Proses
jual beli menjadi suatu kegiatan yang sering dilakukan oleh masyarakt dimana
pun. Biasanya, kegiatan itu dilakukan di pasar, sebagai pusat perdagangan di
beberapa daerah, mulai dari pasar tradisional sampai pasar modern. Di sana,
para penjual dan pembeli bertemu untuk tawar menawar harga yang sesuai. Tapi,
apa jadinya jika proses jual-beli itu dilakukan di pasar yang tanpa bangunan
dan berlangsung tanpa satu kata pun, atau proses pembicaraan antara sang
penjual dan pembeli?
Proses
tawar menawar harga seekor hewan ternak di Pasar Ternak Muara Panas, Kecamatan
Bukit Sundi, Kabupaten Solok, masih memakai cara tradisional. Para pembeli dan
penjual tersebut melakukan tawar menawar harga bagi seekor hewan ternak yang
diperjual belikan dengan cara berjabat tangan yang disembunyikan di dalam sebuah
sarung, baju atau topi (lebih sering dengan sarung). Nama tradisi unik ini
adalah Marosok. Konon, transaksi jual beli seperti ini sudah dilakukan sejak
zaman raja-raja Minangkabau. Marosok hanya berlangsung di pedalaman Sumatera
Barat seperti di Desa Cubadak, Kabupaten Tanah Datar.
Pasar
ternak tanpa bangunan ini biasanya ramai dikunjungi setiap Selasa atau Rabu,
yang akrab dikenal dengan hari pasar. Puluhan, bahkan ratusan sapi atau kerbau
dijejer di pasar untuk dijual. Saat tawar menawar dilakukan hanya penjual dan
pembeli saja yang mengetahui nilai transaksinya. Hal ini dimaksudkan agar tidak
terjadi perang harga oleh pembeli lain karena mereka juga menyukai ternak yang
sama. Selain itu, Sebelum terjadi transaksi jual beli hewan yang sudah dipilih
harus di periksa terlebih dahulu, mulai dari mata lubang telinga, bagian mulut,
lidah, gigi, gusi semuanya tanpa terkecuali.
Tradisi
yang sering disebut marosok di baliak
saruang, dimulai ketika seorang
pembeli telah memilih sapi yang ia sukai. Kemudian ia akan melakukan tawar
menawar harga sapi dengan penjualnya. Tawar menawar ini dilakukan seperti
berjabatan tangan dan kemudian ditutupi dengan kain sarung atau handuk agar tak
terlihat calon pembeli lain. Sewaktu tawar menawar berlangsung, penjual dan
pembeli saling menggenggam, memegang jari, menggoyang tangan ke kiri dan ke
kanan sampai harga yang disepakati tercapai.
Beberapa
isyarat untuk kecocokan harga dilakukan oleh anggukan dan gelengan. Ada
beberapa kode harga hewan ternak yang akan di jual dengan mengunakan jari. Pedagang dan pembeli tawar-menawar sapi
dengan menggunakan kode jari-jari tangan di bawah kain. Pada saat melakukan
tawar menawar, penjual dan pembeli menutup tangan dengan kain kemudian
salingmmenggenggam, memegang jari, menggoyang ke kiri dan ke kanan. Dalam
marosok, setiap jari melambangkan angka puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan
rupiah.
Semisal,
pedagang ingin menjual ternaknya seharga Rp6,4 juta, maka dia akan memegang
telunjuk pembeli yang melambangkan sepuluh juta rupiah. Setelah itu, empat jari
yang lain digenggam dan digoyang ke kiri. Ini berarti Rp10 juta dikurangi Rp 4
juta. Sedangkan untuk menunjukkan Rp400 ribu, empat jari yang digoyang tadi
digenggam lagi dan dihentakkan. Bila disepakati, transaksi berakhir dengan
harga Rp 6,4 juta. Jika transaksi berhasil, setiap tangan saling melepaskan.
Sebaliknya, jika harga belum cocok, tangan tetap menggenggam erat tangan yang
lain seraya menawarkan harga baru yang bisa disepakati.
Beberapa
nilai yang masih dipertahankan dan patut dicontoh melalui tradisi Marosok ini
antara lain; Pertama, persaingan yang sehat antar pembeli hewan yang sama.
Kedua, saling percaya antara penjual dan pembeli karena hewan yang di jual
tidak mempertimbangkan berat. Namun pengalaman pembeli saja yang berperan
penting dalam melihat berat hewan yang akan dibeli. Ketiga, saling menghargai
antar pembeli karena tidak ada perang.
Keunikan
lain dari pasar ternak ini adalah berat ternak tidak dihitung menggunakan
timbangan, melainkan berdasarkan pengamatan pembeli. Bila cocok akan langsung
dibayar. Jadi, jika anda terarik membeli hewan ternak dengan memakai cara unik
dan tradisional, berkunjung ke sini. Tapi, jangan lupa untuk mengajak orang
yang paham dengan tata cara jual-beli ala Marosok ini. (Fauziah)
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar