Jauh di mata dekat di hati. Peribahasa itu mungkin tepat diberikan
kepada para mahasiswa perantauan. Pasalnya, menjadi seorang yang tinggal jauh
dari kampung halaman yang jauh akan membuat kerinduan di hati. Untuk mengatasi
kerinduan tersebut, banyak hal yang bisa mereka, para perantau lakukan, seperti
mengonsumsi makanan khas daerah atau pergi ke anjungan kampung halaman di Taman
Mini Indonesia Indah. Tapi, bagi kalangan mahasiswa berorganisasi adalah
pilihan yang sering dilakukan untuk mengobati kerinduan pada kampung halaman
mereka.
Organisasi yang dibentuk oleh para mahasiswa tersebut adalah
organisasi berbasis kedaerahan atau biasa disebut organisasi primordial.
Organisasi itu beranggotakan para mahasiswa yang berasal dari satu daerah yang
sama. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan
banyak terdapat kantor sekretariat organisasi primordial di sekitar area
kampus UIN Syarif Hidayatullah. Seperti organisasi Himpunan Mahasiswa Banten
(HMB), Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya (HIMALAYA), Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT),
Persatuan Mahasiswa Melayu (Pamalayu) dan lainnya
Salah satu organisasi primordial yang aktif adalah Persatuan
Mahasiswa Melayu (Pamalayu) Kepulauan Bangka Belitung. Organisasi ini
beranggotakan para mahasiswa yang berasal dari Bangka Belitung yang menempuh
kuliah di daerah Jabodetabek. Organisasi
primordial tersebut telah berdiri sejak 18 Juni 2004. Selama Sembilan tahun,
Pamalayu sudah mengalami pergantian kepengurusan yang secara kontinyu mempunyai
kegiatan rutin bagi para anggotanya.
“Selama ini sedikitnya ratusan mahasiswa asal Provinsi Bangka
Belitung sudah menjadi anggota Pamalayu, kebanyakan mereka berasal dari kampus
UIN Syarif Hidayatullah, UMJ, kampus Al-Hikmah Jakarta, LIPIA, UI, dan IISIP,”
kata Ery Chandra, Ketua Umum Pamalayu
kepada Tangsel Pos, Senin (13/5).
Pamalayu mempunyai kegiatan rutin yang berlangsung berkala bagi
para anggotanya, seperti latihan pengkaderan, forum diskusi, dan makan bersama.
Menurut Ery yang juga Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
(FEB) UIN Syarif Hidayatullah, para anggota Pamalayu juga sering berkumpul
untuk makan bersama masakan khas
Provinsi Bangka Belitung, Lempak Kuning. “Sambil diskusi atau rapat kami juga
sering membuat dan makan bersama Lempak Kuning, yaitu masakan khas Bangka
Belitung yang terbuat dari ikan dan kuah kunyit ditambah buah nanas, mirip
masakan gulai,” jelas Ery.
Selama berorganisasi, Pamalayu juga berpengaruh dalam pengembangan
daerah aslanya di Provinsi Bangka Belitung. Ketika masa liburan, banyak
mahasiswa yang mengadakan seminar-seminar atau penyuluhan kepada warga Bangka
Belitung. Selain itu, para mahasiswa tersebut juga aktif menulis opini di
beberapa media massa setempat untuk sekedar berasumsi mengenai kondisi
kedaerahan Provinsi Bangka Belitung saat itu.
“Banyak sekali kesan yang saya dapatkan selama ikut organisasi
primordial, Pamalayu. Selain sebagai pelipur rindu, tapi seperti benci tapi
rindu gitu, semakin banyak diskusi dengan teman-teman tentang Bangka Belitung,
semakin geram saya dengan keadaan daerah asal saya yang harus segera dibenahi,”
tambah Ery. [] Fauziah Muslimah
*Terbit
di Harian Tangerang Selatan Post/Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar