Selain
perihal ibadah dan suka cita kesakralannya, Hari Raya bagi umat Islam juga bisa
mempererat hubungan sesama individu di antara mereka. Hal itu dapat kita lihat
dari tradisi-tradisi yang hadir di masyarakat ketika Hari Raya datang setiap
tahunnya. Misalnya di Nusantara, saat Hari Raya Idul Adha tiba, berbagai
masakan dan acara peringatan khas daerah tersaji untuk menambah warna perayaan hari besar itu. Dalam
kebudayaan Islam, sama seperti Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha sering di
dahului dengan Solat Ied, sebelum acara utama dimulai, penyembelihan hewan
kurban. Setelah disembelih, daging hewan kurban tersebut akan dibagikan ke semua orang, terutama fakir miskin. Tapi,
tidak hanya di Indonesia, berbagai negara juga mempunyai beragam tradisi khas
masing-masing dalam merayakan salah satu hari besar yang jatuh di bulan
Dzulhijjah ini.
Pertama,
Pakistan. Negara dengan penduduk lebih dari 170 juta orang ini mempunyai tradisi khas
saat Hari Raya Idul Adha. Perayaan Idul Adha di Pakistan biasanya ditandai
dengan libur selama empat hari. Saat hari itu, banyak toko tutup dan
konsentrasi kegiatan lebih ke masjid-masjid sejak pagi hari. Seperti di
Indonesia, di Pakistan proses penyembelihan juga sering dilakukan oleh warga
setempat. Daging kurban pada akhirnya di distribusikan ke fakir miskin.
Kedua, Bangladesh. Mengara yang berbatasan langsung dengan
India dan Myanmar ini juga memiliki tradisi yang hampir sama di budaya berbagai
negara muslim lain yang merayakan Idul Adha selama tiga hari. Hanya saja,
negara ini dikenal memiliki peraturan yang ketat perihal hewan kurban.
Bangladesh menetapkan standar hewan kurban dengan perhatian yang serius, karena
itu penanganan hewan kurban ditangani khusus oleh para ahli, seperti usia dan
kesehatan dari hewan yang akan di kurbankan.
Ketiga, Maroko. Tak banyak berbeda dengan perayaan yang
dilakukan di Indonesia. masyarakat berbondong-bondong pergi ke Masjid sejak
pagi untuk solat Ied, melakukan proses penyembelihan lalu mendistribusikan ke
masyarakat. Tapi di Maroko, Idul Adha disebut sebagai Eid Al-Kabir atau Big
Holiday karena pada momen ini masyarakat Maroko mendapatkan hari libur selama
tiga hari. Proses penyembelihan hewan kurban tidak jauh berbeda dengan di
Indonesia. Tapi ada juga tradisi unik mulai dari sarapan sebelum Sholat Ied
dengan hidangan khas seperti Herbel (campuran gandum susu), msemen, harcha, beghrir dan krachel serta menyiapkan permen dan
aneka kue kering khas Maroko untuk menyambut tamu yang berkunjung ke rumah.
Keempat, Amerika
Serikat. Umumnya, penduduk setempat mendapat jatah libur 1-3 hari selama
peringatan hari raya kurban. Seperti di Indonesia, konsentrasi kegiatan sering
dilakukan di Masjid sejak pagi hari. Setelah itu mereka sering berbagi dengan
sesama dengan acara makan bersama. Hanya saja, berbeda dengan di Indonesia, di sini
prosesi penyembelihan hewan kurban umumnya tak banyak dilakukan. Penyembelihan
hewan kurban di Amerika, dilakukan langsung setelah proses jual beli hewan
kurban saling sepakat. Karena itulah, prosesi penyembelihan hewan kurban tak
banyak dilakukan oleh umat muslim di Amerika, yang memotong hewan kurban adalah
petugas peternak dengan menggunakan peralatan gergaji mesin pemotongan bukan
menggunakan golok, seperti di Indonesia. Tak seperti di Indonesia, setelah sholat Ied berjamaah masyarakat
menyaksikan langsung prosesi pemotongan hewan kurban.
Kelima, Mesir. Seperti di Amerika, perayaan Idul Adha di
Mesir juga ditandai dengan libur selama tiga hari selama perayaan. Umat muslim
setempat biasanya saling bermaaf-maafan setelah prosesi solat Ied.setelah itu,
diadakan prosesi pembagian daging korban yang biasanya dilakukan oleh sebuah Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) setempat. Hanya
saja, masyarakat Kairo pada umumnya memotong hewan kurbannya di jalan, sehingga
warna merah darah terlihat di mana-mana.
Seperti halnya warga Indonesia, pada saat seperti ini,
sebagian besar warga Kairo yang berasal dari daerah, justru memilih mudik ke
kampung untuk silaturrahim dengan keluarga mereka. Libur Idul Adha lebih
panjang dari pada mudik Idul Fitri.
Bedanya dengan warga Indonesia, masyarakat Kairo menyambut
datangnya Idul Adha jauh hari sebelum hari H. Di sejumlah masjid, tema-tema
khutbah Jumat selalu berkaitan dengan ibadah haji, sejak tiga pekan sebelum
datangnya Idul Adha. Tidak kalah menariknya, para imam di sejumlah masjid yang
pada umumnya hafal al-Quran senantiasa melantunkan ayat-ayat yang berkaitan
dengan Nabi Ibrahim maupun haji ketika memimpin shalat Maghrib, Isya’ dan
Subuh. Kecuali hari Jumat mereka membacakan surah as Sajadah dan al Insan.
Keenam, Arab Saudi. Berbeda dengan di Indonesia, di Arab
Saudi justru hari raya Idul Adha-lah yang layak dijadikan momen hari raya
terbesar. Pemerintah Kerajaan Arab Saudi juga disibukkan oleh pemotongan hewan
kurban. Sebab, mereka akan mendistribusikan daging kurban ke negara-negara
Islam yang miskin, terutama di kawasan Afrika, Asia Tengah, dan Asia Selatan. Agar
distribusi hewan merata dan mencapai sasaran, jutaan kilo daging ini kemudian
dibekukan dan dikirimkan melalui kontainer yang diangkut kapal dan pesawat.
Ketujuh, Ningxia, Cina. Jika di Indonesia, lelaki dan wanita
berduyun-duyun melakukan sholat Idul Adha di masjid, lain halnya dengan
masyarakat di Ningxia, Cina. Masyarakat muslim etnis Hui di sana, hanya lelaki
yang beramai-ramai sholat Idul Adha di masjid, sedangkan wanita dilarang sholat
Idul Adha di masjid. Takbiran dengan membakar hio. Ini merupakan tradisi Islam
di Cina. Para jamaah membawa hio yang terbakar ke dalam masjid kemudian
ditancapkan ke mangkok tempat hio. Setelah itu dilakukan ceramah sebelum
dimulai sholat Idul Adha.
Penduduk Cina yang menganut agama Muslim berjumlah hampir 20
juta jiwa dan umumnya mereka bertempat tinggal di kawasan Xinjiang, Ningxia,
Gansu, Qinghai, Yunnan, Shaanxi, Inner Mongolia dan Henan. Setelah menjalankan
Sholat Ied dan dilanjutkan dengan prosesi penyembelihan hewan kurban,
masyarakat Cina yang bekerja di luar daerah asalnya pulang untuk mengunjungi kampung
halaman. Ada juga di antara mereka yang mudik hanya untuk sekadar makan siang
bersama keluarga. Setiap kelompok etnis penganut Muslim juga seringkali
merayakan Idul Adha di hari yang berbeda tergantung dengan tradisi
masing-masing.
Kedelapan, Turki. Perayaan Idul Adha di negara Turki biasanya
disebut Baqri-Eid atau “Festival
Sapi”. Sebenarnya masyarakat Turki tidak hanya melakukan kurban sapi saja,
tetapi ada juga domba dan kambing, seperti di perayaan Idul Adha pada umumnya.
Yang berbeda, negara Turki memberlakukan hari libur selama empat hari saat Idul Adha dan masyarakat di sana
tidak hanya membagikan daging kurban ke tetangga sekitar, namun juga membagikan
aneka masakan lezat.
Kesembilan, Singapura. Selain tradisi Sholat Ied dan
pemotongan hewan kurban, di Singapura ada banyak sekali kemeriahan untuk
merayakan Idul Adha seperti yang diadakan di kawasan Kampong Glam dan Geylang
Serai. Di dua kawasan ini secara rutin diadakan bazar Idul Adha dengan dekorasi
meriah yang tiap tahunnya selalu dipenuhi masyarakat lokal dan wisatawan asing.
Itulah beberapa tradisi perayaan Hari Raya Idul Adha di
berbagai negara, semoga apapun cara merayakannya, esensi sakral dari hikmah
hari raya ini bisa sampai pada pemahaman diri kita masing-masing untuk terus
beribadah kepada Allah Swt. (Fauziah Muslimah)
Sumber:
Izin copas buat tugas, terima kasih. Saya sangat suka dengan karya anda
BalasHapus