Kamis, 29 Mei 2014
Selasa, 27 Mei 2014
Jurnalistik Foto: Wujud Parkiran Kampus
Senin, 26 Mei 2014
Jurnalistik Foto: Menunggang Kuda di Pasar Malam
Minggu, 25 Mei 2014
Jurnalistik Foto: Perayaan Hari Kartini
Jurnalistik Foto: Para Polisi Cilik
Foto
Spot (General)
Pasukan
Polisi Cilik didikan Polres Jakarta Selatan menghibur para pengunjung Festival
Tradisional Jepang “Ennichisai 2013” di kawasan pertokoan Melawai, Blok M,
Jakarta Selatan, Sabtu (25/5). Mereka melakukan gerakan-gerakan Pasukan Baris
Berbaris (PBB) dan variasi formasi seraya berteriak “Polisi Anti KKN”. Pasukan Polisi Cilik ini merupakan program pengembangan potensi anak-anak oleh
Polda Metro Jaya yang juga dijadikan sebagai
ajang promosi.
Jumat, 23 Mei 2014
Kerajinan Sanggar Primitif Mengukirkan Lagi Wajah Sejarah
“Saya pikir ketika sudah memahat dan melihat hasil karya sendiri, maka saya senang dan itu (karya pahatan.Red) bernilai budaya yang tinggi,” sesederhana itulah Oman Sumarna menjelaskan alasannya terus menekuni bidang seni pahat. Lewat Sanggar Primitif yang didirikannya, Oman memilih kayu sebagai medianya, dan primitif sebagai ciri khas karya pahatnya.
Di teras depan rumah Oman, beberapa kayu, alat-alat pahat, dan beberapa patung belum jadi, menjelaskan kesibukan yang terjadi tiap hari di sanggar itu. Betapa tidak, Oman mengerjakan semuanya sendiri. “Sudah sejak 1996 saya menekuni dunia pahat. Dulu, ada 16 orang yang ikut belajar memahat saat tinggal di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Tapi, saat pindah ke Sawangan, Depok pada 1998, mereka tak mau ikut. Jadilah saya sendiri yang meneruskan usaha,” Oman bercerita panjang lebar.
Oman Sumarna, saat ditemui di sanggarnya, di Jl Raya Muchtar, Gg Gandaria Rt 0402 No 75, Sawangan Lama, Depok.
Sanggar itu berlokasi di Jl Raya Muchtar, Gg Gandaria Rt 04/02 No 75, Sawangan Lama, Depok. Sebagai petunjuk bagi tamunya, Oman menempelkan tulisan “Seni Pahat Sanggar Primitif Oman Sumarna” di depan pintu.
Tak berjalan mulus, Oman mengaku sempat mengalami kebangkrutan di tahun yang sama saat ia pindah ke Depok. Selain karena ditinggal teman-temannya, krisis moneter yang terjadi pun memperburuk keadaan. “Kejadian itu membuat saya merintis usaha ini dari awal lagi dan sampai sekarang masih bertahan walaupun banyak cerita jatuh bangunnya,” jelas ayah empat anak ini, saat ditemui disela-sela aktivitas memahatnya, Sabtu (22/03).
Memahat Untuk Belajar Sejarah
Di antara karya pahat Oman adalah patung dan lampu yang berasal dari ukiran kayu. Oman memahat dengan menggunakan alat pahat tradisonal dan memilih patung-patung bentuk primitif sebagai karyanya. “Karya primitif tak dihargai di Indonesia, hanya ada di museum. Hal itu menunjukan, Indonesia tak mencintai budaya dan melupakan karya primitif yang seharusnya diketahui anak cucu kita,” jelas pria asal asal Padalarang, Bandung Timur itu.
Diakui Oman, selama ini ia menyontoh karya primitif dari buku-buku berbahasa Inggris. Walaupun tak mengerti bahasanya, ia memerhatikan gambar-gambarnya. “Saya tak pernah belajar dengan siapa pun saat mulai memahat pertama kali. Hanya melihat dari buku-buku sejarah yang saya beli di Pasar Loak, atau buku-buku hadiah dari teman,” beber Oman. Ia mulai belajar memahat secara autodidak ketika pertama kali datang untuk menetap di Jakarta dan membuat sanggar primitif.
Awal mula merintis usaha ini, Oman mengaku tak mematok harga yang pasti. Dia hanya menghitung dari jenis ukiran, tingkat kesulitan, dan ukurannya saja. Kisaran harga barang mulai Rp25.000 sampai Rp100 juta, tergantung motif dan besarnya barang. Misalnya patung penyu yang asli dari Kalimantan, maka tak sembarang orang bisa membelinya.
Dari Pemasaran Belum Maksimal Sampai Menyewa Toko
Di ITC Depok, ada galeri UKM yang dikelola Pemda. Dulunya, Oman ikut di dalamnya. Namun, karena tidak ada kemajuan, akhirnya setelah empat tahun dia ikut dari organisasi ini, Oman pun mengundurkan diri. “Tapi setelah itu, usaha saya mandek di tengah jalan,” ungkapnya.
Karena kebutuhan menghidupi keluarga, Oman pun terus berusaha mempertahankan usaha kerajinan primitif ini. “Pemasaran yang benar sangat saya harapkan. Jadi saat ini, saya mencari konsumen sendiri. Saya membuat blog danfacebook yang dibuatkan oleh anak saya, walaupun hasilnya juga belum memuaskan,” kata Oman.
Untuk saat ini, pesanan berasal dari toko-toko untuk mereka jual lagi, misal dari Kalimantan, Medan, Sumatra. Ekspor juga sudah, tapi tidak kepadanya langsung, yaitu melalui Pasaraya Blok M dan Sarinah Tamrin untuk dikirim ke Jepang. “Jumlahnya terkadang 40-50 buah untuk suvenir. Tapi sistem upahnya adalah konsinyasi, jadi tiga bulan baru mendapatkan uang,” Oman menjelaskan.
Akhirnya, pada awal tahun 2014 Oman dan istri memutuskan menyewa sebuah toko di kawasan Jl Abdul Wahab, Sawangan Utara. Toko itu menjadi tempat karya Oman mulai dari patung, lampu, bahkan ada kaset-kaset zaman dulu dijual di sana. Oman dan istri bergantian setiap hari untuk menjaga toko. Jika giliran istrinya yang menjaga, maka Oman akan memahat patung di rumah.
“Pada awal menyewa, saya hampir tak mempunyai pelanggan, tapi lama kelamaan saya mendapat penghasilan, walaupun tak setiap hari. Jadi, omzet yang saya hitung adalah yang penting tak kurang dari tiga juta rupiah, dan bisa menutupi uang sewa toko,” kata Oman.
Feature ini tayang di: Paradepok
Minggu, 18 Mei 2014
Peringatan Milad Satu Dasawarsa UIN Jakarta
Tahun ini UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
merayakan ulang tahun yang ke-11.
Beragam
acara dilakukan untuk memperingati pergantian nama dari kampus IAIN menjadi UIN tersebut, seperti lomba singing
contest, lomba
memperebutkan piala Rektor sebagai Fakultas terbersih lingkungaannya. Acara puncak
perayaan Milad
UIN
Jakarta
berupa jalan santai yang dilakukan oeh seluruh civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sabtu (18/5).
Gerak jalan santai berlangsung mulai
pukul
06.00 WIB
dengan dilakukan pelepasan balon oleh Rekrot
UIN Prof.
Dr.
Komaruddin
Hidayat
menandai dimulainya acara tersebut. Sedikitnya ratusan civitas akademika
UIN
Jakarta
dari pejabat rektorat,
para dosen, karyawanserta
mahasiswa mengikuti
acara gerak jalan dengan rute perjalanan dari gedung rektorat di kampus satu, lalu menuju setu gintung dan berakhir
di area parkir gedung Fakultas
Ilmu
Sosial
dan Ilmu
Politik (FISIP). Selanjutnya, beragam hiburan ditampilkan dan di akhir acara diumumkan para pemenang dari
berbagai lomba
dalam rangka peringatan Milad UIN Jakarta tersebut. [Fauziah Muslimah]
Terbit di Majalah Jurnal Wisuda UIN Jakarta, Edisi Juli 2013
Rabu, 07 Mei 2014
Senin, 05 Mei 2014
Caleg Perempuan Gelar Aksi untuk Kuota 30 Persen
Puluhan calon legislator (caleg) perempuan dari daerah pemilihan
Jakarta menggelar aksi damai di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta (30/3). Aksi
yang dimeriahkan dengan senam sehat, fun walk,
donor darah, dan deklarasi itu untuk membangun kesadaran pemilih agar memilih
caleg perempuan untuk tercapainya kuota 30 persen di parlemen.
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak (KPPPA), Linda Amalia Sari mengatakan, acara ini puncak
dari kegiatan yang dilakukan KPPPA bekerjasama dengan UNDP. Kerjasama ini untuk
menjaga komitmen pemerintah agar caleg perempuan terpilih di parlemen. Sangat
penting perempuan ikut andil di ranah politik dan parlemen.
“Dengan keterwakilan mereka,
masalah-masalah perempuan dan anak di negara ini bisa tersuarakan di lini
pembangunan bangsa yang bisa membuat masyarakat sejahtera,” jelas Linda.
Add caption |
Beberapa foto hasil liputan di aksi hari itu. |
Linda menambahkan, saat ini masyarakat
belum paham, wilayah politik masih didominasi laki-laki. Sedangkan, partisipasi
politik perempuan harus diberi akses. Kami ingin mendorong masyarakat untuk
memilih caleg perempuan agar seimbang keterwakilan di parlemen. Mereka dapat
membangun masyarakat yang berspektif perempuan.
“Saya berharap, setidaknya 18-20
persen anggota legislator perempuan terpilih dalam pemilu tahun ini. Mereka
harus bisa mewujudkan solusi dalam pembangunan ini,” lanjutnya.
Aksi ini sendiri berlangsung untuk menyosialisasikan
program Strengthening Women’s Participation and Representation in Governance
(SWARGA) di Indonesia, dengan tema “Bakti Caleg Perempuan Bersama Rakyat”. Acara
ini didukung oleh UNDP dan KPPPA, juga dihadiri berbagai komunitas perempuan.
[Fauziah]
Beirta ini tayang di: Rumah Pemilu
juga ada: Jangan Ada Surat Suara Tertukar Jilid II
Langganan:
Postingan (Atom)