Andri
Rizki Putra, Pendiri Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB)
Bulan
Mei menjadi hajatan massal bagi pendidikan di Indonesia. Hari Pendidikan
Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, bertepatan dengan hari ulang tahun
Ki Hadjar Dewantara, pahlawan nasional yang dihormati sebagai bapak pendidikan
nasional ini dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah
Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran
Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan.
Kritiknya
terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda,
dan ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa
setelah kembali ke Indonesia. Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri
pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia. Tut Wuri Handayani ("di belakang
memberi dorongan") adalah filosofis sistem pendidikan yang tertuang dari
pemikirannya.
Dengan
belajar dari Ki Hajar Dewantara itu,
usaha untuk meneruskan perjuangan di dunia pendidikan, saat ini masih ada
ornag-orang yang rela meluangkan waktu bahkan uangnya untuk berkontribusi nyata
bagi bangsa. Meski di tenagh carut-marut sistem pemerintahan, kasus korupsi,
kemiskinan, bahkan isu teror, bangsa ini masih mempunyai mereka para penggerak
perubahan. Tak mengenal batasan usia, agama, dan status sosial mereka berusaha
meneruskan perjuangan para pahlawan terdahulu untuk meneruskan kemerdekaan dan
membangun bangsa, khususnya dalam peningkatan sumber daya manusianya melalui
pendidikan.
Salah
satu penggerak perubahan itu adalah anak muda berusia 23 tahun yang bernai
mengambil jalan berbeda dari anak muda kebanyakan. Dia memutuskan untuk
berhenti sekolah (putus sekolah), tidak mengikuti sekolah formal. Tapi ada yang
menarik dari sosok anak muda ini, ketika akhirnya dia bisa lulus hanya satu
tahun untuk mendapatkan paket ijazah paket C setara Sekolah Menengah Atas
(SMA), berhasil masuk menjadi mahasiswa Universitas Indonesia dan lulus dengan
predikat cumlaude. Dengan alasan dari
kisah sukses di hidupnya itu, yang meski
pernah putus sekolah, ia pun mendirikan sebuah yayasan pendidikan yang
memberikan sarana pendidikan bagi siapapun di luar sana yang putus sekolah
tanpa mempertimbangkan perbedaan usia, suku, agama, dan status sosial mereka.
Anak Muda dan Kontribusi Nyata
Untuk Pendidikan Bangsa
Adalah
Andri Rizki Putra (23), pendiri Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB), yang
sempat merasakan putus sekolah dan akhirnya tergerak untuk ikut berkontribusi
di bidang pendidikan.
“Dulu
saya pernah putus sekolah karena menentang praktek kebocoran soal Ujian
Nasional yang dimotori oleh guru sekolah sendiri. Karena kecewa, saya
memutuskan berhenti sekolah di jenjang SMA dan mengambil paket C,” jelas alumni
Fakultas Hukum UI ini.
Lahir
sebagai anak tunggal dari ayah keturunan Tionghoa dan ibu keturunan Batak tidak
membuatnya manja melainkan mandiri. Kebetulan ayah dan ibunya bercerai,
sehingga Rizki tinggal hanya bersama ibunya, Arlina Sariani. Kehidupannya
sangat sederhana dan waktu kecil dia dinilai cukup hiperaktif. Masa
kecilnya yang tidak beruntung (ia tumbuh dan dibesarkan oleh ibunya seorang
diri) dan pengalaman di sekolah umum yang tidak jujur mendorongnya membuat
gerakan pendidikan yang menjunjung tinggi kejujuran.
Disisi
lain, Rizki, begitu ia akrab disapa, ingin mengumpulkan niat-niat baik yang
dimiliki generasi muda Indonesia yang sebenarnya care dengan pendidikan bangsa ini dan mau berkontribusi mengajar
secara sukarela. Karena itu terbentuklah YPAB, sebuah wadah yang mempertemukan
masyarakat putus sekolah, dengan mereka relawan muda yang ingin berbagi ilmu
dan pendidikan kepada mereka secara cuma-cuma.
Kata
Penerima
Penghargaan Kick Andy Young Heroes 2015 ini, niatnya sederhana, dia
selalu berpikir segala sesuatu yang dimulai dengan kebaikan, pasti akan
mendatangkan kebaikan, begitu juga sebaliknya. Pendidikan adalah media untuk
membentuk karakter manusia lebih baik, wajar saya menganggap proses pendidikan
yang saya jalani harus dinilai sesakral mungkin.
“Berbekal
dari pemikiran akan pendidikan yang
sakral tersebut, saya selalu termotivasi mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya
dengan cara yang baik. Untuk hasil seperti predikat cumlaude dan sebagainya,
itu adalah bonus dari hasil kerja keras saya dari proses penting belajar itu
sendiri, yang terpenting adalah proses belajar itu sendiri yang belum tentu
terefleksi dengan baik dalam nilai-nilai di rapor atau ijazah.” tambah Rizki.
Dari Masjidschooling sampai YPAB
Sebelum
YPAB resmi berdiri pada 10 September 2012, Rizki juga pernah mendidikan
Masjidschooling. Program ini menyediakan pendidikan gratis bagi masyarakat
putus sekolah yang tinggal di Bintaro yang berlokasi di Mesjid Baitturahman
Bintaro Sektor 4.
“Masjidschooling
adalah pengalaman saya pertama kali mendirikan Yayasan. Berbekal pengalaman
ini, saya dan teman-teman lain kemudian mendirikan YPAB yang secara sekilas
terlihat lebih universal karena kumpulan anak-anak muda dari berbagai latar
belakang dengan membawa visi dan misi yang sama seperti Masjidschooling,”
tambah Rizki yang kini aktif menjadi pembicara di berbagai seminar dan kampus
dengan tema kepemudaan dan pendidikan.
Saat
ini YPAB memiliki 3 cabang di Tanah Abang, Bintaro, dan Medan (Sumatera Utara)
dengan jumlah murid hampir 200 masyarakat putus sekolah di ketiga lokasi
belajar. Profesi peserta didik beragam, mulai dari asisten rumah tangga,
pengemudi kendaraan pribadi, pedagang. Masyarakat bisa langsung mendaftarkan
diri sebagai murid dan juga mengusulkan orang menjadi murid YPAB dengan
mengunjungi situs www.ypab.org
untuk
mendapatkan informasi tentang pendaftaran dan alamat lokasi tempat belajar di cabang-cabang YPAB.
Sedangkan
volunteer, YPAB memiliki 106 volunteer yang dipimpin beberapa orang manajer divisi
(operasional, program, pembina, dan volunteer). Semua bukan rekan Rizki, bahkan
tidak ada hubungan sama sekali dengannya yang berasal dari beragam profesi,
mulai dari dokter, arsitek, dosen, konsultan, sampai ibu rumah tangga
Menulis Buku dan Terus Menyebar
Manfaat
Pada
Oktober 2014, buku pertama Rizki terbit dengan judul Orang Jujur Tidak Sekolah.
Banyak hal yang ingin ia ceritakan sebagai anak muda yang berani mengambil
jalan berbeda untuk akhirnya bisa berkontribusi bagi bangsa.
“Buku
ini berisi pengalaman saya sedari kecil. Saya bukan berasal dari keluarga kaya.
Ibu saya juga orang tua tunggal. Dan cerita saya waktu menentang praktik
kebocoran soal UN, sampai akhirnya memutuskan berhenti sekolah. Pesannya satu,
ternyata pendidikan yang jujur bisa mengantar seseorang ke dimensi yang luas.
Tidak hanya bisa bermanfaat untuk diri sendiri, namun orang lain,” jelas Rizki
yang akan meneruskan kuliah magister di Amerika ini.
Rizki
juga berencana berencana menjadi wirausaha dengan konsep sociopreneruship
sekembalinya saya dari kuliah magister di Amerika nanti. Dia berharap YPAB bisa
berkembang dari sisi kualitas dan kuantitas untuk memberikan pendidikan yang
riil bagi segenap masyarakat putus sekolah. (Fauziah
Muslimah)
*Tulisan ini terbit Majalah Swara Cinta Dompet Dhuafa Edisi 50
Tidak ada komentar:
Posting Komentar