Selama
kurun waktu empat bulan, ia mengasingkan diri dari teman-teman di kampus. Pergi
kuliah hanya hadir di kelas, kemudian langsung pulang untuk kembali menulis,
begitu seterusnya. Kerja kerasnya menuahkan ide-ide dalam lautan tulisan kini
berbuah hasil yang membanggakan. Sebuah buku telah lahir dari rahim kreativitasnya,
buku berjudul “Jadi Jurnalis Itu
Gampang!!!” lolos ke media literasi Indonesia oleh penerbit terkenal di
Jakarta.
Adalah Imam FR Kusumaningati, mahasiswa semester
delapan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta berhasil
membuktikan jika mahasiswa bisa menerbitkan buku. Imam, panggilan akrabnya
mulai berani menyerahkan naskah tulisannya ke penerbit dan mulai dari dinyatakan
diterima sampai akhirnya bisa terbit, prosesnya memakan waktu empat bulan. Ini
adalah waktu normal proses penerbitan buku di Elex Media Komputindo, penerbit yang dipilihnya. Menurut Imam,
revisi naskahnya hanya sebatas penurunan gaya bahasa supaya dibuat lebih
santai, bukan pada isi kontennya. Proses terbit selama empat bulan itu karena prosesnya juga panjang, mulai dari
pengeditan naskah, layout, pembuatan
ilustrasi, cover, dan pengurusan
administratif seperti pembuatan ISBN.
Kini, buku Imam yang berbicara tentang Jurnalisme
Warga ini sudah berjejer dengan buku-buku lain di toko buku. “Saya belum pernah
menulis artikel kemudian dimuat di surat kabar, sebagaimana penulis lainnya.
Atau membuat tulisan esai, opini, atau sejenisnya yang dimuat di media. Ikut
pelatihan penulisan secara intensif juga tidak pernah. Saya langsung menulis
buku dengan modal nekad sebisanya, dan ternyata penerbit sekelas Elex Media Komputindo yang masih bagian
dari Kelompok Kompas Gramedia mau menerbitkan buku yang saya tulis”, jelas Mahasiswa Pendidikan Agama Islam ini.
Menurut Imam, semua orang bisa menulis dan tentunya
bisa menerbitkan buku, termasuk mahasiswa. Imam menyarankan mulai menulis dari hal terdekat: yang disuka, dilakukan, dan ditemui
sehari-hari. Mulailah dari ide-ide sederhana, tinggalkan saja dulu ide-ide
bombastis dan muluk-muluk untuk mulai berlatih menulis. Kemudian tulislah
dengan gaya bahasa yang juga sederhana, gunakan gaya bahasa sesuai karakter
diri sendiri, tidak harus meniru seperti orang lain.
Untuk menerbitkan buku, itu juga tidak kalah mudahnya. Ketika
sudah memiliki naskah, jangan sembarangan memasukkan ke sebuah penerbit. Analisis terlebih dahulu karakter naskahnya kira-kira
cocok dengan penerbit mana. Jika memang karakter naskah yang ditulis sudah
cocok dengan karakter penerbit yang dituju. Imam bisa menjamin, kemungkinan
besar naskah akan diterima.
“Setelah
menerbitkan buku yang saya lakukan adalah mempertanggungjawabkan buku yang saya
tulis. Diundang untuk mengisi diskusi, seminar, talkshow, ini adalah bentuk pertanggungjawaban intelektual dari apa
yang saya tulis”, tambah Mahasiswa yang mempunyai target menerbitkan tiga buku sebelum bergelar sarjana ini.
[Fauziah]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar