8.
Gunakan kalimat tutur,
yaitu kalimat tutur atau percakapan yang akrab dan santai.
9.
Gunakan kata yang
sederhana, yaitu yang lebih pendek.
10.
Reporter harus objektif
dan netral.
11.
Jangan mengulangi
informasi, yang sudah disampaikan dalam intro ke bagian naskah berita.
12.
Istilah harus diuji
kembali, yaitu istilah harus diuji kembali apakah masih relevan dan kontekstual
dengan situasi yang berkembang.
13.
Harus kalimat aktif dan
tersruktur, yaitu mengikuti struktur subjek-objek-predikat.
14.
Jangan terlalu banyak
angka dalam kalimat, kecuali diberi grafik khusus, agar penonton dapat mencerna
informasi dengan mudah.
15.
Hati-hatilah
mencantumkan nama korban, yaitu berikan jumlah korban atau kerusunan dalam
angka kisaran. (Morissan, 2005:90-101).
[1] Drs.
AS Haris Sumadirian. M.Si, Bahasa
Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), hal. 114
[2] Santi
Indra Astuti, S.Sos., M.Si., Jurnalisme
Radio Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), hal.
65-66
[3] Drs.
AS Haris Sumadirian. M.Si, Bahasa
Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), hal. 120
Tidak ada komentar:
Posting Komentar